Skip to main content

Referensi Makalah; Biografi HAMKA

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 27, 2011

Pada hari Ahad petang (malam Senin), tanggal 16 Pebruari 1908 M (14 Muharram 1326 H), lahirlah seorang bayi laki-laki dalam keluarga Abdul Karim Amrullah. Bayi tersebut kemudian diberi nama “Abdul Malik”. Di tepi Danau Maninjau, di sebuah kampung yang bernama Tanah Sirah, Setelah nantinya menunaikan ibadah haji, nama itu kemudian berubah menjadi “Haji Abdul Malik Karim Amrullah” yang disingkat dengan Hamka.
Ayahnya, Abdul Karim Amrullah, alias Haji Rasul, adalah tokoh pelopor gerakan Islam “Kaum Muda” di Minangkabau. Karenanya, sebagai putera dari seorang tokoh pergerakan, maka sejak kecil Hamka sudah menyaksikan dan mendengar secara langsung pembicaraan tentang pembaruan dan gerakannya, melalui ayah dan rekan-rekan ayahnya.
Pada Tahun 1914 (dalam usia 6 tahun), Hamka dibawa oleh ayahnya ke Padang Panjang. Ketika telah mencapai usia 7 tahun, ia dimasukkan ke sekolah desa, sedangkan pada malam harinya ia mengaji (mempelajari Alquran) pada ayahnya sendiri hingga tamat.
Pada tahun 1916 hingga tahun 1923, ia berlajar agama pada Sekolah Diniyah School di Padang Panjang dan Sumatera Thawalib di Parabek. Sejak saat itu, Hamka sudah mulai gemar membaca buku-buku, baik buku ceritera, sejarah kepahlawanan, atau artikel-artikel di surat kabar yang memuat kisah kepahlawanan.
Kemudian pada tahun 1924, ia berangkat ke Yogyakarta untuk mendalami pergerakan-pergerakan Islam. Ia mendapatkan pengarahan-pengarahan dari H.O.S.Cokroaminoto, H.Fachruddin, R.M.Suryopranoto, dan A.R.Sutan Mansur.
Pada tahun 1925, Hamka kembali ke Padang Panjang. Pada waktu itu, bakatnya sebagai pengarang sudah mulai tumbuh. Ia membuka kursus pidato bagi teman-temannya di Surau Jembatan Besi. Dengan kemampuannya menyusun kata-kata dalam berpidato dan menulis, menempatkan Hamka pada posisi istimewa di antara teman-temannya. Ia mencatat dan mengedit pidato teman-temannya, kemudian mempublikasikannya melalui Majalah Khatib al-Ummah.
Tahun 1927, ia berangkat ke Mekah sambil koresponden pada Harian Pelita Andalas di Medan.
Sepulang dari Mekah, ia menulis di Majalah Seruan Islam di Tanjung Pura, selain itu ia juga menjadi pembantu pada Majalah Bintang Islam dan Suara Muhammadiyah di Yogyakarta.
Dengan keahlian yang dimilikinya itu, menyebabkan ia diangkat oleh Pemerintah menjadi anggota Badan Pertimbangan Kebudayaan dari Kementerian PP&K dan Penasehat pada Kementerian Agama, pada tahun 1952. Pada tahun yang sama, ia diangkat menjadi Guru Besar pada Peguruan Tinggi (Universitas) Islam yang ada di Makassar.
Berkat jasa-jasanya dalam penyiaran Islam dengan memakai bahasa Indonesia yang indah, maka pada awal tahun 1959, Majelis Tinggi Universitas al-Azhar, Cairo, memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada Hamka. Kemudian pada tanggal 6 Juni 1974, ia memperoleh gelar Doktor dalam kesusasteraan dari Universitas Malaysia.
Pada tanggal 26 Juli 1975, bertepatan dengan 17 Rajab 1395, Musyawarah Alim Ulama seluruh Indonesia melantik Hamka sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Akhirnya, pada tanggal 18 Juli 1981, Hamka wafat di Jakarta.
Karya-karya Hamka
1. Roman/Novel
Dalam bidang ini, Hamka menulis beberapa buku, antara lain: (1) Si Sabariyah, (2) Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (3) Di Bawah Lindungan Ka’bah, (4) Merantau ke Deli, (5) Terusir, (6) Keadilan Ilahi, (7) Di Tepi Sungai Nil, (8) Di Tepi Sungai Dajlah, (9) Mandi Cahaya di Tanah Suci, dan (10) Empat Bulan di Amerika.
2. Politik
Di antara karya-karyanya yang berbau politik adalah: (1) Adat Minangkabau dan Agama Islam, (2) Revolusi Fikiran, (3) Revolusi Agama, (4) Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, (5) Negara Islam, (6) Sesudah Naskah Renville, (7) Merdeka, (8) Islam dan Demokrasi, (9) Urat Tunggang Pancasila.
3. Tasawuf, Dakwah, dan Sejarah
Mengenai tasawuf, sedikitnya ada empat buku yang ditulis oleh Hamka, yaitu: (1)Tasauf Modern, (2)Tasauf dari Abad ke Abad, (3) Mengembalikan Tasauf ke Pangkalnya, dan (4) Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya. Mengenai dakwah, paling tidak ada tiga buku yang ia tulis, yaitu: (1) Kepentingan Muballig, (2) Pedoman Muballig Islam, dan (3) Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Adapun mengenai sejarah, ditemukan tiga buku karya Hamka, yaitu: (1) Sejarah Umat Islam, (2) Sejarah Islam di Sumatera, dan (3) Sejarah Hidup Jamaluddin al-Afghani.
4. Karya Islam Umum
Adapun karya-karya Hamka lainnya yang penulis tidak sempat klassifikasikan temanya, antara lain adalah: (1) Tafsir al-Azhar, (2) Agama dan Perempuan, (3) Pembela Islam, (4) Falsafah Hidup, (5) Lembaga Hidup, (6) Lembaga Budi, (7) Menunggu Beduk Berbunyi, (8) Pelajaran Agama Islam, (9) Pandangan Hidup Muslim, (10) Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, (11) Muhammadiyah di Minangkabau, (12) Kedudukan Perempuan dalam Islam, (13) Ayat-ayat Mi’raj, dan (14) Doa-doa Rasulullah.
Kepustakaan:
Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta: Bulan Bintang, 1974. Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT.Ichtiar Baru-van Hoeve, 1993. Hamka, Tasauf Moderen, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar