Skip to main content

Definisi Mistisisme menurut Pakar

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: May 08, 2013

Mistisisme didefinisikan oleh pakar dan filosofi, dengan berbagai definisi. Beberapa definisi mistisisme antara lain:
  1. Keyakinan bahwa kebenaran terakhir tentang kenyataan tidak dapat diperoleh melalui pengalaman biasa, dan tidak melalui pengalaman intelek (akal budi), namun melalui pengalaman mistik atau intuisi mistik yang non rasional.
  2. Pengalaman non rasional dan tidak biasa tentang realitas yang mencakup seluruh realitas transenden (sesuatu yang melampaui duniawi) yang memungkinkan diri bersatu dengan realitas yang biasanya dianggap sebagai sumber atau dasar eksistensi semua hal.
  3. Mistisisme secara harfiah berarti pengalaman batin, yang tidak terlukiskan, khususnya yang mempunyai ciri religius. Dalam arti yang luas dimengerti kesatuan yang mendalam dengan Allah. Arti yang sempit kesatuan luar biasa dengan Allah.
  4. Mistisisme adalah bahwa Tuhan dikenal di dalam bagian-bagian yang terdalam di dalam jiwa manusia secara eksperinsial (pengelaman).
Definisi lain diberikan oleh Rufus M. Jones dalam Dictionary of Philosophy sebagai berikut: mistisisme mengandung arti bahwa yang paling sederhana dan paling pokok adalah suatu tipe agama yang memberikan tekanan pada kesadaran yang langsung berhubungan dengan Tuhan, kesadaran akan kehadiran Tuhan yang langsung dan akrab. Mistisisme merupakan agama pada suatu tingkatan yang mendalam.
Kemudian beberapa definisi mistisisme yang dikemukakan oleh para penulis Barat, seperti dikutip oleh W.R. Inge dalam misticsm in religion diantaranya :
  1. Mistisisme adalah sebuah perasaan menyatunya diri dengan Tuhan (Attopfleiaener).
  2. Mistisisme adalah sikap pikiran yang di dalamnya semua relasi ditujukan untuk menjalin hubungan jiwa dengan Tuhan (Edward Caird).
  3. Mistik sejati adalah kesadaran bahwa apapun yang kita alami dalam kenyataannya hanyalah sebuah elemen belaka yang mensiratkan adanya “sesuatu yang lain” (Ricard Nettleship).
Definisi lain yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi tentang mistik sejati adalah dia yang memandang (melihat) Tuhan dari Tuhan di dalam Tuhan dan melalui mata Tuhan: Dia yang menganggap (melihat) Tuhan dari Tuhan di dalam Tuhan tetapi tidak melalui mata Tuhan bukanlah seorang gnostik (arif), dan dia menganggap (melihat) Tuhan tidak dari Tuhan dan tidak pula dari dalam Tuhan, dan mengharapkan melihat dia dengan matanya sendiri.
Terdapat perbedaan antara pengalaman mistik dan pengalaman kenabian dengan pengalaman-pengalaman lainnya. Namun demikian tidak mudah untuk menjelaskan fenomena ini dalam sebuah definisi yang sederhana. Spencer, menyebutkan bahwa yang menjadi ciri utama mistik adalah klaim bahwa mereka mengadakan hubungan langsung dengan yang transendental.
Apapun definisi yang diberikan, yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa pengalaman mistik sebagai salah satu bentuk pengalaman keagamaan tidak bisa dilepaskan dari dimensi keagamaan yang lain seperti ritus, mitos, doktrin, etika dan sosial. Semua definisi yang diberikan di atas, pengalaman mistik dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yaitu aspek pengalaman itu sendiri, aspek jalan, cara, sistem atau teknik-teknik kontemplasi yang terkait dengan pengalaman itu, dan aspek ajaran yang muncul atau lahir dari mistikus atau yang dipengaruhi olehnya.
Referensi Makalah®
Keputakaan:
Bagus Lorens, Kamus Filsafat, (Gramedia, Jakarta 1996). Ramdan, Tasawuf dan Aliran Kebatinan, (LESFI, Yogyakarta, 1993). Ninian Smart, “The History of Mysticism” dalam Enciclopedia of Philosophy, Vol. 5. dan 6, (Macmillan Publising, New York). A.E. Afifi, Filsafat Mistis Ibnu Arabi, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 1995). Sidney Spencer, Misticismin World Religion, (George Allen dan Unwin Itd., 1965).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar