Skip to main content

Pengertian Raja' menurut Ulama

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 14, 2013

Raja’ secara etimologi berasal dari bahasa arab yang berarti berharap atau optimisme. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.
Secara terminologi, raja’ diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang shaleh.
Imam Qusyairy memberikan pengertian raja’ sebagai keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa yang akan datang. Sebagaimana halnya khauf berkaitan dengan apa yang akan terjadi di masa datang.
Abu Abdullah bin Khafif memberikan pengertian raja’ sebagai senangnya hati karena melihat kemurahan Yang Tercinta yang kepadaNya harapan dipautkan dan menganggap adanya fadal sebagai tanda harapan yang pasti.
Menurut Ibn al-Qayyim, Raja’ menuntut tiga perkara, yaitu cinta kepada apa yang diharapkannya, takut harapannya hilang dan berusaha untuk mencapai apa yang diharapkan. Harapan yang tidak diikuti dengan tiga perkara tersebut bukanlah raja’ melainkan tamanni. Tamanni adalah mengangankan sesuatu yang tidak mungkin dicapai.
Perbedaan antara raja’ dan tamanni adalah bahwa tamanni membuat orang menjadi malas. Orang yang hanya mengangankan sesuatu tidak akan pernah berusaha atau membulatkan tekad untuk mencapai apa yang diangankannya.
Menurut Ahmad bin Ashim al-Anthaky, tanda adanya harapan pada seorang hamba adalah manakala ia menerima nikmat anugerah (ihsan), ia terilhami untuk bersyukur, penuh harap akan penuhnya rahmat Allah swt. di dunia dan penuhnya pengampunNya di akhirat. Sedangkan Syah al-Kirmany mengatakan bahwa tanda adanya harapan adalah taat yang baik.
Ibn Khubaiq menjelaskan tiga macam harapan, yaitu orang yang berharap amal baiknya diterima Allah, orang yang berharap tobatnya diterima Allah dan memperoleh pengampunan, serta orang yang berharap memperoleh pengampunan tetapi terus melakukan dosa.
Raja’ menurut al-Tusi ada tiga macam; raja’ fillah, raja’ fi sa’ah rahmatillah yaitu harapan pada dibutuhkannya rahmat Allah, raja’ fi sawabillah, yaitu mengharap pahala Allah. Adapun raja’ di dalam mengharap pahala Allah dan harapan saat dibutuhkan kasih sayangnya bagi hamba yang berharap, maka itu semata karena ia dibukakan hatinya setelah disebutkan karunianya yang besar. Ia tahu betapa mulia, pemberi anugerah serta betapa pemurahnya Allah dan ia pun berharap akan anugrahNya yang agung. Sebagaimana yang telah diceritakan dari Zunnun al-Misri, suatu saat ia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya keluasan rahmatMu adalah yang kuharapkan disisi amalku yang sedikit. Dan akupun bersandar pada ampunanMu dari pada siksaMu.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Ad-Da’u wa Ad-Dawa’, terj. Salim Bazemool dengan judul Terapi Penyakit Hati, (Jakarta: Qisthi Press, 2005). Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Penerbit Amzah, 2005). Al-Qusyairy An-Naisabury, Ar-Risalah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi At-Tasawufi, terj. Mohammad Luqman Hakim dengan judul Risalatul Qusyairiyyah: Induk Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar