Skip to main content

Ragam Inteligensi dan Inteligensi Peserta Didik

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 06, 2013

Multiple intelligences adalah macam atau ragam inteligensi yang terdiri dari inteligensi linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, gerak badani, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial.

Ragam inteligensi ini, salah satunya menjadi corak inteligensi peserta didik.

Inteligensi Linguistik (Linguistic Intelligence)

Word Smart Inteligensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum. Peserta didik yang mempunyai inteligensi linguistik tinggi senang mengekspresikan diri dengan bahasa, biasanya nilai bahasanya lebih baik dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Inteligensi Logis-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence)

Logic- Number Smart Inteligensi logis-matematis melibatkan keterampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Ini adalah inteligensi yang digunakan ilmuwan ketika menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya dengan data eksperimental. Hal ini merupakan inteligensi yang digunakan akuntan pajak, scientist, programmer komputer, dan ahli matematika. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan.

Tokoh-tokoh yang menonjol dalam inteligensi matematis logis misalnya Habibie. Einstein, John Dewey, Stephen Hawking. Peserta didik yang mempunyai inteligensi matematis logis menonjol biasanya mempunyai nilai matematika yang baik, jalan pikirannya logis. Pikirannya rasional. Ia mudah belajar matematika dan sains.

Peserta didik ini biasanya mudah belajar dengan skema, bagan, dan tidak begitu suka dengan bacaan yang panjang kalimatnya.

Inteligensi Spasial (Spatial Intelligence)

Picture Smart Inteligensi spasial, terkadang disebut inteligensi visual atau visual¬spasial, adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki inteligensi ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model dan slide.

Beberapa tokoh berikut dapat dimasukkan dalam kelompok berinteligensi spasial-visual tinggi, seperti Pablo Picasso, Affandi, Sidharta, dan Michaelangelo. Peserta didik yang berinteligensi spasial-visual yang baik akan dengan mudah belajar ilmu ukur ruang. Ia dengan mudah akan menentukan letak suatu benda dalam ruangan. Ia dapat membayangkan suatu bentuk secara benar, meski dapat perspektif. Bila menggambar suatu pemandangan dia dengan mudah menempatkan benda-benda pada tempatnya yang tepat, dan benar dimensinya.

Inteligensi Musikal (Musical Intelligence)

Music Smart Inteligensi musikal adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Inteligensi ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik, dan nyanyian.

Tokoh-tokoh yang menonjol seperti Erwin Gutawa, Melly Goeslaw, Mozart, Beethoven, Elton John. Peserta didik yang mempunyai inteligensi musikal tinggi kentara dalam penampilannya bila sedang bernyanyi di kelas, juga dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan musik. Mereka biasanya bernyanyi dengan baik, dapat memainkan suatu alat musik bila ada, mudah mempelajari not dan lagu. Dan yang menarik, peserta didik ini akan mudah mempelajari suatu mata pelajaran lain bila mata pelajaran itu diterangkan dengan suatu lagu atau musik.

Inteligensi Gerak-Badani (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Body Smart Inteligensi gerak-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah atau kemampuan mengendalikan dan meningkatkan fisiknya. Dalam inteligensi ini termasuk keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh.

Beberapa tokoh tersebut sering dimasukkan dalam mereka yang berinteligensi gerak-badani tinggi, yaitu Taufik Hidayat, Ade Rai, Christine Hakim, Tiger Woods, Charlie Chaplin. Peserta didik yang mempunyai inteligensi gerak-badani biasanya suka menari, olahraga, dan suka bergerak. Peserta didik ini biasanya tidak suka diam. Ia selalu ingin menggerakkan tubuhnya, bila waktu luang dan tidak ada pelajaran, peserta didik ini langsung keluyuran.

Inteligensi Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

People Smart Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain: apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerjasama dengan mereka, mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini banyak dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, politisi, dan penggerak massa.

Orang-orang seperti Soe Hok Gie, Arif Rahman Hakim, Mahatma Gandhi, Ronald Reagan, Ibu Theresa. Peserta didik yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain, suka mengadakan studi kelompok. 

Inteligensi Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Self Smart Inteligensi intrapersonal adalah pengenalan diri. Seseorang dengan tingkat inteligensi intrapersonal yang tinggi mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, kehendak dan ketakutannya, dan bisa bertindak berdasarkan pengetahuannya mengenai ini dalam cara yang sesuai. Inteligensi adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptasi berdasar pengenalan diri itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berfleksi dan keseimbangan diri.

Orang lain punya kesadaran diri akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang.

Salah seorang genius besar di wilayah ini adalah Sigmund Freud (psikoanalis). Peserta didik yang menonjol dalam inteligensi ini, sering terlihat diam, lebih suka bermenung di kelas. Ia lebih suka bekerja sendiri. Bila pendidik memberikan tugas bebas, peserta didik ini kadang diam lama merenungkan tugas itu sebelum mengerjakan sendiri. Pendidik yang tidak tahu, sering memarahi peserta didik ini karena ia nampak tidak mendengarkan dan hanya melamun. Padahal ia sebenarnya sedang berpikir dalam.

Inteligensi Naturalis atau Lingkungan (Naturalist Intelligence)

Nature Smart Inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensional lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.

Tokoh pada inteligensi ini adalah Hembing, Charles Darwin. Peserta didik yang berintelegensi lingkungan tinggi akan senang bila ada acara di luar sekolah, seperti berkemah bersama di pegunungan, karena dia akan dapat menikmati keindahan alam.

Inteligensi Eksistensial (Existential Intelligence)

Existent Smart Gardner merumuskan inteligensi eksistensial sebagai inteligensi yang menaruh perhatian pada masalah hidup yang paling utama. Gardner merumuskan kemampuan inti inteligensi eksistensial ke dalam dua bagian, yakni menempatkan diri sendiri dalam jangkauan wilayah kosmos yang terjauh, yang tak terbatas maupun yang amat kecil.

Tokoh-tokohnya adalah Buya Hamka, Syekh Nawawi Al-Bantani, KH. Makhrus Ali, Socrates, Plato, Thomas Aquinas, Descartes, Immanuel Kant, Nietzsche. Peserta didik yang menonjol disini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang, termasuk pendidiknya sendiri.

Misalnya tiba-tiba ia bertanya, ”Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua?’ merupakan titik awal yang penting dari suatu penjelajahgan ke dalam konsep yang lebih mendalam.

Referensi Makalah®

Kepustakaan: Daniel Goleman, et.al, The Creative Spirit: Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah, Tempat Kerja, dan Komunitas, terj. Yuliani Liputo, (Bandung: Mizan Learning Center, 2005). Thomas Armstrong, Setiap Anak Cerdas: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligence-nya, terj. Rina Buntaran, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002). Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences, (Bandung: Nuansa, 2007). Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006). Sintha Ratnawati (ed.), Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001). Fritz Sumantri dan ratih Purwarini (eds.), Latihan Otak 10 Menit dalam Sehari Selama 26 Hari dengan Metode Fritz’s Brain, (Bandug: Medium, 2007).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar