Skip to main content

Tasawuf dan Kesehatan Jiwa

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 04, 2014

Esensi tasawuf telah ada sejak masa Rasulullah saw. Namun tasawuf sebagai ilmu keislaman yang merupakan hasil dari kebudayaan Islam sebagaimana bentuk dari ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti fikih, dan ilmu tauhid, belum ada kala itu.

Pada masa Rasulullah saw belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat Nabi saw. Menurut Amin Syukur, inti tasawuf ialah kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan Tuhannya. Tasawuf di sini adalah usaha bagaimana seseorang membersihkan jiwanya, membersihkan jiwa atau roh dengan jalan menghilangkan sifat-sifat buruk.

Apabila tasawuf berpangkal dari konsep bahwa kejahatan berpangkal dari nafsu, maka tasawuf bereaksi positif dengan penyucian jiwa dengan melalui mujahadah dan riyadlah. Tasawuf mencakup sebuah model jiwa manusia yang di dasari oleh prinsip. Jiwa memiliki tujuan aspek atau dimensi, mineral, nabati, hewani. Pribadi insani dan jiwa rahasia serta maha rahasia, masing-masing kita memiliki tujuan tingkat kesadaran.

Tasawuf bertujuan agar ketujuh tingkat kesadaran ini dapat bekerja secara seimbang dan selaras. Banyak sistem psikologi dan spiritual yang hanya menekankan kepada fungsi satu atau dua tingkat kesadaran tersebut.

Di dalam tasawuf, keseimbangan emosi dan hubungan yang sehat dan menyehatkan adalah sama pentingnya dengan kesehatan spiritual dan jasmani. Tujuannya adalah hidup sepenuhnya di dunia tanpa merasa terikat kepadanya atau melupakan sifat dasar diri kita dan tujuan spiritual kita. Model ini mengintegrasikan fisik, psikis, dan spiritual. Aspek fisik kehidupan kita ditopang oleh kearifan mineral, nabati dan jiwa hewani yang telah ada sejak dahulu kala.

Fungsi psikis kita berakar dari jiwa yang terletak Dalam tasawuf yang mempunyai arti pendekatan pada Tuhan, maka kita sangat memperhatikan bahwa ajaran tasawuf yang mempunyai tingkatan-tingkatan itu, dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit yang ada dalam diri manusia, terutama masalah jiwa.

Di atas telah dijelaskan jiwa yang mempunyai banyak arti, di sini, bila jiwa kita jelek, maka akan berpengaruh pada diri kita. Hanya dengan ajaran tasawuf lah, kita dapat mengembangkan diri agar dengan berdzikir, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Ajaran tasawuf dapat berperan sebagai pelindung berbagai penyebab masalah. Ada hubungan timbal balik antara ajaran tasawuf dengan penyakit jiwa. Bahwa seseorang yang dengan tekun beribadat secara rutin, ternyata memiliki resiko lebih rendah untuk terkena penyakit.

Kemudian dalam hal kemampuan mengatasi penderita yang terkena penyakit jiwa dan penyembuhan, ternyata mereka yang rajin beribadatlah yang lebih mampu mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat. Dalam menangani kesehatan jiwa manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup (Well Being), maka ada dua ruang lingkup yang dapat dilakukan.

Kerjasama antara agama, disatu pihak yaitu agama Islam yang mengajarkan tasawuf, dan pengobatan secara keseluruhan. Maka dengan cara yang telah diajarkan dalam tasawuf, yaitu dimulai dengan cara bertaubat, tidak akan mengulangi lagi, dan bertaubat karena banyak melakukan kesalahan.

Referensi Makalah  

Kepustakaan: H.M. Amin Syukur, MA., Menggugat Tasawuf, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002). Ibrahim Muhammad Hasan al-Jamal, Penyembuhan Dengan Dzikir & Do’a, (Cendekia Jakarta, 2003). Yunasril Ali, M.A, Jalan Kearifan Sufi, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002). Linda O’oriordan. R.N, Seni PenyembuhanSufi (Jalan Meraih Kesehatan Fisik, Mental Dan Spritual), Terjemahan, Mariana Aristyowati, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002). Aboe Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tharekat, (Ramadani, Jakarta, 1965).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar