Skip to main content

Referensi Makalah; Kaidah 'Atf (Ataf)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 24, 2011

Secara etimologi, kata al-‘atf adalah bentuk masdar dari kata kerja‘atafa – ya’tifu yang bermakna “cenderung dan condong atau berarti kembali kepada sesuatu yang dibenci awalnya lalu diinginkan kembali.” Dalam buku Qawa’id al-Tafsir juga dijelaskan, ‘atf secara etimologi adalah meng-‘atf-kan suatu lafal kepada lafal sebelumnya, yakni mengikutkan kepadanya dengan perantaraan huruf ‘atf. Adapun dalam kamus Maqayis al-Lugah, pada dasarnya kata‘atf bermakna “meninggalkan atau membengkok”.
Arti ini kemudian berkembang pada makna “kecenderungan”. Perubahan ini memang bisa diterima karena ketika seseorang meninggalkan sesuatu maka ia tentunya ia akan semakin mendekat dan condong ke sesuatu yang lain.
Secara terminologi (istilah) terdapat perbedaan pengertian ‘atf karena perbedaan hakikatnya. Hal ini menginformasikan bahwa ‘atf terbagi dua, yaitu:‘atf al-bayan dan ‘atf al-nasaq.
‘atf al-bayan diartikan sebagai lafal yang mengikuti lafal sebelumnya karena memiliki kemiripan sifat yang tujuannya adalah untuk menjelaskan maksud dari lafal sebelumnya itu bila lafal tersebut adalah ma’rifah atau mengkhususkan makna lafal sebelumnya bila ia nakirah, atau sekedar memberikan pujian terhadap lafal tersebut.
Pengertian ‘atf al-bayan di atas memiliki persamaan dengan badl atau pengganti dan apposisi dalam ilmu nahwu. Bahkan al-Fauzan mengutip pendapat al-Asymuni bahwa ia tidak mampu menemukan perbedaan berarti antara badl khususnya badl al-kul min al-kul dengan ‘atf. Lebih jauh lagi ia mengatakan bahwa ‘atf al-baya;n sama dengan al-badl. Namun karena ada ketentuan ikhtilaf al-ma’ani bi ikhtilaf al-mabani sehingga di kalangan ulama ada yang membedakannya dengan mengatakan bahwa ‘atf al-bayan adalah mengikutkan suatu lafal kepada lafal sebelumnya, sedang lafal yang mengikut (tabi’) tersebut lebih terkenal dari lafal yang diikuti/dijelaskan (al-matbu’). Adapun bagi al-badl, ketentuan tersebut bukanlah sebuah kemestian.
Adapun ‘atf al-nasaq diartikan sebagai tabi’ yatawassatu bainahu wa baina matbu’ihi ahad al-huruf al-‘asyarah atau lafal (tabi’ = ma’tuf ) yang mengikuti lafal sebelumnya (matbu’ = ma’tuf ‘alaihi) tetapi diantarai oleh salah satu dari huruf ‘atf yang sepuluh. Sesuai dengan makna dasarnya, kata al-nasaq bermakna rattaba wa nazzama “menyusun, merangkai, dan mengatur”. Dan ‘atf al-nasaq inilah yang dimaksud atau diinginkan dalam makalah.
Dari definisi ‘atf yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan ada 3 rukun ‘atf , yaitu:
  1. المعطوف (yang di ‘atf-kan atau kata yang datang setelah huruf ‘atf )
  2. حرف العطف (huruf ‘atf )
  3. المعطوف عليه (yang di ‘atf-inya atau kata yang disebutkan sebelum huruf ‘at}f )
Adapun huruf ‘atf adalah:
1. الواو , huruf ini berfungsi untuk menggabung antara al-ma’tuf dan al-ma’tuf ‘alaihi atau li mutlaq al-jam’i. Dan penggabungan tersebut, tidak harus berarti al-tartib atau berurutan, dan al-ma’iyyah atau sama-sama kecuali ada qarinah yang menunjukkan hal tersebut. Oleh karena itu, terkadang al-ma’tuf, keberadaan dan/atau kejadiaanya setelah al-ma’tuf ‘alaihi. Terkadang juga al-ma’tuf , keberadaannya sebelum al-ma’tuf ‘alaihi. Terkadang pula al-ma’tuf , terjadi bersamaan (musahiban) dengan al-ma’tuf ‘alaihi namun tidak berarti berurutan.
2. الفاء, huruf ini berfungsi untuk menggabung (al-isytirak fi al-hukm) antara al-ma’tuf dan al-ma’tuf ‘alaihi serta bermakna al-tartib wa al-ta’qib. Yang dimaksud dengan al-tartib adalah al-ma’tuf disebutkan setelah al-ma’tuf ‘alaihi. Sedangkan al-ta’qib adalah terjadinya (wuqu’) al-ma’tuf setelah al-ma’tuf ‘alaihi dalam waktu yang tidak lama (segera).
3. ثم , huruf ini berfungsi untuk menggabung (al-isytirak fi al-hukm) antara al-ma’tuf dan al-ma’tuf ‘alaihi serta bermakna al-tartib wa al-tarakhi. Yang dimaksud dengan al-tarakhi di sini adalah antara al-ma’tuf dan al-ma’tuf ‘alaihi terdapat waktu yang lama.
4. حتى , huruf ini berfungsi menggabung (al-isytirak) disertai dengan makna al-gayah wa al-tadrij. Yang dimaksud dengan al-gayah di sini adalah akhir/ujung, dengan kata lain, sesuatu yang dikehendaki dalam kalimat berakhir pada al-ma’tuf-nya. Sedangkan al-tadrij berarti berangsur-angsur dari sedikit demi sedikit hingga selesai semuanya atau sampai pada al-ga>yah. Pengertian ini tidak mengharuskan al-tartib atau secara berurutan, yang maknanya kurang lebih sama dengan fungsi huruf al-wawu di atas.
5. أو , huruf ini setidaknya memiliki dua fungsi. Pertama, untuk memilih dan memboleh di antara dua sesuatu atau lebih (li al-takhyir wa al-ibahah).
6. أم , huruf ini memiliki dua bentuk. Pertama, muttasilah atau bersambung. Dengan kata lain, huruf أم ini menghubungkan kalimat sebelum dengan kalimat setelahnya, di mana kedua kalimat tersebut tidak bisa dipisahkan. Dan aplikasi huruf ini juga dengan dua macam, yaitu disebutkan setelah hamzah al-taswiyyah yang berada pada kalimat yang dipahami sebagai masdar. Secara umum, kalimat tersebut didahului dengan kata سواء . Huruf أم ini juga disebutkan setelah hamzah al-istifham yang bermaksud sebagai al-ta’yin atau penentuan dan penegasan. Contohnya sebuah kalimat tanya yang mengatakan أ خالد عندك أم خليل.
Kedua, munqati’ah artinya huruf أم ini tidak didahului dengan hamzah al-taswiyyah dan hamzah al-istifham. Dikatakan sebagai munqati’ah karena secara umum, huruf ini berada di antara dua kalimat yang berdiri sendiri sekaligus masing-masing kedua kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda dengan yang lain. Oleh karenanya, fungsi dari huruf أم منقطعة ini adalah membatalkan hukum kalimat yang pertama atau memindahkannya kepada kalimat setelahnya.
Hanya saja, ‘Abdullah al-Fauzan menjelaskan bahwa pendapat yang paling kuat mengenai أم منقطعة bahwa ia tidak termasuk huruf ‘atf tetapi merupakan huruf ibtida;’ mabni ‘ala al-sukun.
7. لا , huruf ini berfungsi untuk mengembalikan kesalahan pemahaman pendengar ke pemahaman yang benar sekaligus memiliki makna nafy atau peniadaan. Contohnya sebuah kalimat yang mengatakan: قرأت النحو لا البلاغة . dari contoh dapat dilihat bahwa maksud mengembalikan pemahaman pendengar adalah meniadaan pintu pemahaman bahwa subjeknya membaca kedua ilmu tersebut atau hanya membaca ilmu Balagah.
8. لكن , huruf ini fungsinya kurang lebih sama dengan huruf لا di atas. Hanya saja yang membedakan di antara keduanya adalah huruf لكن mesti didahului oleh kalimat nafy atau nahy. Contohnya: ما جاء الضيف لكن ابنه perlu juga ditambahkan bahwa huruf لكن menjadi huruf ‘atf bila huruf tersebut tidak disertai dengan huruf al-wawu. Karena bila didahului oleh al-wawu maka ia bukan termasuk huruf ‘atf tetapi merupakan huruf ibtida’.
9. بل , huruf ini berfungsi untuk menetapkan hukum kalimat pertama dan menegaskan kebalikannya pada kalimat selanjutnya. Contohnya : ما جاء الضيف بل ابنه dari contoh ini dapat dipahami bahwa kalimat tersebut menetapkan ketidakdatangan tamu dan menegaskan secara kedatangan anaknya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Louis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-I’lam , Beirut: Dar al-Masyriq, 1986 M. A. W. Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 2002. Khalid ibn Usman al-Sabt, Qawaid al-Tafsir Jam’an wa Dirasatan, t.t.; Dar ibn ‘affan, 1997 M. Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariyya, Mu’jam Maqayis al-Lugah, Beirut: Dar al-Jil, 1991 M. Abdillah ibn Salih al-Fauzan, Ta’jil al-Nida bi Syarh Qatr al-Nida t.d. Wahbah Mustafa al-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, Damsyiq: Dar al-Fikr al-Mu’asir, 1418 H. ‘Abdullah Hamid al-Hamid, Silsilah Ta’lim al-Lugah al-‘Arabiyyah, Riyad: al-Jami’ah, 1994. Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balagah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’ Beiru: Dar al-Fikr, 1988. Tahir ibn ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Tunisia: al-Dar al-Tunisiyyah li al-Nasyr, 1984.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar