Skip to main content

Ilmu dan Pengalaman

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 04, 2012

Pengalaman secara etimologi berasal dari kata “alam” yang bermakna segala yang berada dilangit dan dibumi atau lingkungan kehidupan. Sedangkan pengalaman dapat diartikan sebagai kenyataan-kenyataan yang sifatnya empiris yang berdasarkan dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan.
Disisi lain, bahwa pengalaman itu lebih kaya daripada pengetahuan. Karena pengetahuan hanyalah salah satu bentuk pengalaman dan bentuk ini hanya khusus terdapat pada manusia. Hal ini menjadi nyata, misalnya dalam penekanannya pada feeling sebagai kategori dasar pengalaman.
Feeling tidak terbatas pada manusia, melainkan juga terdapat pada ciptaan lain selain manusia. Feeling atau prehensi positif, tidak lain adalah penyerapan unsur-unsur dunia sekitar untuk menjadi bagian yang secara integral membentuk diri satuan aktual dalam proses kongkresinya. Penyerapan dunia sekitar ini tidak hanya terjadi dengan panca indera dan tidak hanya ditujukan kearah pencapaian pengetahuan. Pengalaman yang berkaitan dengan dunia nilai-nilai seperti misalnya nilai estetis, moral dan religius, umumnya mengatasi penyerapan indrawi dan tidak pertama-tama bermotifkan pengetahuan.
Dalam perkembangan selanjutnya, kaum empiris (kaum yang berpendapat bahwa pengalaman adalah sumber utama ilmu), berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala alamiah adalah bersifat konkrit dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia, misalnya suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang, langit mendung diikuti dengan turunnya hujan.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris (pengalaman) ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdpat hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata, karena merupakan gejala yang tertangkap oleh panca indera. Namun panca indera manusia sangat terbatas kemampuannya, lebih penting lagi bahwa panca indera manusia bisa melakukan kesalahan. Misalnya yang biasa kita lihat sehari-hari ialah bagaimana tongkat lurus yang sebagian terendam di dalam air akan kelihatan menjadi bengkok. Inilah mungkin slah satu yang merupakan kekurangan panca indera manusia.
Dengan demikian, bahwa hubungan antara ilmu dan pengalaman adalah bahwa ilmu itu menggali pengetahuan dari fakta-fakta dan merumuskannya dalam bentuk teori. Karena pengetahuan itu sesuai dengan fakta, maka pengetahuan yang digali dapat dinyatakan benar.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
J. Sudarmita, Filsafat Proses Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfrednorth Whitehead, (Jakarta: Kanisius, 1991). Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Imu Sebuah Pengantar, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar