Skip to main content

Biografi Imam Lapeo

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 05, 2012

K.H. Muhammad Shaleh (nama asli Imam Lapeo), lahir di Pambusuang kecamatan Tinambung (sekarang kecamatan Balanipa) Kabupaten Polewali, tahun 1913 M.1 Sejak kecilnya, beliau sudah menunjukkan bakat dan perhatian yang besar terhadap agama, karena memang kedua orang tuanya memeliharnya dalam lingkungan masyarakat yang fanatik agama.
Dalam sīrah hidup K.H. Muhammad Shaleh, beliau sejak usia 15 tahun berangkat ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.2 Terkait dengan ini, dan sebagaimana lazimnya ulama-ulama kenamaan Indonesia di abad ke-19 dan 20 pada umumnya, jika berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah suci, mereka juga menyempatkan diri untuk menetap di sana dalam upaya lebih mendalami agama.3 Hal yang sama, juga dilakukan ulama-ulama kenamaan Sulawesi Selatan,4 dan termasuk salah satu di antaranya adalah K.H. Muhammad Shaleh.
Belajar di Madrasah al-Falah. Pertama kali beliau diajar oleh sejumlah murid yang telah senior di madrasah tersebut, dan dalam kurun waktu tiga tahun ketekunan prestasi semakin memuncak, dan akhirnya justeru beliau diberi kepercayaan untuk mengajar murid-murid senior yang tadinya menjadi gurunya. Selama di Mekkah K.H. Muhammad Shaleh kurang berkomunikasi dengan orang tuanya di Kampung, karena di samping kesibukannya mengajar, juga beliau berkenalan dengan seorang pemilik toko buku dekat madrasah, dan di toko buku tersebut beliau memanfaatkan waktunya untuk membaca semua buku-buku yang ada di toko itu.5 Jadi K.H. Muhammad Shaleh di Mekkah sudah menjadi “kutu buku”, karena hampir waktunya dihabiskan untuk membaca.
Satu kenangan manis yang selalu diingat K.H. Muhammad Shaleh sebagaimana yang ditulis oleh anaknya, H. Ilham Shaleh bahwa, selama di Mekkah, beliau ketika tidur menggunakan bantal buah kelapa yang mudah terguling. Cara itu beliau tempuh untuk memudahkan bangun kembali bila kepalanya bergerak dan jatuh dari bantal kelapa itu. Begitu beliau terbangun, K.H. Muhammad Shaleh langsung mengingat-ngingat kembali pelajaran yang sudah dibacanya.6 Metode belajar seperti ini, dilakukan oleh K.H. Muhammad Shaleh selama di Mekkah, yakni lima tahun lamanya, sehingga tidak dapat dibayangkan betapa dalam dan luas pengetahuan yang beliau miliki.
Kepustakaan:
[1]H. Ilham Shaleh, “Sekilas Profil Ulama Besar Syekh K. H. Muh. Shaleh di Mandar”dalam buku Hikmah dalam Hikam (Cet. I; Makassar: PPIM IAIN Alauddin Makassar, 2004), h. v
[2]Ibid.
[3] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayutullah, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 78, 309 dan 424,
[4]Abd. Muis Kabry, Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan DDI (Parepare: Ponpes Putri Ujunglare, 1988) h. 16-17.
[5]H. Ilham Shaleh, loc cit. [6]Ibid.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar