Skip to main content

Definisi dan Pengertian Wahyu

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: April 21, 2012

Wahyu atau al-wahy adalah kata mashdar (infinitif); dan materi katanya menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu; الإعلام الخفي السريع (tersembunyi dan cepat).

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa wahyu itu ialah yang dibisikkan ke dalam sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.

Dalam al-Quran tercantum ada 15 bentuk kata yang berasal dari akar kata wayu, yaitu awhā, awhaitu, awhaina, nūhi, nūhihi, nuhiha, layūhuna, yūhi, fayūhiya, ūhiya, yūha, yūhā, wahyun, wahyin, wahyan, wahyina, wahyuhu. Mengenai pengertian wahyu dari aspek bahasa yang dikemukakan para ulama dapat disepadankan dengan kalimat antara lain;
  1. Ilham sebagai bawaan dasar manusia, dan ilham berupa naluri pada binatang.
  2. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakariah yang diceritakan dalam Al-Quran.
  3. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.
  4. Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
Jadi, pengertian wahyu secara etimologi adalah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain.

Pengertian wahyu secara terminologi adalah firman (petunjuk) Allah yang disampaikan kepada para nabi dan awliya. Defenisi yang lebih ringkas, namun jelas adalah “كلام الله تعالى المنزل على نبي من أنبيائه”(Kalam Allah kepada para nabi-Nya).

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy mendefinisikan bahwa wahyu secara terminologi adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabi-Nya, sebgaimana diperghunakan juga untuk lafaz al-Quran. Wahyu yang dimaksud di sini adalah khusus untuk nabi, sedangkan ilham adalah khusus selain nabi.

Jadi, beda antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan lapar, haus, sedih dan senang.

Referensi Makalah®

Kepustakaan:
Mannā’ al-Qaththān, Mavāhiś fī ‘Ulūm al-Qur’ān (Cet. III; Bairūt: Mansyūrat al-‘Ashr al-hadīśah, 1973). T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir (Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang, 1980). Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi islam Indonesia (Cet. I; Jakarta: Djambatan, 1992). Shubhi al-Shālih, Mabāhiś fī ‘Ulūm al-Qur’ān (Jakarta: Dinamika, Utama, t.th).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar