Skip to main content

Dinasti Gaznawi; Sejarah, Kemajuan, dan Kemundurannya

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 20, 2011

Pembentukan
Dinasti Gaznawi terbentuk pada tahun 366 H/976 M dan berakhir pada tahun 582 H/1186 M. Dinasti ini mempunyai peranan penting dalam sejarah Islam. Daulah ini baru dibangun oleh Sebuktigin pada tahun 366-387 H/976-997 M. Terbentuk pada masa khalifah ke-24 dari daulah Abbasiyah.
Terbentuknya dinasti Gaznawi berawal dari Alptigin seorang budak yang dibeli oleh Amir Abdul Malik bin Nuh (343-350 H/954-961 M) dari daulah Samaniyah yang menguasai Asia Tengah. Karir Alptigin menanjak sampai menjadi kepala pengawal istana kemudian menjadi wali wilayah Khurasan.
Ketika Amir Abdul Malik bin Nuh wafat, kedudukannya digantikan oleh saudaranya Amir manshur bin Nuh (350-366 H/961-977 M), Emir yang baru ini memecat Alptigin dari jabatannya, setelah dipecat, pergi ke Afganistan beserta tentaranya dan akhirnya menetap di kota kecil bernama Gazna yang terletak di sebelah selatan kota Kabul Alptigin membentuk pemerintahan di Gazna pada tahun 350 H/961 M. Setelah Alptigin wafat, anaknya yang bernama Abu Ishaq bin Alptigin meneruskan kepemimpinannya di kota tersebut.
Abu Ishaq bin Alptigin mempunyai seorang budak dari Turki yang bernama Sebuktigin yang kemudian menjadi menantunya. Setelah Abu Ishaq wafat pada tahun 366 H, Sebuktigin menggantikan kedudukan mertuanya sebagai penguasa di Gazna. Sejak Sebuktigin tampil di tampuk kekuasaan, terbentuklah dinasti Gaznawiyah.
Kemajuan
Dinasti Gaznawi, dalam sejarah perjalanan dan perkembangannya telah mencapai banyak kemajuan dan pengaruh yang luas. Salah satu bukti konkrit dari pengaruh dinasti ini yang ada sampai sekarang adalah terbentuknya negara Islam Pakistan.
Pemimpin dinasti Gaznawi setelah pemerintahan Sebuktigin adalah Ismail bin Sebuktigin/ kemudian digantikan oleh saudaranya Mahmud bin Sebuktigin (387-421 H/997-1030 M). Para ahli sejarah sepakat bahwa pada masa pemerintahan Mahmud, dinasti Gaznawi mencapai puncak kemajuannya. Usaha-usaha yang dilakukannya antara lain:
Bidang teritorial, Mahmud bergerak ke selatan sampai Somnath dekat laut Arabia, sedang di Timur, Mahmud menguasai sampai Kalinjar-lembah sungai Gangga. Di Utara, dia menjadikan Oxus sebagai tapal batasnya dengan kerajaan Qarakhaniyyah. Di Barat, yaitu Khurasan dipertahankan terhadap serangan Qarakhaniyyah. Mahmud juga berhasil merebut Ray dan Hamdan dari tangan Buwaihiyyah tahun 420/1029.
Dibidang ilmu pengetahuan (kesenian, kesusastraan, kebudayaan, dan arsitektur) mengalami kemajuan pesat. Gazna ketika itu menjadi pusat perhatian para ulama dan cendikiawan. Misalnya, Abu Raihan al-Biruhi, seorang ahli astronomi dan matematika.
Mahmud sebagai penguasa terbesar dinasti Gaznawi dan keberhasilannya memimpin dinasti ini mendapat gelar “Yamin al-Daulah” (Right of the State) dari al-Qadir (khalifah ke-25 dari daulah Abbasiyah)
Kemunduran
Kemunduran dinasti Gaznawi berawal ketika Mahmud bin Sebuktigin wafat (421 H/1030 M0, kemudian pucuk kepimpinanan digantikan oleh anaknya Muhammad. Pemimpin dinasti Gaznawi sesudah Mahmud, berusaha agar dinasti ini kembali jaya seperti sebelumnya. Namun usaha tersebut tidak berhasil karena para penerus dinasti ini tidak mampu menjaga stabilitas dalam negeri dan serangan musuh dari luar. Pada masa-masa berikutnya timbullah pertikaian antara generasi penerus dinasti Gaznawi. Berawal dari pertikaian Muhammad bin Mahmud dengan saudaranya Mas’ud I karena perbedaan kepentingan. Pertikaian ini dimenangkan oleh Mas’ud I dengan dukungan militer.
Pada masa kepemimpinan Mas’ud I, keadaan pemerintahan tidak berjalan dengan baik. Keadaan menjadi tidak aman. Situasi politik yang tidak stabil dimanfaatkan oleh Bani Saljuk untuk menguasai Khurasan dan Khawarazm.
Faktor yang menyebabkan mundurnya dinasti Gaznawi juga agalah terjadinya perebutan kekuasaan di antara anggota kerajaan. Hal ini tejadi setelah Maudud bin Mas’ud yang menjabat kepemimpinan dinasti. Perebutan kekuasaan ini mengakibatkan seringnya terjadi pergantian penguasa. Hal ini menyebabkan stabilitas dalam negeri menjadi semakin lemah dan buruk.
Pada tahun-tahun pertengahan abad kesebelas, mereka disibukkan dengan peperangan melawan Bani Saljuk untuk menguasai Sistan dan Afganistan Barat. Pada masa kekuasaan Ibrahim (451 H/1059 M) dibuatlah perjanjian sementara dengan Saljuk dan perdamaian berlangsung selama lebih setengah abad.
Pada abad keduabelas, pemerintahan Bahram Syah bin Mas’ud III (512 H/1118 M) Sultan Saljuk, Sanjar sering ikut campur dalam urusan-urusan Gaznawi. Hal ini memberi pengaruh buruk bagi dinasti Gaznawi. Setelah Bahram Syah wafat kemudian digantikan oleh anaknyaKhursaw Syah (547 H/1152 M). Tipe kepemimpinan Khursaw Syah sangat bergantung pada kekuatan asing. Hal ini menyebabkan wilayah kekuasaan dinasti Gaznawi semakin banyak direbut oleh dinasti Guriyah. Akhirnya Khusraw Syah dan Khusraw Malik hanya memerintah di Punjab.
Menyerahnya Khusraw Syah kepada dinasti Guriyah yang dipimpin oleh Giyas al-Din Muhammad merupakan akhir dari kehidupan dinasti Gaznawi (582 H/1186 M).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Jesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Abbasiyah II, Jakarta: Bulan Bintang, 1977. C.E. Bostworth, The Islamic Dynasties, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul “Dinasti-Dinasti dalam Islam” Bandung: Mizan, 1993. B. Lewis, CH. Pellat, dan J. Schaht (ed.), The Encyclopedia of Islam, II Leiden, E.J. Brill, 1965. Brockelman, History of Islamic Peoples, London: Routledge and Kegan Paul, 1980. J.J. Sounders , A History of Medival Islam London: Rotledge and Kegan Paul, 1980. Ibn al-Asir, Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid IX Beirut: Dar al-Kutub, 1966.
Anda dapat mendownload makalah tentang dinasti Gaznawi dan Salajika di sini
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar