Skip to main content

Pendidikan Humanis Religius

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 25, 2012

Pendidikan humanis religius merupakan sebuah konsep keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisme ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab atas ungkapan Hablun Min Allah dan Hablun Min An-Nas.
Humanisme religius adalah suatu keyakinan di dalam aksi (the faith in action), aksi di sini merupakan tindakan untuk melakukan suatu guna memperoleh satu tujuan demi kemaslahatan umat manusia, dalam bukunya Abdurrahman Mas’ud mengatakan:
Humanism teaches us that it is immoral to wait for God to act for us. We must act to stop the wars and the crimes and the brutality of this and future ages. We have powers of a remarkable kind. We have a high degree of freedom in choosing what we will do. Humanism tells us that whatever our philosophy of the universe may be, ultimately the responsibility for the kind of world in which we live rests with us.
Humanisme (perikemanusiaan) memberi pengajaran kepada kita bahwa tidak bermoral untuk menantikan Tuhan untuk bertindak atas nama kita. Kita harus bertindak untuk menghentikan peperangan, kejahatan dan kekejaman ini dan masa depan berbagai zaman. Humanisme menunjukkan bahwa apapun juga yang filosofi kita menyangkut alam semesta sehingga muncul tanggung jawab untuk dunia di mana kita hidup terletak di tangan kita.
Terkait humanisme religius, penulis mengaitkan dengan istilah philanthropy. Philanthropy menurut Mustafa al-Sibai:
It is not possible for a person discussing our immortal civilization and its impressions, to lose sight of one such peculiarity of our civilization in which it stands out among civilization. This peculiarity is the love of man. Our civilization ridding mankind of hatred, malice, dissention, has taught it the lesson of love, generosity, cooperation and equality.
Tidaklah mungkin untuk seseorang mendiskusikan peradaban yang abadi, untuk dapat melihat seseorang keanehan dari peradaban kita di mana hal tersebut menonjol antar peradaban. Keanehan ini adalah cinta manusia. Peradaban kita yang membersihkan umat manusia dari kebencian, kedengkian, dissension, telah mengajarnya pelajaran cinta, kedermawanan, persamaan dan kooperasi.
Islam memandang philanthropy merupakan kesempurnaan sikap cinta kepada manusia, binatang, tanaman atau tumbuhan, benda-benda mati, bumi dan surga, sebagai abdi Allah dan ketaatan pada hukum-hukum alam.
Dengan demikian, penulis beranggapan, bahwa pendidikan humanis religius adalah proses memberi pelajaran kepada manusia bahwa sesuatu perbuatan yang jika harus menunggu Tuhan untuk bertindak untuk kita, itu merupakan perbuatan yang tidak bermoral. Kita harus senantiasa berusaha untuk menghentikan perang-perang dan kriminalitas-kriminalitas dan kebrutalan yang ada sekarang serta masa yang akan datang. Sebagai manusia mempunyai sebuah kekuatan yang luar biasa.
Corak pendidikan humanis religius, umumnya terdapat pada pesantren yang ditunjukan dengan sikap cinta terhadap sesama manusia, baik kyai maupun santri yang mempunyai kesadaran bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling mulia di antara makhluk ciptaan-Nya yang lain, sehingga para santri mengemban amanat yakni sebagai khalifah fi al-ardh.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomok: Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2002). Mustafa Sabai, Some Glittering Aspects of The Islamic Civilization, (Delhi: Hindustan Publication, 1990). Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an, 1971).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar