Skip to main content

Benturan Peradaban Islam dengan Peradaban Barat

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: June 27, 2013

Sebab sebab terjadinya konflik antara peradaban Islam dengan Peradaban Barat terletak pada pertanyaan pertanyaan mendasar menyangkut kekuasaan dan kebudayaan. Siapa yang berhak memerintah?, siapa yang seharusnya diperintah?, persoalan sentral dalam kaitan dengan masalah politik, sebagaimana dinyatakan oleh Lenin, merupakan akar penyebab terjadinya kontes antara Islam dengan Barat. Sekalipun demikian terdapat konflik tambahan, yang bagi Lenin tidak begitu berarti, antara dua versi yang berbeda mengenai mana yang salah dan siapa yang benar, dan sebagai konsekuensinya, siapa yang salah dan siapa yang benar.
Hubungan hubungan tersebut lebih jauh dikeruhkan oleh sejumlah persoalan substantif pada posisi yang saling bersebarangan. Secara historis, salah satu persoalan utamanya adalah menyangkut kontrol wilayah terorial.
Namun hal itu kini tidak lagi menjadi persoalan yang signifikan sembilan belas dari dua puluh delapan garis persinggungan konflik yang terjadi pada pertengahan 1980 an antara muslim dengan non muslim adalah antara umat Islam dengan Kristen. Sebelas diantarnaya dengan umat Kristen ortodoks dan tujuh dengan para pengikut Kristen Barat di Afrika dan Asia Tenggara. Salah satu konflik yang terjadi secara langsung di sepanjang garis persinggungan konflik antara Barat dengan Islam adalah konflik antara yang terjadi secara langsung di sepanjang garis persinggungan konflik antara Barat dengan Islam adalah konflik antara Kroasia dengan Bosnia, antara Amerika dengan Irak, berakhirnya imperalisme teritoreal Barat dan ekspansi teritorial yang dilakukan umat Islam menjadi sebab timbulnya sebuah segregasi geografis yang terjadi di sebagian kecil wilayah Balkan. Yang secara langsung memisahkan batas-batas antara komunitas komunitas muslim dengan Kriten konflik yang terjadi antara Barat dengan Islam tidak begitu terfokus pada persoalan wilayah teritorial, tapi seperti proliferasi senjata, demokrasi dan hak asasi manusia, kontrol minyak, migrasi, terorisme Islam dan intervensi Barat.
Menurut Samuel P. Huntington Terdapat berbagai faktor yang menjadi sebab terjadinya konflik antara Islam dengan Barat pada akhir abad XX :
Pertama, pertumbuhan penduduk muslim yang begitu pesat menyebabkan terjadinya banyak pengangguran dan mendorong anak-anak mudah masuk menjadi anggota kelompok Islamis. Melakukan tekanan terhadap penduduk sekitar dan bermigrasi ke Barat.
Kedua kebangkitan Islam memberikan keyakinan baru di kalangan umat Islam terhadap watak dan keluhuran peradaban serta nilai-nilai yang mereka miliki dibanding peradaban serta nilai-nilai Barat.
Ketiga, upaya upaya Barat yang simultan untuk mempropagandakan nilai-nilai dan institusi-institusi mereka, mempertahankan superioritas kekuatan militer dan ekonomi yang terjadi di dunia Islam menimbulkan “sakit hati: di kalangan umat Islam.
Keempat, runtuhnya Komunisme menjadi sebab timbulnya keyakinan akan adanya musuh bersama antara Islam dengan Barat dan melupakan permusuhan masa lalu.
Kelima, terjadinya hubungan dan percampuran antara orang-orang Islam dengan orang-orang Barat mendorong muculnya rasa identitas keduanya dan bagaimana membedakan antara satu dengan yang lain. Interaksi dan percampuran juga mempertajam perbedaan-perbedaan hak antara masing masing anggota peradaban dalam sebuah negara yang didominasi oleh anggota anggota yang berasal dari peradaban lain. Dalam masyarakat Islam maupun Kristen, toleransi mengalami degradasi secara tajam pada tahun 1980-1990-an.
Jhon L Esposito mengungkapkan bahwa ketakutan akan Islam bukanlah hal baru. Kecenderungan untuk menghakimi tindakan kaum muslim secara isolatif, menggeneralisasikan tindakan pihak tertentu sebagai tindakan keseluruhan, menyepelekan ekses sejenis yang dilakukan atas nama agama-agama dan ideologi-ideolog lain (termasuk atas nama demokrasi dan kebebasan. Dalam beberapa hal, sikap Barat terhadap Komunisme tampak beralih ke ancaman baru, yaitu Fundamentalisme Islam.
Sadar akan adanya kecenderungan Barat yang memandang Islam sebagai ancaman, pelanggaran organisasi Islam, pemenjaraan para aktivis, dan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan dengan secara menyedihkan dengan dalih pelanggaran hak asasi manusia, dan terorisme.
Sebuah perang yang melibatkan negara-negara inti dari peradaban besar dunia sebagai sesuatu hal yang bisa terjadi, tapi tidak mungkin. Perang itu, sebagaimana telah kita ketahui, berasal dari adanya sebuah garis persinggungan perang diantara berbagai kelompok yang berada dari peradaban yang berbeda, dan yang paling sering melibatkan kaum muslimin dengan non muslim serta yang lainnya. Negara negara Islam saling berusaha memberikan bantuan kepada masyarakat muslim yang dilanda konflik. Negara-negara yang memainkan peran sekunder dan tertier tidak telalu melibatan diri di dalam konflik tersebut. Sebab yang lebih berbahaya dari perang global interperadaban adalah terjadinya balance of power di antara peradaban dengan negara inti.
Kegoyahan yang timbul akibat kekalahan dan penyerahan politik menjadikan kaum muslimin secara psikologis kurang mampu untuk secara konstruktif memikirkan kembali warisannya dan menjawab tantangan intelektual dari pemikiran modern melalui proses proses asimilatif kreatif, serta menghadapi Kristen, tantangan yang datang langsung.
Amerika Serikat keluar sebagai pemenang tragedi ini berulang kembali sebagai mitos kedigdayaan Amerika Serikat sebagai lambang supremasi dunia, setelah ambruknya Uni Soviet sebagai negara besar rival, dalam keadaan ekonominya yang berantakan. Berbarengan dengan itu, telah membuktikan ketidakmampuan faham Komunisme menjawab tantangan perubahan zaman, yang terjadi justeru sebaliknya ialah kehancuran Komunisme, Melihat fakta ini, kaum Kapitalisme boleh bangga. Amerika Serikat bisa ponggah sebagai negara terkuat yang menerapkan faham
Liberalisme dalam sistem ekonomi Kapitalistik. Namun yang akan terjadi kemudian adalah runtuhnya negara Komunis Uni Soviet yang semula diduga sebagai awal terwujudnya perdamaian dunia yang sejati, dengan figur Amerika Serikat sebagai negara terkuat di dunia yang akan mengendalikan percaturan politik internasional, ternyata kalangan Barat justru berfikir sebaliknya, bahwa telah timbul masalah baru yang lebih pelik dari sekedar merosotnya pamor Komunisme. Kekuatan ekonomi Barat yang didukung oleh faham Kapitalisme tidak mampu menjawab persoalan pergeseran ideologi alternatif dari Komunisme kepada Islam.
Citra Islam sebagai agama tergeser, diangap sebagai ideologi Islamisme yang perlu dibendung penyebarannya. Gerakan Islam yang Fundamentalis pada pemikiran tidak mengenal kompromi. Serat dengan semangat keagamaan, bersikap keras terhadap kekaisaran, militanisi mempertahankan prinsip keagamaan, dorongan jihat fisabilillah untuk menjadi syuhada berakibat memberikan gambaran menyeramkan terutama bagi masyarakat bukan Islam di negara-negara Barat.
Masyarakat Barat yang gandrung terhadap kebebasan, telah melahirkan faham Liberal, yang mengagung-agungkan hak-hak asasi manusia dan sistem demokrasi, telah mencoreng sejarah perjalanan hidupnya sendiri dengan menanamkan faham Imperialisme Kolonialisme telah merampas kebebasan bangsa-bangsa yang terjajah menginjak-injak hak asasi manusia, sehingga melahirkan kesengsaraan bangsa di banyak belahan dunia yang menjadi negara jajahannya.
Reaksi terhadap Barat tidak hanya dapat kita lihat melalui pusat intelektual yang mendorong kebangkitan Islam, tetapi juga melalui sikap sikap pemerintahan di negara negara Islam terhadap Barat. pemerintahan-pemerintahan paska kolonial, dalam kaitan dengan kebajikan luar negeri, umumnya memiliki ideologi ideologi politik dan ekonomi serta kebijakan-kebijakan yang pro Barat. tumbuhnya gerakan gerakan anti western isme diikuti dengan meluasnya ancaman Islam terhadap Barat, terutama yang digerakkan oleh kelompok Islam yang dipicu oleh adanya angapan Barat bahwa Islamlah melancarkan proliferasi nuklir, terorisme, dan membanjirya imigran gelap di Eropa.
Bagi Barat, yang menjadi ganjalan utama bukanlah fundamentalisme Islam, tetapi Islam itu sendiri, sebuah peradaban yang masyarakatnya berbeda dengan kebudayaan mereka yang diyakini memiliki keunggulan dan terobsesi dengan inferioritas kekuatan mereka. Bagi Islam yang menjadi persoalan bukan CIA atau Departemen Pertahanan AS tapi Barat. Sebuah peradaban yang berbeda dimana mayarakatnya menyakini universalitas serta keluhuran kebudayaan mereka. Jika mereka mengalami kemunduran, terdapat kekurangan yang mengharuskan mereka menyebarkan kebudayaan mereka di seluruh dunia. Itulah sebab yang memicu terjadinya konflik antara Barat dengan Islam.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
RM Burrell, Fundamentalisme Islam, (Pustaka Pelajar; Yogyakarta, 1995). A. Jainuri , Dkk, Islam dan Modernisme, (Usaha Nasional; Surabaya, 1965). Jhon L Esposito, Ancaman Islam Atau Mitos Atau Realitas ?, (Mizan; Bandung, 1994). Fazlur Rahman, Islam, (Pustaka; Bandung, 2000). Ernest Gellner, Menolak Posmodernisme (Antara Fundamentalisme Fundamentalisme Religius, (Mizan; Bandung, 1994). Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, (Tiara Wacana; Yogyakarta, 1993).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar