Skip to main content

Sekilas tentang Naluri (Insting)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 15, 2013

Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli. Insting (naluri), dalam bahasa Arab disebut garizah atau fitrah.
Di antara ahli memberikan pengertian naluri atau insting sebagai berikut:
Naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu kearah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.
Dalam ensiklopedia arti dari naluri adalah menyangkut pola-pola prilaku dan respon-respon yang komplek, tidak di pelajari, muncul begitu saja dari kelahiran seseorang, dan diperoleh oleh turun-temurun (secara filogenetik). Naluri muncul sebagai karakteristik yang dimiliki suatu makhluk, misalnya hewan dalam menghadapi lingkungan untuk memungkinkan kelangsungan hidupnya, naluri juga terdapat pada prilaku manusia yang kadang-kadang muncul pada situasi tertentu dan sulit dijelaska dasar-dasar timbulnya.
Dalam kajian psikoanalisis, naluri diartikan sebagai tenaga psikis di bawah sadar (id), yang dibagi atas (1) naluri kehidupan (eros), kecenderungan dan dorongan untuk mempertahankan kehidupan dan keturunan; (2) Naluri kematian (thanatos), kebalikan dari naluri kehidupan, dorongan untuk merusak, agresi yang berakar pada libido, baik keluar (sadisme) maupun kedalam (masakisme). Hal tersebut sesuai diungkapkan didalam kamus lengkap psikologi, insting adalah suatu reaksi yang komplek dan tidak dipelajari (terlebih dahulu), yang menjadi sifat-sifat khas suatu species, seperti membangun sarang pada tawon.
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang dipergerakkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli. Hal ini termasuk medan pembahasan psikologi, dalam ilmu akhlak, pengertian tentang naluri ini sangat penting, karena para ahli etika tidak merasa memadai kalau hanya menyelidiki tindak tanduk lahir dari manusia saja, melainkan merasa perlu juga menyelidiki latar belakang kejiwaan yang mempengaruhi dan mendorong suatu perbuatan.
Dalam hubungan ini, ahli-ahli psikologi menerangkan berbagai naluri (insting) yang ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, di antaranya:
Naluri makan (nutritive instinct): bahwa begitu manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya begitu bayi lahir, langsung mencari tetek ibunya dan pada waktu nitu juga dapat mengisap air susu ibu tanpa diajari lagi.
Naluri berjodoh (seksual instinct): laki-laki menginginkan wanita dan wanita ingin berjodoh dengan laki-laki, dalam al-Quran disebutkan:
Dihiaskan kepada manusia, mencintai sahwat (keinginan nafsu), seperti perempuan-perempuan, anak-anak dan harta benda yang banyak, dari emas, perak, kuda yang bagus, binatang-binatang ternak dan tanaman-tanaman. Dengan demikian itulah kesukaan hidp di dunia ini dan di sisi Allah swt tempat kembali yang sebaik-baiknya (yaitu surga). (Q.S. Ali Imran:14).
Naluri keibu-bapakan (paternal instinct): tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuanya itu didorong oleh naluri tersebut.
Naluri berjuang (combative instinct): tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. Jika seoranmg diserang oleh musuhnya, maka dia akan membela diri.
Naluri ber-Tuhan, yaitu tabiat manusia mencari dan merindukan penciptaannya yang mengatur dan memberikan rahmat kepada-Nya, naluri ini disalrkan dalam hidup beragama.
Selain daripada kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang sering dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya: insting memiliki, insting ingin tahu dan memberi tahu, insting takut, insting suka bergaul, dan insting meniru.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abdul Aziz El-Quussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). Samuel Seito, Psikologi Pendidikan (mengutamakan segi-segi perkembangan), (Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1994).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar