Skip to main content

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pra Nikah

Oleh: Mushlihin, al-HafizhPada: June 05, 2003

Menurut Ginanjar Triadi Budi Kusuma menyebutkan bahwa perilaku seks pra nikah biasa terjadi dan dilakukan sepasang insan, karena adanya faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan. Baik penyimpangan emosional, etika kemasyarakatan, moral maupun agama. Secara umum, faktor penyebab perilaku seks pra nikah ada dua yakni faktor penyebab, intern dan faktor penyebab ekstern.

Faktor Intern Yaitu, dorongan yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Seperti dorongan yang dikarenakan faktor psikologis, emosional maupun disebabkan hal-hal bersifat jasmaniah.

Secara Psikologis, seorang remaja yang jiwanya labil, jika pagar agama kurang kuat, ia cenderung ingin mencoba melakukan perbuatan seks pra nikah. Jika faktor lingkungan keluarga, khususnya orang tua tak mampu lagi menjadi filter atau pihak yang ditakuti, pagar-pagar penyelamat seperti moral dan agama tidak ada lagi, maka factor intern yang kuat di dalam diri remaja tadi menjadi sebuah kekuatan yang tidak tertanggulangi untuk melakukan perilaku menyimpang bernama seks bebas.
Faktor Ekstern
Penyebab penyimpangan perilaku seksual pra nikah yang datang dari luar lebih banyak berasal dari faktor pergaulan si remaja itu sendiri. Baik pergaulan disekitar rumah, pergaulan disekitar sekolah atau perkuliahan. Lingkungan pergaulan tidak selalu buruk atau merusak, namun potensi untuk menularkan hal-hal tidak benar cenderung sangat mudah.
\
Berdasarkan dari jurnal penelitian dan referensi terkait, mengemukakan beberapa factor yang mempengaruhi perilaku seks bebas baik itu eksternal maupun internal, yaitu latar belakang keluarga, kelompok reverensi atau teman sebaya, perubahan biologis, pengalaman berhubungan seksual, media massa, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja, tingkat perkembangan moral kognitif, usia, kekerasan yang terjadi, meningkatnya pergaulan bebas, narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), kemiskinan, status tempat tinggal, religiusitas, dan kepribadian atau identitas diri

Berkaitan dengan kepercayaan seseorang mengenai bagaimana orang lain mengevaluasi tingkah laku tersebut. Religi merupakan salah satu bentuk kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Seorang individu akan meyakini religinya sebagai norma yang dipakai untuk memonitor perilaku dalam kehidupannya.

Dalam masyarakat, religiusitas dijadikan norma masyarakat semacam mekanisme kontrol sosial yang mengurangi kemungkinan seseorang melakukan tindakan seksual diluar batas ketentuan agama. Tindakan seksual diluar batas ketentuan agama akan dapat dilakukan oleh individu yang tingkat religiusitasnya rendah. Individu dengan tingkat religiusitas rendah dipastikan kurang memiliki norma yang mengatur boleh atau tidak perilaku seks bebas dilakukan.

Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ginanjar Triadi B.K,S.Pd, Remaja, Seks, Aborsi, (Sahabat Setia, Yogyakarta, 2007). Kartono, K, Psikologi Remaja, (Rajawali, Jakarta, 1988). Loekmono, J.T.L, Seksualitas, Pornografi, Pernikahan, (Satya Wacana, Semarang, 1988).

Oldest Post
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar