Skip to main content

Penjelasan Rukun Wakalah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: April 15, 2013

Rukun wakalah terdiri dari pelaku akad, objek akad, dan shighah (ijab qabul). Berikut sedikit uraian mengenai masing-masing rukun wakalah tersebut;
Pertama, pelaku akad, merupakan kedua belah pihak yang melakukan akad. Yakni pemberi kuasa (muwakil) dan penerima kuasa (wakil). Syarat muwakil adalah sebagai berikut:
  1. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan.
  2. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
Sedangkan syarat wakil adalah:
  1. Cakap hukum,
  2. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya,
  3. Wakil adalah orang yang diberi amanat.
Kedua, objek akad (at-Taukil), merupakan tindakan yang dikuasakan. Syarat objek akad adalah perbuatan yang boleh digantikan oleh orang lain harus jelas, dapat diwakilkan, dan tidak bertentangan dengan syariat islam, seperti jual beli, pemindahan hutang, tanggungan, semua bentuk transaksi, serikat dagang, pemberian kuasa, pemberian gaji, dan lain-lain.
Objek akad tidak dibolehkan pada ibadah badaniah dan dibolehkan pada ibadah-ibadah yang bersifat harta seperti zakat, shadaqah, dan haji.
Ketiga, shighah, merupakan pernyataan dari kedua belah pihak (ijab qabul). Penerimaan diri sebagai penerima kuasa dapat dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001). M. Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2009). Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid 3: Analisa Fiqh Para Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar