Skip to main content

Studi Barat Terhadap Islam

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 03, 2011

Sejarah dan Latar Belakang Munculnya Orientalisme: Dapat disebutkan, setidaknya tiga periodisasi muncul dan berkembangnya orientalisme. Dan, seluruh babak sejarah itu, menggambarkan perubahan demi perubahan cara pandang, tujuan dan telah melahirkan  orientalis-orientalis dengan misi dan visi yang beragam tentang dunia timur. Tiga periodisasi itu: 1) Masa sebelum meletusnya perang salib, di saat umat Islam mengalami zaman keemasannya (650-1250 M), 2) Masa perang salib sampai masa pencerahan di Eropa, dan 3) Munculnya masa pencerahan di Eropa sampai sekarang Periodisasi tersebut akan dibahas selanjutnya:
Ketika umat Islam mengalami masa keemasannya, negeri-negeri Islam dengan gerakan ekspansinya, khususnya Bagdad dan Andalusia Spanyol menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Pada Masa ini, penduduk asli Eropa menggunakan bahasa Arab dan adat istiadat bangsa Arab dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sekolah di sekolah-sekolah berbahasa Arab. Bahkan, diantara raja-raja Spanyol yang nonmuslim, seperti Peter I (w. 1104), raja Aragon, ada yang hanya mengenal huruf Arab. Al-Fonso IV mencetak uang dengan memakai tulisan Arab. Di Sicilia, juga sama, Raja Normandia, Roger I, secara khusus menjadikan istana kerajaan sebagai tempat pertemuan filosof, dokter, dan ahli-ahli Islam lainnya dalam berbagai bidang pengetahuan. Pada masa Roger II, pengaruh Arab semakin kental, antara lain pakaian kebesaran kerajaan, gereja-gereja dengan ukiran-ukirannya, bahkan mode pakaian wanita meniru  budaya Arab.
Pada Masa keemasan Islam bukan hanya berpengaruh bagi bangsa-bangsa Eropa yang berada di bawah kekuasan Islam masa itu, sehingga penuntut ilmu dari Prancis, Inggeris, Italia datng belajar ke perguruan dan universitas yang berada di Sicilia, Andalusia. Di antara pemuka  Kristen, misalnya Gerbert d’Aurillac dan Adelard dari Bath (1107-1135 M) datang belajar ke Andalusia dan Sicilia.
Dalam suasana seperti inilah muncul orientalisme di kalangan barat. Bahasa Arab dipandang sebagai bahasa yang harus dipelajari dalam bidang ilmiah dan filsafat. Bahasa Arab pada waktu itu, dimasukkan ke dalam kurikulum berbagai perguruan tinggi Eropa seperti di Bologna (Italia) tahun 1076, Oxpord (Inggeris) tahun 1167, Chartres (Prancis) tahun 1117. Dan  muncul penerjemah generasi pertama pula pada saat itu antara lain Constantinus Africanus (w, 1087) dan Gerard Cremonia (w 1187). Perkembangan selanjutnya, pengajaran bahasa arab semakin meningkat. Di Itakia pengajaran bahasa Arab di adakan di Roma (1330 M), Florencia (1321 M), Padua (1361 M),Gregoria (1217 M). Di Perancis diadakan di Toulouse (1217 M), Montpellier (1221 M), Bordeaux (1441 M) sedang di Inggeris bahasa Arab dipelajari di Cambridge (1209 M), dan di bagian Eropa lainnya pelajaran bahasa Artab baru dipelajari sesudah abad ke-15.
Perang Salib berlangsung dari tahun 1096-1291 M yang membawa kekalahan bagi kaum Kristen. Tidak lama setelah itu, kerajaan Ottoma
(Usmani)  mengadakan serangan ke Eropa. Adrianopel ditaklukkan pada tahun 1366 M, Constantinopel jatuh pada tahun 1453 M, bahkan Yerusalem juga ditaklukkan oleh umat Islam menyusul Balkan.
Kekalahan dalam perang Salib dan jatuhnya Constantinopel merupakan pengalaman pahit Kristen Eropa, sehingga raja-raja Eropa bersumpah untuk mengusir orang ‘kafir’. Di sinilah muncul semangat orang-orang Eropa untuk mengecam dan menyerang Islam dari berbagai kepentingan.  Sebagai bias dari kebencian ini pengarang-pengarang Eropa mulai menulis buku-buku dengan gambaran yang salah campur kebencian terhadap Islam. Sumber lain menyebutkan, bahwa kajian tentang timur digalakkan dalam rangka membantu gerakan kolonialisme di satu sisi, dan  sisi lain untuk pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam. Pemikiran ini muncul ketika orang-orang Kristen tidak sanggup lagi melawan kaum muslimin melalui pedang/senjata, sehingga mereka berpikir, cara baru memerangi umat Islam adalah melalui perang pemikiran/gazwu al-fikr. Dan, ternyata cara ini, sangat manjur sehingga pengaruh pemikiran kebarat-baratan bahkan ke-mulhid-an telah merambah dunia timur.
Masa pencerahan sampai sekarang
Gambaran buruk Islam dan nabi Muhammad saw, dan permusuhan Kristen sejak setelah perang salib akibat tulisan-tulisan mereka mulai mereda setelah memasuki masa pencerahan (Enlightenment) di Eropa yang diwarnai keinginan mencari kebenaran. Pada masa ini kekuatan rasio mulai meningkat dari hanya memandang secara apriori. Karena sebuah tulisan yang dibutuhkan obyektifitasnya bukan mengada-ada. Pada masa ini mulailah muncul tulisan-tulisan yang bersifat obyektif dan terbuka, misalnya, tulisan-tulisn Voltaire (1684-1778) dan Thomas Carlyle (1896-1947). 
Periode ini-sekalipun muncul penulis-penulis obyektif mulai memasuki masa kolonialisme. Orang barat datang ke dunia Islam untuk berdagang dan kemudian hendak menguasai dan menundukkan timur. Untuk tujuan ini, maka bangsa-bangsa timur perlu diketahui secara benar dan obyektif.  Dengn jalan ini hubungan lebih dekat dan mereka lebih mudah ditundukkan. Maka gambaran Islam dan timur dalam tulisan merekapu mulai  obyektif. Misalnya, tentang agama dan adat istiadat Indonesia, muncul tulisan-tulisan Marsden, Raffles, Wiken, Keyser dan Snouck Hurgronje. Bahkan Napoleon I mengadakan ekspedisi ke Mesir 1798, ia membawa sejumlah orientalis untuk mempelajari adat istiadat, ekonomi dan pertanian Mesir. Orientalis itu antara lain, Langles (ahli bahas Arab), Villoteau (mempelajari music Arab) dan Marcel (mempelajari sejarah Mesir. 
Meskipun pengaruh kolonialisme sangat kuat pada periode ini kuat, tetapi abad XX muncul orientalis yang berusaha menulis dunia Islam secara ilmiyah dan obyektif. Dalam tradisi ilmyah baru ini, bahasa Arab dan pengenalan teks-teks klasik mendapat mendapat kedudukan utama. Di antara mereka adalah Sir Hamilton A.R Gibb, Louis Massignon, WC. Smith dan Frithjof  Schuon. Nama yang terakhir ini, misalnya pernah menulis Understanding Islam yang mendapat sambutan baik di kalangan dunia Islam. Meskipun harus disebutkan bahwa tidak semua tulisan orientalis modern tentang Islam dapat oleh rasa keagamaa umat Islam.
Selain serangan pemikiran orientalis-missionaris sejak sebelum perang salib di satu pihak, pada awal abad 19 M, ternyata  di pihak  lain sebagian penguasa wilayah Timur mulai silau dengan peradaban baru di Barat. Daulah Usmani sebagai Negara super power ketika itu, mulai tertarik dengan armada perang Eropa, sehingga  Sultan Salim III mulai membangun armada tempurnya dengan mengikuti system armada perang eropa modern. Sultan Salim III, mendatangkan beberapa insinyur dan ahli militer dari Swedia, Prancis, Hungaria dan Inggeris untuk membangun  dan melatih sistem angkatan bersenjata modern.
Belakangan, kaum orientalis berusaha membantah bahwa mereka bukanlah orientalis seperti yang dikenal selama ini. Akan tetapi mereka adalah Arabists (belajar tentang Arab), Islamists (belajar tentang Islam), dan Humanists (belajar tentang ilmu-ilmu kemanusiaan), atau bahwa mereka adalah orang yang secara khusus mengkaji iklim, sosial dan ekonomi di kawasan-kawasan dunia tertentu, termasuk dunia timur. Pengaburan istilah ini, dalam rangka makar. Mereka ingin berkata bahwa ini bukan makar, meskipun sebenarnya pengantian nama ini adalah makar di atas makar.
Pandangan Orientalis Terhadap Islam: Secara khusus penulis mengemukakan pandangan orientalis terhadap 1) Al-Qur’an, 2) Hadis, dan 3) Sejarah Islam. Alasan pembatasan ini karena al-Quran dan Hadis adalah jantung keimanan dan sumber kejayaan umat Islam. Sedangkan sejarah adalah warisan peradaban umat Islam yang yang sangat mempengaruhi konsep-konsep dan ajaran Islam. Meskipun harus dikemukakan di sini bahwa segala yang berkaitan dengan timur, khususnya tentang kajian keislaman dari berbagai arah telah dikaji.
Referensi Makalah®
*Berbagai sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar