Skip to main content

Biografi dan Ajaran al-Badzawi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 19, 2013

Biografi dan Ajaran al-Badzawi
Salah satu pengikut penting al-Maturidi adalah al-Bazdawi. Nama lengkapnya adalah Abu al-Yusr Muhammad bin Muhammad Abdul Kasim al-Bazdawi. Dia lahir sekitar 421 A.D. dan meninggal pada 493 nenek H. H. al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi, dan al-Bazdawi belajar ajaran al-Maturidi dari orang tuanya.

Al-Bazdawi sendiri memiliki murid dan salah satunya adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), penulis buku al-Aqa'id al-Nasafiyah. Al-Bazdawi adalah pengikut penting al-Maturidi tetapi al-Bazdawi sendiri tidak selalu mengerti bahwa al-Maturidi dapat dikatakan oleh pengikut al-Maturidi Samarkand memiliki pemahaman yang lebih dekat tentang pemahaman Mu'tazilah sementara pengikut al-Bazdawi Bukhara memiliki pendapat yang lebih dekat dengan al-Asy'ari.

Ajaran al-Bazdawi adalah sebagai berikut: Pertama: Alasan dan Wahyu Menurut al-Bazdawi pikiran tidak dapat mengetahui kewajiban untuk berbuat baik dan menghindari yang buruk, karena intelek hanya bisa mengetahui yang baik dan yang buruk, sebenarnya Tuhanlah yang menentukan kewajiban. tentang yang baik dan yang buruk.

Jadi menurut al-Bazdawi mengenal Tuhan dan mengetahui yang baik dan yang buruk dapat diketahui melalui akal, sedangkan kewajiban untuk berterima kasih kepada Tuhan dan kewajiban untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk, hanya bisa diketahui melalui wahyu.

Kedua: Karakteristik Tuhan Menurut al-Bazdawi Tuhan memiliki atribut. Banyak pertanyaan yang masih harus dipecahkan dengan mengatakan bahwa atribut Allah tetap melalui keabadian dalam esensi Allah dan bukan melalui keabadian atribut itu, serta dengan mengatakan bahwa Allah bersama dengan atribut-Nya adalah kekal, tetapi mereka adalah itu sendiri tidak permanen.

Tuhan tidak memiliki atribut fisik. Ayat-ayat Alquran yang menggambarkan Tuhan sebagai memiliki atribut fisik harus diberikan seorang pengkhotbah. Oleh karena itu, menurut al-bazdawi, kata itu harus dipahami dengan "menguasai sesuatu dan memaksanya," serta ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan memiliki mata, tangan, dan tidak memiliki Tuhan sebagai tubuh.

Ketiga: Kalam Allah swt Aliran Maturidiyyah Badzawi berpendapat bahwa al-Quran itu adalah kekal tidak diciptakan. Sebagaiman dijelaskan oleh Bazdawi, kalamullah (al-Quran) adalah sesuatu yang berdiri dengan dzatnya, sedangkan yang tersusun dalam bentuk surat yang mempunyai akhir dan awal, jumlah dan bagian, bukanlah kalamullah secara hakikat, tetapi al-Quran dalam bentuk kiasan (majaz).

Keempat: Perbuatan Manusia al-Bazdawi mengatakan bahwa didalam perwujudan perbuatan terdapat dua perbuatan, perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan bagi al-Bazdawi adalah penciptaan perbuatan manusia dan bukan penciptaan daya. Perbuatan ini disebut maf’ul. Perbuatan manusia hanyalah melakukan perbuatan yang diciptakan itu, perbuatan ini disebutnya fi’il. Maka al-Bazdawi mengambil kesimpulan bahwa perbuatan manusia, sesungguhnya diciptakan Tuhan, tidaklah perbuatan Tuhan.

Dengan uraian ini, al-Bazdawi ingin mengatakan bahwa manusia bebas dalam kemauan dan perbuatannya, dan memang dalam pendapatnya manusia adalah pembuat (fa’il) dari kata yang sebenarnya. Al-Bazdawi juga ingin mengatakan bahwa manusia bebas dalam kemauan dan perbuatannya, namun demikian, kebebasan manusia dalam faham ini, kalaupun ada, kecil sekali. Perbuatan manusia hanyalah melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan.

Kelima: Janji dan Ancaman Menurut al-Bazdawi tidak mungkin Tuhan melanggar janji-Nya untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik, tetapi sebaliknya bukan tidak mungkin membatalkan ancaman untuk memberi hukuman kepada orang yang berbuat jahat.

Oleh karena itu nasib orang yang berdosa besar ditentukan olah kehendak mutlak Tuhan. Jika Tuhan berkehendak untuk memberi ampun kepada orang yang bedosa. Tuhan akan memasukkanya bukan kedalam neraka, tetapi kedalam surga, dan jika ia berkehendak untuk memberi hukuman kepadanya Tuhan akan memasukkannya kedalam neraka buat sementara atau buat selama-lamanya.

Uraian al-Bazdawi diatas mengandung arti bahwa Tuhan wajib menepati janji untuk memberi upah kepada orang yang berbuat baik. Dengan demikian, Tuhan dalam faham al-Bazdawi mempunyai kewajiban terhadap manusia.

Referensi Makalah®  
Perpustakaan : Ali abdul Fatah al-Magribi, Imam ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah Abu Mansur al-Maturidi wa arouhu al-Kalamiyyah (lihat: Matba'ah al-Da'wah al-Islamiyyah, 1985). M. Yunan Yusuf, Pola Pemikiran Interpretasi Al-Azhar: Pertanyaan tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam (Jakarta: Pembunuhan 2003). Sudarsono, Filsafat Islam (Jakarta: Rineka Copyright, 1997). Yusran Asmuni, Direktur Studi Islam II; Pengantar Studi dalam Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran (Jakarta: King Grafindo Persada, 1998)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar