Skip to main content

Akulturasi; Pengertian dan Tujuan

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 28, 2013

Istilah akulturasi atau acculturation, ataupun culture contact adalah proses dimana suatu kelompok masyarakat dengan suatu kebudayaannya dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga (dalam waktu yang cukup lama) lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Tujuan utama akulturasi, seperti yang dikemukakan bersama-sama oleh Herkovits, Linton, dan Redfield, yang penulis kutip dari Muhammad Fauzy, adalah fenomena yang akan terjadi tatkala kelompok-kelompok individu yang memiliki budaya yang berbeda terlibat dalam kontak yang berlangsung secara tangan pertama (langsung), disertai perubahan terus-menerus, sejalan pola-pola budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok itu dibawah definisi itu, akulturasi dibedakan dari perubahan budaya yang hanya merupakan salah satu aspeknya, dan asimilasi dan yang pada saat tertentu merupakan suatu fase awal akulturasi.
Akulturasi juga dibedakan dari difusi yang pada saat sama berlangsung dalam semua contoh akulturasi, tidak hanya sebagai suatu fenomena yang kadang mengambil tempat tanpa tipe kontak antara orang yang dikhususkan dalam definisi diatas, tetapi juga membangun hanya satu aspek proses akulturasi.
Proses akulturasi sudah muncul sejak dulu kala dalam sejarah kehidupan manusia di bumi ini. Penelitian-penelitian seputar masalah akulturasi muncul dalam ranah ilmu antropologi lebih dari satu abad yang lalu. Sebelumnya, banyak sarjana antropologi seringkali tertarik akan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa Kegiatan penelitian yang memperhatikan masalah akulturasi di mulai sekitar tahun 1910. Dan mengalami perkembangan yang pesat pada penghujung tahun 1920. Bersifat deskriptif, yaitu melukiskan satu peristiwa akulturasi yang kongkrit pada satu atau beberapa suku bangsa tertentu yang sedang mendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan Eropa-Amerika.
Lima macam golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu :
  1. Metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi pada suatu masyarakat.
  2. Unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima, dan yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
  3. Unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah dan unsur-unsur apa yang sukar diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing.
  4. Individu-individu yang suka dan cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan sebaliknya.
  5. Ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
Jika antropologi interpretatif merupakan cara untuk melihat sistem makna dan nilai yang dipakai masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Maka cukup beralasan bila Geertz (1960) berargumen, antropologi interpretatif ketika menelaah kebudayaan manapun akan selalu tertarik kepada masalah agama. Lewat simbol, ide dan adat-istiadat pengaruh agama berada pada setiap celah dan sudut kehidupan masyarakat.
Penjejeran dua kebudayaan yang berbeda sehingga melahirkan kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan melalui agama adalah hal yang lumrah terjadi di Indonesia. Ini dikarenakan, agama sebagai salah satu sistem kebudayaan. Melalui agama-lah kebudayaan Cina dan Jawa bertemu yang masyhur disebut oleh para sejarawan dengan Sino Javanese Muslim Culture.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Walter H. Capps, Religious Studies : The Making of a Discipline, (Fortress Press, Minneapolis, 1995). Muhammad Fauzy (Ed), Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar