Skip to main content

Biografi Jamaluddin al-Afghani

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 13, 2012

Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani bin Safar. Ia meupakan keturunan Sayyid Ali al-Tirmidzi, yang jika diruntut nasabnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Hal ini tercermin dari gelar Sayyid yang disandangnya.
Mengenai tempat lahirnya ada dua versi yang berbeda. Harun Nasution mengatakan bahwa ia lahir di Afghanistan 1839 dan wafat di Istanbul 1897. Sedangkan Nurcholish Madjid, Cyrill Glasse dan Jamil Ahmad mengatakan bahwa ia lahir di Asadabi, Iran (Persia).
Pendidikan dan pengajaran dasarnya dari ayahnya sendiri, dari kecil sudah diajarkan mengaji al-Quran, besar sedikit lagi bahasa Arab dan sejarah. Ayahnya mendatangkan seorang guru ilmu Tafsir, Ilmu Hadis dan Ilmu Fikih yang dilengkapi dengan ilmu Tasawwuf dan ke-Tuhan-an. Dengan intelegensi yang sangat luar biasa, dalam usia kurang lebih 18 tahun ia telah menguasai hampir semua cabang Ilmu Islam mulai dari filsafat, ushul fiqh, sejarah, metafisika, tasawuf, kedokteran, sains, mistik sampai pada astronomi dan astrologi. Ia juga fasih berbahasa arab, Persia, Turki, Rustho, Inggris dan Rusia.
Pengabdiannya yang pertama di Afghanistan adalah sebagai pembantu pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Hal ini digelutinya ketika ia berusia 22 tahun. Kemudian menjadi penasehat Ali Khan pada tahun 1864 dan pada zaman pemerintahan Azam Khan diangkat menjadi Perdana Menteri. Pada masa ini, Inggris telah ikut campur dalam urusan politik dalam negeri Afghanistan. Dalam masa pergolakan ini, ia berpihak pada kelompok yang disokong Inggris. Akibat kekalahan kelompoknya, agar lebih aman, ia meninggalkan tanah kelahirannya dan menuju India pada tahun 1869 meskipun tidak lama di sana. Pada tahun 1870, ia pindah dan berdomisili di Turki, yang oleh Perdana Menteri Ali Pasha ia diangkat menjadi anggota Majelis Pendidikan Turki, kemudian pindah lagi ke Iran dan di sana di angkat menjadi Menteri Penerangan.
Pada tahun 1892, atas undangan Sultan Abdul Hamid, ia pindah ke Istanbul. Sultan Abdul Hamid bekerja sama dalam pemikiran-pemikiran demokratis al-Afghani dalam bidang pemerintahan. Namun kerja sama ini tidak bisa tercapai sepenuhnya, karena Sultan masih ingin mempertahankan kekuasaan otokrasi. Akibat pengaruh al-Afghani yang begitu besar, maka Sultan merasa takut. Akhirnya, kebebasan al-Afghani dibatasi dan ia tidak dapat keluar dari Istanbul sampai ia wafat tahun 1897.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims diterjemahkan oleh Putaka Furdaus dengan judul, Seratus Tokoh Muslim yang Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996). Tim Penyusun, Ensiklopedia Islam, Jilid II (Jakarta: Ichtiar Baru, 1999). Cyrill Glasse, The Consire Encyclopedia Islam diterjemahkan oleh Ghufran A. Mas’adi dengan judul: Ensiklopedi Islam (Riskas) (Jakarta: Rajawali Press, 1996).Nurcholish Madjid (Ed), Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1994). M. Yusran Asmuni, Aliran Modern Dalam Islam: Mengenal Pokok-Pokok Pemikiran Para Pmukanya (Surabaya: al-Ikhlas, 1982).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar