Skip to main content

Biografi Abdul Kahar Muzakkar

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 17, 2013

Biografi Abdul Kahar Muzakkar Abdul Kahar Muzakkar juga menulis nama Abdul Qahhar Mudzakkar, lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 dan meninggal 3 Februari 1965 pada usia 43; Nama kecilnya Ladomeng adalah tokoh karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi

Abdul Kahar Muzakkar secara bahasa terdiri dari tiga yaitu Abdul, Kahar, dan Muzakkar. Abdul artinya hamba, Kahar arti nya Tuhan yang gagah perkasa , dan Muzakkar artinya jantan. Jadi, Abdul Kahar Muzakkar berarti Hamba Tuhan jang bersifat djantan. Persis watak dan kepribadian Abdul Kahar Muzakkar.

Sebuah pemahaman sekaligus penyerahan diri pada nilai-nilai Islam yang ditunjukkan oleh seorang pejuang. Kahar M uzakkar memiliki seorang istri yang bernama Susana Corry Van Stenus, dan menikah pada 1947 di Klaten, Jawa Tengah. Corry akrab di panggil mami. Mami meninggal pada 1 april 2006 di kediamannya di jalan Raya Parung Bingung.

Selama hayatnya, Mami Corry setia mendampingi suaminya Kahar Muzakkar yang merupakan pimpi nan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sulawesi Selatan. Dan oleh para pengikut Kahar Muzakkar Mami dikenal sebagai Srikandi dari Sulawesi, hal ini karena Corry sangat bejasa dalam mendampingi sang suami, dia memimpin Gerakan Wanita Islam (Gerwais) yaitu salah satu organisasi dibawah naungan PRRI.

Seminggu sebelum pemberontakan PRRI berakhir, menurut kabar bahwa Kahar Muzakkar menceraikan Corry, dia meminta agar Corry keluar dari hutan menuju ke arah Selatan, sementara Kahar Muzakkar melanjutkan gerilya menuju tenggara. Corry dan empat anak hasil perkawinannya dengan Kahar Muzakkar mengetahui kabar kematian Kahar dari pamflet yang disebarkan pemerintah Republik Indonesia.

Selain menyampaikan kabar kematian Kahar Muzakkar, dalam pamflet yang disebarkan dari udara itu pemerintah Republik Indonesia juga meminta agar para pengikuti Kahar Muzakkar meletakkan senjata dan kembali ke pangkuan Republik Indonesia.

Kahar Muzakar bukanlah sosok asing bagi pemerintahan Sukarno. Laki-laki kelahiran Palopo yaitu sebuah kota kecil di dekat Teluk Bone, Sulawesi Selatan itu sebenarnya ikut mengawal kemerdekaan Republik Indonesia. Kahar yang sejak usia muda merantau ke Pulau Jawa ikut mengawal pidato bersejarah Sukarno pada 19 September 1945 di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (Ikada) yang kini dikenal sebagai Lapangan Banteng di seberang kompleks Departemen Keuangan.

Kahar Muzakkar juga berperan penting setelah pemerintahan Republik mundur ke Yogyakarta. Murid Panglima Besar Jenderal Sudirman ini, ikut bertarung mengusir Belanda yang masuk ke Yogyakarta pada Agresi Militer Pertama (1947) dan Agresi Militer Kedua (1948), dia juga berperan saat menghadapi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, September 1948.

Setidaknya ada dua alasan utama mengapa Kahar Muzakkar angkat senjata dan melawan Soekarno yang sebelumnya dia bela.

Pertama, dia tidak bisa menerima perlakukan pemerintah terhadap anak buahnya yang tergabung dalam Brigade Hasanuddin, tidak semua dari mereka diterima sebagai anggota TNI, walaupun telah bejuang untuk Republik Indonesia.

Kedua, yang lebih fundamental adalah kecenderungan Sukarno menerima ideologi komunis. Pada 7 Agustus 1953, saat Republik Indonesia masih berusia 8 tahun, Kahar Muzakkar menyatakan bergabung dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Kartosuwiryo di Jawa Barat, dan 10 tahun kemudian dia mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII). Pada tanggal 7 Agustus 1953 dia memproklamirkan Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia (NII), dan proklamasi ini adalah awal dari babak baru pejuangan Abdul Kahar Muzakkar.

Gerakan yang diusungnya ini mendapat simpati dari rakyat, bahkan kemudian, banyak anggota TNI yang disertir dan melarikan diri masuk hutan dan bergabung bersama NII Sulawesi Selatan.

Pemberontakan Kahar Muzakkar pecah di tangan Operasi Petir, pada 3 Februari 1965 dan dia ditembak mati di dekat sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara. Di situs resmi pusat bersejarah TN I dilaporkan bahwa kelompok pemberontak, detektif Bung Karno, mengirim Letnan Kahar M uzakkar untuk menghadapi Serikat Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang terdiri dari mantan gerilyawan yang bertempur selama revolusi fisik.

Referensi Papers®  

Perpustakaan: http: // id. wikipedia. org / wiki / Abdul_Kahar_Muzakkar. https://teguhtimur.com/2006/04/01/search-kahar-muzakkar-di-parung-bingung.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar