Skip to main content

Guru: Antara Pendidikan dan Kesejahteraan; Refleksi Hari Guru 2011 (1)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 24, 2011

Besok adalah hari yang diperingati sebagai hari guru, namun tak banyak yang tahu apa itu hari guru. Pribadi admin pun kurang mengerti apa itu hari guru, tujuan dan manfaatnya. Setelah membaca beberapa artikel, barulah sedikit paham bahwa ternyata itu adalah semacam “sambutan” untuk memperingati keberadaan guru.
Berbicara mengenai guru, tak dapat lepas dari masalah pendidikan. Berbicara tentang pendidikan, akan tidak akan pernah lepas dari posisi guru. Orang bilang, guru itu di gugu dan di tiru. Artinya ucapan guru akan dipatuhi, tingkah lakunya akan diikuti oleh anak-anak dan peserta didiknya. Karena itu tak heran bila ada peribahasa yang menyatakan guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Begitu pentingnya peran guru bagi murid-muridnya dan juga masyarakat pada umumnya.
Ada banyak hal yang dapat diungkap, ada banyak sisi guru dan hari jadi guru yang dapat disoroti. Tuntutan untuk selalu meng “upgrade” pengetahuannya agar tak ketinggalan jaman (dan jangan sampai ketinggalan dan kalah dari peserta didiknya), pengabdian tiada henti, pahlawan tanpa tanda jasa, hingga masalah sertifikasi dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru, sebuah upaya untuk mendapatkan “selembar” pengakuan bahwa guru yang dimaksud telah dianggap berkompeten dalam bidang ilmunya sehingga layak mengajar. Selembar pengakuan yang (katanya) akan lebih meningkatkan kesejahteraan guru karena akan dihargai sejumlah rupiah setiap bulannya. Uang, itulah faktor “sihir” yang menjadi pendorongnya. Semangat membuat portofolio, mengikuti pelatihan dan akhir yang dituju adalah uang. Tentu tak semua guru seperti ini. Masih banyak guru yang betul-betul mengajar dengan tulus hati, menuruti panggilan jiwa dan mengabdi tiada henti.
Akibat dari “sihir” uang itu, tak ayal banyak guru juga menyihir bahan untuk mendapat selembar pengakuan. Banyak diantara guru yang dengan uang menghasilkan perangkat pembelajaran (RPP, Silabus, KKM, dll). Yang paling menyedihkan lagi, bukan tidak ada guru yang lulus sertifikasi karena mendapat rasa kasihan dari pembina dan pelatih di diklat sertifikasi guru.
Memang memaknai hari guru tak cukup hanya “Hymne Guru”, dan upacara bendera. Di jaman materialis dengan “ideologi” kapitalis seperti sekarang ini, tak cukup rasanya hanya penghargaan simbolis batin, dan penetapan waktu untuk guru saja. Penghargaan materi pun harus pula diperhatikan. Agar tak ada lagi cerita, guru jadi tukang ojek, guru merangkap jadi buruh, atau “jadi guru Oemar Bakri seperti dikebiri”. Pikiran ini agar mereka dapat berkonsentrasi terhadap perkembangan anak didiknya, agar mereka dapat berkonsentrasi menyiapkan generasi baru yang lebih baik buat bangsa ini.
Guru yang benar-benar guru, bagi mereka kepuasan terbesar adalah bila melihat anak didiknya mengalami kemajuan, mampu menyerap apa yang dia sampaikan dan sukses dalam mempelajari bidang tertentu, dan tentunya mampu menjadi “orang”. Tentunya kesuksesan ini akan terasa sangat memuaskan jika dicapai dengan jalan yang benar, dengan upaya yang keras dari guru untuk membimbing, bukan dengan cara memberi kunci jawaban pada saat Ujian Nasional, bukan dengan cara “memaksa” siswa untuk ikut les privat di rumahnya, bukan dengan cara menjual modul diktat untuk materi pelajarannya, bukan dengan cara diam saja melihat siswa mencontek ketika ujian, atau bukan karena mengejar material dengan memanfaatkan peserta didiknya.
Tantangan pendidikan dari sisi pandang masalah guru ke depan masih sangat banyak. Meski demikian, guru adalah tetap guru, yang dari semua ulasan sejarah menjadi “sebab utama” “menjadi”. Guru bukan objek atau subjek bagi yang lain. Guru adalah "pewaris" ulama jika ulama adalah pewaris Nabi.
Untuk semua guru, selamat memperingati hari guru. Semoga semangat mengabdi selalu terpatri dalam hati. Karena pada dasarnya kita semua hidup. Hidup adalah belajar. Kita sedang belajar. Belajar dalam satu universitas pendidikan terbesar, dengan narasi yang sampulnya bukan kesejahteraan material.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru...
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku...
Referensi Makalah®
*Refleksi Admin
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar