Skip to main content

Konsep Zikir Muhammad Arifin Ilham

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 07, 2013

Muhammad Arifin Ilham membagi zikir meliputi empat hal. Pertama zikir hati senantiasa mengingat Allah dalam hati. Kedua zikir akal, yang berarti mampu menangkap bahasa Allah dalam gerak alam semesta. Ketiga zikir yang berupa ucapan asma Allah terjemahan dari kata hati. Keempat zikir amal yang merupakan implikasi taqwa. Adapaun rinciannya adalah sebagai berikut:
Zikir Hati
Zikir ini disebut juga dengan asal dan kebesaran. Sedangkan menurut Muhammad Arifin Ilham zikir hati ialah merasakan hadirnya Allah. jika hendak melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, maka ia menyakini dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu melihatnya. Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Lagi Maha Mengetahui, zikir qalbiyah ini lazimnya disebut ihsan. Di lain pihak orang beriman tidak akan mencapai ihsan apabila iman dan Islam belum kokoh dan sempurna pengalamannya.
Para pembesar tarikat Naqsyabandiyah, juga lebih memilih zikir hati, alasannya adalah bahwa hati merupakan tempat pengawasan Allah, tempat bersemayamnya iman, tempat bersumbernya rahasia, dan tempat bertenggernya cahaya. Hati yang baik akan mengakibatkan jasad, perilaku menjadi baik. Begitu pula hati yang buruk akan berdampak kepada perilaku menjadi buruk.
Zikir Akal
Zikir aqliyah istilah zikir akal, adalah kemampuan menangkap bahasa Allah di balik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerak alam, Allah-lah yeng menjadi sumber gerakan dan yang menggerakannya. Berarti dia senantiasa hadir dan terlibat dalam setiap peristiwa dan kejadian-kejadian alam, setiap peristiwa sejarah dan dalam setiap tindakan manusia.
Kata ayat mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pekerjaan berfikir arti asli dari kata ayat ialah tanda. Ayat dalam arti ini kemudian dipakai untuk fenomena alam yang banyak disebut dalam ayat kauniayah. Tanda yang ditangkap dengan indera mempunyai arti abstrak yang terletak di dalamnya. Tanda ini harus diperhatikan, diteliti, dipikirkan dan direnungkan untuk memperoleh arti abstrak yang terletak di belakang itu.
Dalam konteks pengenalan terhadap Allah, maka membaca harus dilakukan terhadap ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam al-Quran, dan membaca ciptaannya, Allah selalu menyebut tipe orang yang cerdas adalah orang yang selalu berfikir dalam segala keadaan. Berfikir dengan demikian adalah salah satu kunci kedekatan kita dengan Allah. Ini juga menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai pikiran manusia. Orang yang tidak menggunakan akalnya termasuk golongan orang yang dimurkai Allah.
Pada dasarnya mengunakan akal untuk memahami alam semesta ini adalah merupakan zikir atau ingat kepada Sang Pencipta. Manusia akan tahu siapayang menerbitkan matahari, menghembuskan angin dan lain sebagainya. Karena, bahwa setiap ciptaan-Nya merupakan argumentasi bahwa Allah itu ada. Dan semua makhluknya berada di bawah-Nya semata. Orang yang berfikir akan senantiasa melihat keagungan dan kebesaran Allah dalam segala sesuatu yang didengar dan dilihat di alam ini.
Zikir Lisan
Zikir ini merupakan terjemahan dari zikir hati dan akal. Apa yang dihayati dan dipaparkan, itulah yang diucapkan. Maka dengan mengucapkan zikir berulang kali niscaya akan terpelihara ingatanya kepada Allah swt. Ucapan adalah buah dari pikiran dan penghayatannya. Seseorang akan bisa selalu berzikir lisan karena dalam ingatannya ada nama dan keagungan Allah swt. Hal inilah yang dapat mengindarkan manusia dari perkataan yang sia-sia dan dari ucapan yang tidak benar inilah kaidah pencapaian seorang pezikir dengan lidahnya.
Imam Ash Shodiq berkata “zikir lisan itu puja dan puji” pada tingkat awal dijalaninya ruhani, seorang yang sedang melakukan latihan zikir, pertama-tama ia harus membiasakan lidahnya berzikir. Ia harus senantiasa berzikir tanpa mengenal tempat dan waktu. Pada tingkatan ini zikir mewujudakan segala pujaan dan pujian yang ditunjukan hanya kepada Allah swt.
Oleh karena itu, zikir jenis ini juga disebut zikir yang nyata, karena ia diucapkan dengan lisan yang nyata, baik zikir secara sendirian maupun secara bersama-sama. Zikir pada hakikatnya adalah makanan utama lisan atau lidah. Namun walaupun begitu harus diresapkan pengakuan hati, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
Zikir lisan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu zikir yang terikat dengan waktu dan tempat serta ada pula yang bebas, zikir yang tidak terikat dengan tempat dan waktu dan kondisi misalnya pujian kepada Allah swt.
Berzikir dengan lisan bisa dilakukan dengan melafalkan huruf perhuruf secara berlahan ataupun lantang (bersuara). Karenanya zikir jenis ini tidak mudah untuk dipraktekkan dalam setiap saat. Sebab pada saat melakukan jual beli di pasar dan yang sejenisnya sama sekali akan menggangu seseorang yang sedang berzikir, dengan demikian, otomatis lisannya akan berhenti berzikir. Berbeda halnya dengan zikir hati, itu berzikir dengan mengonsentrasikan diri pada satu makna (dalam hati) yang tidak tersusun dari ragkaian huruf dan suara, karenanya seorang yang sedang berzikir jenis ini tidak akan terganggu oleh apapun dan siapapun.
Zikir Amal
Sebenarnya cita-cita kita semua adalah zikir amaliah. Dan ini sebenarnya adalah hasil akhir yang ingin kita capai dari zikir yang berarti takwa dan akhlak yang mulia, yang merupakan inti adalah syariat Allah.
Iman itu, indikator spiritualnya adalah merasa melihat atau dilihat Allah dalam segala keadaan karena kondisi demikian adalah kondisi tatkala Allah telah berada di hati, dan itu tidak mungkin terjadi pada orang yang hatinya belum bersih. Dan Allah telah menjadi raja di hati itu, maka cara untuk mencapai kondisi itu adalah dengan berlatih zikrullah. Karena zikrullah itu, berarti telah menjadikan Allah sebagai raja di hatinya. Maka untuk mencapai kondisi iman seperti itu caranya adalah dengan melaksanakan segala aturan Allah, melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan kerja zikir dalam arti umum. Jadi antara iman dan ketakwaan haruslah bisa disejajarkan yang semua itu adalah sebagai wujud dari pengabdiannya kepada Sang Pencipta.
Dalam hal ini zikir bukan hanya menyebut atau mengingat Allah, melainkan diberikan makna secara lebih praktis dan mendalam dengan penekanan bahwa zikir adalah menumbuhkan kesadaran ke mana dan bagaimana kita harus pulang.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Imam Tirmidzi, Jami’us Shahih Sunan At Tirmidzi, (Beirut: Darul Kutb Al Ilmiyah, t.th). M. Al Fateh, Rahasia dan Keutamaan Zikir, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003). Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989). KH. Muhammad Arifin Ilham, Renungan-renungan Zikir, (Depok: Intuisi Press, 2003). Syekh Abdul Qadir Jailani, Rahasia Sufi, (Jogjakarta: Pustaka Sufi, 2002). Motinggo Busye dan Quito R. Motinggo, Zikir Menyingkap Kesadaran Ruhaniyah, (Jakarta: Hikmah 2004).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar