Skip to main content

Sejarah Singkat Perkembangan Film

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 06, 2013

Film adalah media komunikasi massa yang kedua muncul di dunia setelah surat kabar, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke-19. Pada awal perkembangannya, film tidak seperti surat kabar yang mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya pada abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 (Alex Sobur, 2003: 126).
Film yang diakui oleh banyak orang sebagai film pertama adalah film karya Edwin S. Porter yang berjudul “The great Train Robbery” (Onong Uchjana Effendi, 1993: 201). Film ini diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat pada tahun 1903. Film yang hanya berlangsung selama 11 menit itu benar-benar sukses. Film “The Great Train Robbery” bersama nama pembuatnya, yakni Edwin S. Porter terkenal kemana-mana dan tercatat dalam sejarah film.
Padahal film “The Great Train Robbery” itu dari segi waktu pemutarannya bukanlah film yang pertama, sebab setahun sebelumnya, yaitu tahun 1902, Edwin S. Porter juga telah membuat film yang berjudul “The Life of an America Firemen” , dan Ferdinand Zecda di Perancis pada tahun 1901 membuat film berjudul ”The Story of a Crime”. Tetapi film “The Gear Train Robbery” lebih terkenal dan dianggap sebagai film cerita yang pertama. Ini karena teknik pembuatannya yang benar-benar mengagumkan untuk waktu itu.
Pada tahun 1913 Davit Wark Griffit, sutradara Amerika Serikat, membuat film berjudul “Brith of a Nation” dan selanjutnya pada tahun 1916 membuat film “Intolerance”. Kedua film karya Davit Wark Griffit itu berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Film “Intolerance” sendiri sebenarnya merupakan empat cerita yang bersambung.
Berkat kedua filmnya itu, Davit Wark Griffit oleh sementara orang dianggap sebagai penemu “grammar” dari pembuatan film. Kedua filmnya itu, memunculkan hal-hal baru dalam editing dan gerakan-gerakan kamera yang bersifat dramatis. Meskipun di antara teknik yang digunakannya merupakan penyempurnaan dari apa yang telah dilakukan oleh Porter dalam filmnya “The Great Train Robbery”.
Pada tahun 1925, Vsevolod Pudovskon dan Sergei Einsenstein, dua orang ahli bangsa Rusia, mengembangkan teknik perfilman hasil pemikiran Griffit. Sebuah sequence dari film karya Eisenstein yang berjudul “kapal Tempur Potemkin” (1925) yang berangsung selama enam menit diakui sebagai sequence paling berpengaruh dalam sejarah film, meski masih berupa film bisu (Onong Uchjana Effendi, 1993: 202-2003).
Film bicara yang pertama muncul pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat, meskipun dalam keadaan belum sempurna sebagaimana dicita-citakan. Baru pada tahun 1935 film bicara boleh dikatakan mencapai kesempurnaan. Waktu pemutarannya cukup lama dan ceritanya panjang, karena film pada masa itu banyak yang berdasarkan novel dari buku dan disajikan dengan teknik yang baik.
Diawali pada tahun 1945 film mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Hal ini disebabkan munculnya televisi (Alex Sobur. 2003: 126). Pada tahun-tahun sejak rumah-rumah penduduk terdapat pesawat TV, film telah terpukul. Amerika Serikat mengalami kemerosotan jumlah pengunjung sampai lebih dari setengahnya. Demikian pula dengan negara-negara lain.
Pada tahun 1952 Fred Waller memperkenalkan sistem “Cinerama”. Layarnya yang enam kali lebih besar dari layar yang biasa, tidak bisa digunakan secara umum karena mahalnya biaya dan karena kesukaran teknik dalam pemutarannya di gedung-gedung bioskop. Penelitian pun dilanjutkan. Pada tahun 1953 sistem “tiga dimensi” di temukan. Penonton tidak hanya melihat gambar yang rata seperti biasanya, melainkan menonjol ke luar, seolah-olah apa yang disaksikan itu adalah kenyataan.
Pada tahun 1953 publik yang sekian lama terpesona oleh TV berhasil ditarik kembali ke gedung-gedung bioskop. Hal itu disebabkan penemuan “Cinemascope” oleh perusahaan film 20th Century Fox. Layarnya yang lebar yang meskipun tidak menandingi Cinerama, tetapi dapat disajikan kepada publik. Hal itu ditandingi perusahaan film Paramount, dengan memperkenalkan sistem Vista Vision dengan sukses pula. Layar untuk Vista Vision tidak selebar layar untuk Cinemascope, tetapi layarnya dapat menampilkan gambar-gambar yang tajam (Onong Uchjana Effendi. 1993: 204-205).
Referensi Makalah®
*Berbagai Sumber
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar