Skip to main content

Proses Berpikir Asosiatif

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 09, 2013

Peramalan tingkat keberhasilan seseorang ternyata tidak hanya dilakukan dengan mengukur kemampuan pemecahan masalah dan logika linear. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IQ tinggi ternyata gagal dalam pekerjaan dan penghidupannya. Para ahli kemudian melihat adanya proses berpikir yang lain, yakni proses berpikir asosiatif.
Berpikir asosiatif merupakan proses berpikir yang menggunakan logika samar (fuzzy logic), tidak terlalu mekanistik, tetapi lebih merupakan inteligensi yang komplek yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan, menemukan asosiasi, alternatif dan melakukan evaluasi. Jaringan dari neuron berinteraksi secara berkesinambungan satu sama lainnya, dengan melakukan impuls listrik. Proses berpikir ini merupakan proses berpikir yang mendasari berpikir kreatif dan inteligensi emosional.
Menurut Daniel Goleman, dalam inteligensi emosional terdapat lima komponen penting dan kombinasi dari masing-masing komponen ini memiliki nilai yang lebih penting daripada IQ. Elemen tersebut adalah kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur hubungan atau relasi. Orang yang memiliki inteligensi emosional mampu mengelola emosinya, sehingga selalu mendapatkan manfaat dari semua kejadian yang dihadapinya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). E. Paul Torrance (ed.), Talent and Education: Present Status and Future Direction, (Minneapolis: University of Minnesota press, 1960).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar