Konsep Manusia Sempurna
Pada: July 09, 2011
Dengan  berkat Rahmat dan Inayah-Nya semata, manusia telah diciptakan dengan  segala kesempurnaan bahkan dinyatakan secara isyarat di dalam firman-  Nya: bahwa "manusia adalah makhluk sempurna dan termulia dari seluruh  makhluk ciptaan" (QS. 95:4). 
Karena hakikat manusia diciptakan tidak lain  untuk dijadikan wadah kecintaan Allah (Mounadi; 1987:2). Menurut  al-Jilli, nama esensial dan sifat-sifat ilahi pada dasarnya menjadi  milik manusia sempurna oleh adanya hak fundamental, yakni sebagai  keniscayaan yang inheren dalam esense dirinya. Demikianlah, dengan  ungkapan yang sering kita dengar bahwa Tuhan berfungsi sebagai kaca bagi  manusia, juga demikian halnya manusia menjadi kaca tempat Tuhan melihat  dirinya.
Sebagai kaca yang dipakai seseorang melihat bentuk dirinya dan  tidak bisa melihat dirinya itu tanpa adanya kaca tersebut, maka  sedemikianlah hubungan yang berlangsung antara Tuhan dan manusia  sempurna. Tuhan itu "menyatakan diri" dalam dua cara yakni, dengan  berbagai tamsil objektif, ayat-ayat kauniyah, epifani dan secara pribadi  bagi pribadi-pribadi pilihan yang paska muthmainnah yakni, Teofani. 
Nabi-nabi,  Rasul-rasul Allah adalah contoh pribadi pilihan yang layar kesadarannya  mendekati layar kesadaran sejernih-jernihnya di sisi-Nya, yakni papan  yang sangat mulia Lauh al Mahfudz. 
Manusia tidak hanya terdiri  dari unsur jasadiyah, tetapi hal yang lebih penting lagi dari jasadiyah  adalah keberadaan unsur daya potensi ketenagaan di dalam diri yang  menggerakkan dan mengaktifkan jasadiyah, Ketenangan inilah yang harusnya  menjadi pusat perhatian manusia, karena tidak ada artinya bila hanya  sepihak jasadiyah yang diperhatikan, sementara beberapa unsur di dalam  diri yang sifatnya katenangan diabaikan saling berbenturan (Moenadi,  1987:4). Unsur-unsur itu merupakan penentu setimbang tidaknya  pertumbuhan unsur daya-potensi ketenagaan di dalam diri manusia.  Sedangkan yang dimaksud unsur-unsur ketenagaan di dalam diri itu adalah:  unsur ruh, unsur rasa unsur hati, unsur akal dan yang terakhir unsur  nafsu (Moenadi, 1987: 16). 
Konsep manusia sempurna seperti yang ditulis  Soejono Redjo dalam 'Dongeng Kaca Benggala Ageng' menunjukkan pada  penjelasan tentang manusia sempurna yaitu manusia yang lupa akan diri  (Soejono, 1922:15) tidak lain hanya mengakui pribadi yang satu tanpa  warna dan rupa, namun semua warna dan rupa itu merupakan sifat/watak,  yaitu bukan arah atau tempat, namun berdiri ditengah-tengah arah di  sepanjang tempat. Adanya kaca benggala itu ibarat sifat/watak manusia  yang sudah sempurna, yaitu manusia yang sudah tidak sombong (korup) pada  diri sendiri artinya, tidak sekalipun mempunyai niat memamerkan diri,  membandingkan diri, Ujub, riya, takabur, dsb. Seperti dijelaskan dalam  martabat tujuh dengan kata mudah yang berasal dari istilah muhdats.  Mudah terdiri dari: nur, rahsa, ruh, nafsu dan budi. Mudah yang empat  kemudian diterangkan sebagai berikut: (1) budi : keadaan pranama,   menarik kejelasan kehendak menjadi pangkal pembicara, (2) nafsu :  keadaan hawa, menarik kejelasan suara, menjadi pangkal pendengaran, (3)  suksma (roh): keadaan nyawa, menarik kejelasan cipta, menjadi pangkal  perasaan, (4) Rahasia: keadaan atma, menarik kejelasan kuasa, menjadi  pangkal perasaan (Simuh,  1988:313). 
Aspek Rahasia dan Budi
Manusia  yang sempurna tidak memperlihatkan keadaan dirinya, membandingkan  dengan yang lainnya. Keadaan semua orang dirasakan sifatnya pribadi,  karena baik dan buruk dirinya tersembunyi, jadi cermin memperlihatkan  keadaan orang lain, seperti sama pada dirinya. Cara memandang keadaan  satu sama lain itu benar serta tidak melibatkan rahsa. Benar artinya,  sesuai dengan kenyataannya. Tidak melibatkan rahasia artinya, tidak  senang atau benci dengan yang baik dan buruk atau benar dan  salah.
Rahasia itu mungkin sulit untuk dilihat dengan mata, namun manusia  biasanya merasakan contohnya kalau panasnya badan bisa disiram dengan  air, tetapi kalau panasnya hati tidak. Ada juga apa yang dirasakan hati  tidak sama dengan apa yang dirasakan badan seperti: suka, susah,  gembira, benci, kagum, menyesal, malu, gugup, takut, khawatir, sedih,  iri hati, marah, kasihan, terenyuh dsb, yang demikian itu hanya ada di  dalam hati. Rahasia adalah wujud getar (obah-obahan) terkadang juga bisa  diam/berhenti (ngumpul). Rasa adalah tempatnya rahasiayang mencakup  semua rahsa. Jadi rasa diumpamakan badannya, rahasia diumpamakan  tangannya, atau bisa juga rasa diumpamakan pohon dan rahasia diumpamakan  cabangnya (Soejono, 1922: 24). 
Budi 
Budi itu adalah cahaya yang menyinari hati/rohnya manusia, yang berwujud  terangnya pikiran (angan-angan). Terangnya pikir diumpamakan rembulan,  dan terangnya budi diumpamakan matahari (cahaya rembulan itu sebenarnya  adalah cahaya matahari) (Soejono, 1922:25). 
Referensi Makalah® 
(sebagian dikutip  dari sudinco blogspot.com)
