Skip to main content

Pengertian Kebebasan Manusia

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: October 31, 2012

Pemikiran mengenai kebebasan manusia muncul seiring dengan pemikiran tentang peranan manusia di dunia, bahwa tidak sepenuhnya keberadaan manusia di dunia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi. Manusia di dunia mempunyai peranan dalam membangun kehidupannya. Aktualisasi yang selalu dilakukan menimbulkan sebuah kesadaran akan dirinya dengan kemampuannya, dan kesadaran akan dunia dan lingkungan yang ada disekitarnya.
Pada kondisi seperti itu, manusia menyadari kebebasannya ketika ia mewujudkan peranannya dalam sebuah perbuatan-perbuatan yang bersifat “menguasai dunia” dan “menakhlukkan dunia”. Maka dapat dimengerti bahwa kesadaran penuh akan kebebasan manusia hanya dapat timbul setelah kebebasan itu dapat diwujudkan dalam tindakan penguasaan dunia.
Istilah kebebasan dari segi etimologi adalah kata sifat berasal dari kata “bebas”, yang berarti merdeka, tak terkendali. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “bebas” mempunyai arti lepas sama sekali, dalam arti tidak terhalang, tidak terganggu, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, tiap-tiap anggota dapat mengungkapkan pendapatnya.
Secara etimologi makna kebebasan, tidak dapat dipastikan artinya. Kata bebas menggambarkan pada suatu kondisi yang memungkinkan seseorang tidak terikat pada sesuatu hal yang lain, lepas dari kewajiban atau tuntutan yang lain, murni dilakukan oleh dirinya sendiri. Seseorang lebih cenderung menyatakan ia “bebas untuk”, daripada menyatakan ia “bebas dari” sesuatu.
Dalam konteks kebebasan manusia, berarti ketiadapaksaan. Ada beberapa macam kebebasan dan paksaan, yaitu kebebasan fisik dan kebebasan moral, paksaan fisik dan paksaan moral. Kebebasan fisik berarti tiadanya paksaan fisik, sedangkan kebebasan moral adalah ketiadapaksaan moral atau hukum. Ketika seseorang merasa tertekan pada kondisi psikologisnya ia belum merasakan kebebasannya, karena kebebasan psikologis adalah ketiadapaksaan psikologis. Suatu paksaan psikologis dapat berupa kecenderungan kecenderungan yang memaksa seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu atau sebaliknya membuatnya tidak mungkin melakukan beberapa kegiatan tertentu.
Istilah kebebasan manusia menggambarkan seseorang tidak mendapat paksaan, tuntutan, ataupun kewajiban dan tanggungjawab, akan tetapi dengan adanya kebebasaan seseorang dapat merasakan makna keberadaannya selaku sebagai manusia.
Manusia di dunia mempunyai sebuah tujuan. Tujuan dari hidup manusia adalah meraih sebuah kebahagiaan, sedangkan kebahagian tidak dapat dicapai ketika sesorang tidak mengaktualisasikan dalam sebuah tindakan, dalam bentuk kebebasan manusia. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan seseorang, bahwa seseorang yang arif bijaksana, berfikir sendiri, berbicara berdasarkan pemahamannya sendiri dan menyatakan apa yang dikatakan olehnya dan juga ia mengetahui mengapa ia menyatakannya, dengan dibandingkan dengan seseorang yang dangkal pemikirannya, yang selalu ikut-ikutan dan hanya mengulangi apa yang dikatakan orang lain.
Kebebasan manusia akan berhadapan pada suatu batas. Hal ini yang kemudian mengharuskan seseorang untuk memutuskan sebuah pilihan. Pada saat manusia memilih atau jatuhnya keputusan munculah ke”aku”an manusia, karena pada dasarnya manusia merealisir diri secara otonom sejak pertama ia meng-aku-i dirinya sendiri. Ia menerima faktisitasnya sendiri dan menjadi dirinya sendiri dengan keunikannya. Ia bersifat otonom dan berdikari.
Kebebasan manusia merupakan suatu kemampuan untuk memberikan arti dan arah kepada hidup dan karyanya, kemampuan untuk menerima atau menolak kemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilai yang terus menerus ditawarkan kepadanya.
Ada dua hal yang berpengaruh dalam diri manusia, yang ini nantinya mempengaruhi kebebasan manusia “otodeterminisme”. Pertama, dalam menentukan pilihan manusia ditentukan oleh faktor-faktor diluar kemampuannya sendiri, seperti halnya pembauran kondisi sosialnya, sedang pada satu sisi manusia secara otonom juga ikut menentukan tindakannya.
John S. Mill mengelompokkan kebebasan. Pertama kebebasan yang mencakup bidang kekuasaan batiniah, kesadaran yang menuntut kebebasan suara hati dalam arti yang paling luas, yaitu Kebebasan dalam berfikir dan merasakan, kebebasan mutlak berpendapat dan sentimen untuk segala hal yang praktis atau spekulatif, yang ilmiah, moral ataupun teologis. Kebebasan untuk mengungkapkan dan mengumumkan pendapatnya. Kedua adalah kebebasan yang terkait dengan kekuasaan individu dan yang ketiga adalah kebebasaan yang sifatnya berhubungan dengan orang lain. Dari ketiga kategori kebebasan John S. Mill kebebasan individu yang dialami seseorang mengimplikasikan adanya sebuah pertanggungjawaban, karena pada dasarnya individu tidak terlepas dari hubungan sosial kemasyarakatannya.
Persoalan kebebasan manusia dalam pandangan Karl Marx, adalah bagaimana manusia mampu menciptakan dirinya sendiri sebagai majikannya. Artinya bagaimana manusia sebagai individu yang mempunyai totalitas untuk mampu melakukan secara total hubungan dengan dunia, mampu melihat, mendengar, berfikir dan berkehendak.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Nico Syukur Dister OFM, Filsafat Kebebasan, (Kanisius, Yogyakarta, 1998). Muhammad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Dahara Prize, Yogyakarta, 1986). Departemen Kebudayaan dan pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1993). Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993). Anton Bakker, Antropologi Metafisik, (Kanisius, Yogyakarta, 2000) John Stuart Mill, On Liberty Perihal Kebebasan, (Yayasan Obor Indinesia, Jakarta, 1996).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar