Skip to main content

Mengenal Agama Hindu; Pengantar

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 13, 2012

Agama Hindu mempersonifikasikan kekuatan-kekuatan Sang Hyang Widi dalam bentuk beberapa dewa yang banyak jumlahnya, akan tetapi mempunyai fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan kepentingan makhluk hidup ini. Sebagai Bhatara Brahma, ia memberikan pegangan dan tuntunan bagaimana manusia harus bertindak.
Brahma bertindak sebagai Sang Hyang Saraswati yang memberikan ilham kepada para Maharesi. Hubungan antara Sang Hyang Saraswati dengan Brahman diungkapkan seperti hubungan antara api dengan panasnya. Saraswati dianggap sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, karena hanya dengan pengetahuan saja penciptaan-penciptaan baru itu timbul. la adalah sumber ilham, sumber gerak dan sumber ciptaan manusia.
Sebagai Bhatara Wisnu, Sang Hyang Widi menjadi pelindung dan pemelihara dunia. la mempunyai dua sakti, yaitu Dewi Sri (Dewi Kesuburan) dan Dewi Lakshmi (Dewi Kebahagiaan). Sebagai Bhatara Siwa, Sang Hyang Widi menguasai keadilan dan mewujudkan (jin sebapai Dewi Durga dan Dewi Uma (Parwati). Kepada orang yang berbuat dosa ia berlaku dan berujud Dewi Durga yang mengerikan dan kepada orang yang berbuat baik ia berlaku dan berujud Dewi Uma yang penuh cinta kasih;
Mengenai agama, dalam Hindu dikatakan bahwa agama adalah jalan untuk sampai kepada Moksa (kelepasan). Oleh sebab itu agama berisi petunjuk-petunjuk yang benar. Agama adalah jalan yang lengkap dengan petunjuk dan pedoman ke arah yang benar. Dalam ungkapan sering dikatakan bahwa agama adalah "perahu" untuk menyebarangkan manusia dan dunia yang tidak kekal menuju surga (moksa); jiwa (atman) adalah "bendega" tukang perahu' layar adalah pikiran manusia; angin adalah hawa nafsu; air laut adalah persoalan keduniaan, dan tujuannya adalah pulau harapan (surga).
Tujuan agama adalah Moksa Artham Jagadhitaya, Ca Iti Dharmah, yang berarti untuk mendapatkan Moksa dan Jagadhita, untuk kesejahteraan jasmani dan rohani. Jasmani penting karena jasmani adalah alat untuk mendapatkan Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Moksa adalah lepas bebas dari segala ikatan dunia, lepas dari karma dan lepas dari samsara. Moksa dapat dicapai pada waktu manusia masih hidup di dunia atau dapat dicapai setelah ia mati. Jalan kelepasan dapat ditempuh oleh seseorang sesuai dengan kemampuannya.
Ada empat macam jalan kelepasan, yaitu Jnanayoga (jalan pengetahuan), Bhaktiyoga (jalan bakti dan taat kepada Tuhan), Karmayoga (jalan beramal dengan ikhlas), dan Rajayoga (jalan semadi).
Mengenai kitab suci, Weda adalah kitab suci agama Hindu yang mengutamakan pengetahuan suci tcntang Sang Hyang Widi dan perintah-perintahnya. Dalam Weda tercakup kitab-kitab Upanishad, Wedapari Krama. Bhagavadgita dan Sang Hyang Kamahayanikan. Kitab-kitab tersebut wajib dibaca dan dipelajari oleh segenap umat Hindu, tidak terbatas hanya pada kalangan pendeta saja. Karena itu lalu muncul pula beberapa kitab semacam Smriti, berupa Manu-Smriti dan Sarasamuccaya, kitab-kitab Parana, kitab-kitab Itihasa. dan Wiracarita.
Mengenai masalah kasta atau caturvarna, yang semula selalu dikaitkan dengan persoalan kelahiran, maka pada agama Hindu di Bali sudah memperoleh pengertian yang lain juga. Dikatakan, varna adalah sifat dan bakat kelahiran dalam mcngabdi masyarakat, yang mementingkan sumber gairah kerja, minat atau bakat, untuk berkarya. Kasta brahmana adalah golongan orang yang mengabdi pada masyarakat karena memiliki sumber gairah dan minat untuk menyejahterakan masyarakat, negara.dan rakyat dengan jalan mengabdikan dan mengamalkan ilmu pengetahuannya sehingga mampu memimpin masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama. Ksatria adalah golongan orang yang mengabdi pada masyarakat karena mempunyai sumber gairah dan minat untuk memimpin dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat berdasarkan agamanya.
Waisya adalah orang yang mengabdi kepada masyarakat karena mempunyai sumber gairah dan minat untuk menyelenggarakan kemakmuran negara, masyarakat dan kemanusiaan dengan jalan mengabdikan dan mengamalkan watak-watak tekun, terampil, hemat dan cermat. Adapun sudra adalah orang yang mengabdi kepada masyarakat karena memiliki sumber gairah dan minat untuk memakmurkan masyarakat dengan jalan mengabdikan kekuatan jasmani dan ketaatannya kepada seluruh masyarakat. Dengan pengertian caturvarna seperti itu, berarti sudah tidak ada lagi persoalan-persoalan yang timbul karena pengertian bahwa kasta (bahkan juga karma) seseorang itu ditentukan oleh kelahiran.
Dalam perkembangan yang mutakhir, rupa-rupanya rumusan-rumusan ajaran agama Hindu di Bali sudah mengalami perubahan-perubahan yang begitu jauh dibanding pengertian semula di tempat asalnya, India, bahkan sudah menyesuaikan dengan Indonesia dalam kekiniannya. Agama ini sudah tidak terbatas hanya di Bali saja, tetapi, seperti telah disebutkan di atas, dengan mobilitas yang tinggi, agama Hindu (Bali) sudah memperluas diri dengan sendirinya.
Dalam perkembangan yang mutakhir, rupa-rupanya rumusan-rumusan ajaran agama Hindu di Bali sudah mengalami perubahan-perubahan yang begitu jauh dibanding pengertian semula di tempat asalnya, India, bahkan sudah menyesuaikan dengan Indonesia dalam kekiniannya. Agama ini sudah tidak terbatas hanya di Bali saja, tetapi, seperti telah disebutkan di atas, dengan mobilitas yang tinggi, agama Hindu (Bali) sudah memperluas diri dengan sendirinya.
Di antara perubahan-perubahan tersebut ada yang menyangkut konsep ajaran agama. Menurut agama Hindu Bali Sang Hyang Widi adalah Tuhan yang Maha Esa. Dalam Kitab Weda disebutkan bahwa Brahma hanya satu, tidak ada duanya. Dalam Sutasoma dikatakan bahwa tuhan berbeda-beda telapi satu, tidak ada dharma yang dua. Dalam Upanishad juga diungkapkan bahwa Sang Hyang Widi adalah tidak berbentuk, tidak berbadan, tidak berpanca-indera tetapi mengetahui segala yang ada dan yang terjadi pada semua makhluk. Sang Hyang Widi tidak pernah lahir, tidak pernah tua, tidak pernah berkurang dan juga tidak pernah bertambah. la disebut dengan banyak nama, dan yang terpenting adalah Tri-Sakti, yaitu Brahma (sebagai pencipta), Wisnu (sebagai pelindung dan pemelihara), dan Siwa (sebagai perusak untuk dikembalikan ke daur yang semestinya).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar di Dunia, (PT al-Husna Dzikra, Jakarta, 1996). Abujamin Roham, Agama Wahyu dan Kepercayaan Budaya, (Media Da’wah, Jakarta, 1999). C. J. Bleeker, Pertemuan Agama-Agama Dunia Menuju Humanisme Relijius dan Perdamaian Universal, (Pustaka Dian Pratama, Yogyakarta, 2004).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar