Skip to main content

Makna Tasbih dalam al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 11, 2013

Kata subhana berbentuk Isim Mashdar, dalam al-Quran ia disebut secara mufrad ataupun juga mudhaf (disandarkan dengan kata lain). Makna SubhanAllah (Memahasucikan Allah), berstatus nashab berposisi Mashdar. Seolah-olah orang yang mengucapkannya berkata, “aku memahasucikan Allah swt dengan pemahasucian yang pasti; menafikan setiap apa yang tidak layak bagi ketinggian dan keagungan-Nya dengan tanpa menyerupakan, tanpa pemisalan, tanpa perbandingan, tanpa pengalihan, tanpa penakwilan dan tanpa pengabaian; dan aku menetapkan pada keagungan-Nya apa saja yang dia jelaskan tentang Dzat-Nya sendiri dan apa saja yang telah ditetapkan Rasulullah saw dari berbagai sifat kesempurnaan yang mutlak.”
Berdasarkan itu, maka menuturkan dua kalimat syahadat disertai dengan pemahaman yang benar terhadap kandungannya, mendirikan shalat dengan khusuk, menunaikan zakat dengan sikap wara’ dan ketundukan, berpuasa dengan ikhlas dan pengabdian, melaksanakan haji tanpa dibarengi ucapan kotor dan perbuatan fasik, dan menghadap allah untuk berdoa dengan memelas dan penuh pengharapan, mengagungkan, mengesakan dengan tunduk hanya kepada-Nya, menghambakan diri, taat, dan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya dengan tanpa menyekutukan, atau dengan istilah Tauhid Uluhiyyah, ini semua adalah termasuk tasbih kepada Allah.
Tasbih juga bisa diartikan sebagai doa kepada Allah. Allah Swt berfirman tentang nabi Yunus as ketika ia ditelan oleh ikan besar dengan menyatakan:
“Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela, maka kalau Sekiranya Dia tidak Termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit, kemudian Kami lemparkan Dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.”
Ibnu Abbas dan Abdullah bin Mas’ud berpendapat, sesungguhnya nabi Yunus banyak membaca doa kepada Allah pada saat ia di perut ikan. Oleh karena itu, disunnahkan bagi orang yang berdoa untuk memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah (hamdalah), serta membaca shalawat kepada Rasulullah saw pada saat memanjatkan doa, baru kemudian ia menyampaikan permintaannya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah mendengar seorang laki-laki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengucapkan hamdalah dan shalawat kepada Nabi saw terlebih dahulu, maka beliau pun bersabda, “Ini shalat yang tergesa-gesa!” Kemudian Rasulullah memanggil orang itu dan berkata kepadanya,
“Jika salah seorang dari kalian sedang berdoa, maka hendaklah ia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah swt, kemudian hendaklah ia membaca shalawat kepada Nabi saw, kemudian barulah ia berdoa dengan apa saja yang ia mau.”
Sesungguhnya ucapan al-hamdulillah yang diucapkan oleh manusia itu dianggap tasbih, sebagaimana dianggap tasbih pula setiap dzikir yang mensucikan Allah, ataupun segala ucapan yang di dalamnya seorang hamba yang beriman mengagungkan sifat-sifat Allah yang mulia. Mengulang-ulang pengucapan Asma al-Husna dianggap pula sebagai satu bentuk tasbih yang paling disukai oleh Allah swt.
Dari Mus’ab bin Sa’ad, Rasulullah saw pernah berkata:
“sanggupkah kalian men gerjakan seribu kebajikan setiap hari?, maka bertanya salah seorang yang duduk dalam majlis, bagaimana kami men gerjakan seribu kebajikan setiap hari, sabda nabi bacalah tasbih seratus kali niscaya Allah ta ’ala mencatat bagimu seribu kebajikan atau dihapus dari padanya seribu kesalahan (dosa)”.
Ada beberapa hadis yang menunjukkan adanya shalat tasbih, namun menurut pandangan jumhurul ulama mengatakan bahwa hadis shalat tasbih itu Dha’if. Akan tetapi ulama fikih menetapkan shalat tasbih dalam bab fikih.
Dalam surat an-Nasr : 3, nabi Muhammad saw diperintahkan untuk bertasbih dengan memuji nama tuhan-Nya. Memuji tuhan adalah formula kesyukuran yang sangat penting Dalam al-Quran dikatakan, “fasabbih bihamdi rabbika”
Zaqlul an-Najjar berpendapat bahwa Ayat-ayat Tasbih yang terdapat dalam al-Quran digolongkan menjadi enam golongan ayat yaitu:
  1. Allah menegaskan Maha Besar kesucian-Nya, karena ketunggalan-Nya dengan Uluhiyah, Rububiyah, dan Wahdaniyat-Nya pada Dzat-Nya sifat¬sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya atas semua makhluk-Nya; pada Qadrat-Nya yang mutlak dan di dalam menghimpun segala sifat kesempurnaan yang mutlak; dan suci dari setiap kekurangan, yang disebutkan dalam kata perintah (amr).
  2. Perintah tasbih bersama dengan perintah sujud yaitu yang terdapat dalam QS. al-Hajr: 98.
  3. Perintah bertasbih dan bertawakkal kepada Allah Swt yaitu QS. al-Furqan: 58
  4. Perintah bertasbih disertai dengan perintah untuk bersabar dan perintah untuk beristigfar yaitu QS. Ghafir: 55.
  5. Perintah bertasbih dan bersabar disertai dengan penentuan waktu-waktu yang diutamakan yaitu QS. Qaaf: 39-40
  6. Tasbih yang diucapkan para nabi dan rasul, yang terdapat dalam al-Quran yang hanya terdapat 4 ayat yaitu :
Tasbih Rasulullah yang disebutkan dalam al-Quran yaitu: QS. Yusuf : 108
Tasbih Nabi Musa As yang terdapat dalam QS. al-A’raf: 143
Tasbih Nabi Yunus As yang terdapat dalam QS. Thaha: 33
Tasbih Nabi Isa As yang terdapat dalam QS. al-Maidah.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Zaglul an-Najjar, Shuarun Min Tasbih al-Kauniaat Lillah, diterj: Faisal Saleh, Ketika Alam Bertasbih, (Jakarta, 2008). Al-Quran dan Terjemahnya yang telah ditahsis oleh departemen agama RI, (Jakarta, 1990). H.R. Muslim. Terj: Hadist Shahih Muslim, (Klang Book Centre, Malaysia, 1997). Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syarif an-Nawawi ad-Dimsyiqy, al-Adzkar, (Toha Putra, Semarang). Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban, (Paramadina, Jakarta, 2000).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar