Skip to main content

Sejarah Kelahiran Budha Gautama

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 04, 2013

Sejarah Kelahiran Budha Gautama... Pada masa dulu terbentang satu kawasan tanah subur menghijau dengan pohon-pohon yang rindang dan lebat daunnya. Tanah ini adalah tempat asal suku bangsa Sakya dari golongan Ksatria. Pada zaman dahulu, daerah Majjhima desa (daerah tengah dari Jambudipa-sekarang India) dihuni oleh suku bangsa Ariyaka yang datang dari utara pegunungan Himalaya. Di daerah pegunungan Himalaya inilah terletak sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Sakka (pada waktu itu di daerah tersebut banyak sekali terdapat hutan pohon sakka).
Rajanya yang bernama Okkaka mempunyai empat orang putra (Okkamukha, Karanda, Hatthinika, dan Sinipura) dan lima orang putrid. Karena Ratu meninggal dunia, maka Raja menikah lagi dengan seorang gadis yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki. Merasa gembira sekali, Raja berjanji kepada Ratu, bahwa akan meluluskan semua permintaan Ratu, apapun juga yang akan dimintanya. Dengan senang hati Ratu memohon kepada Raja agar anaknya yang baru dilahirkan diangkat menjadi putra Mahkota. Raja menjadi serba salah. karena malu untuk tidak menepati janji yang pernah diberikannya, maka akhirnya Raja memanggil keempat orang putranya dan memerintahkan untuk membawa saudara-saudara perempuannya pergi ke suatu daerah lain untuk membangun sebuah negara baru.
Keempat putra Raja tersebut, tidak lama kemudian mohon diri dari ayahandanya dan bersama dengan saudari-saudarinya berangkat menuju sebuah hutan disertai dengan rombongan ahli-ahli dalam berbagai bidang untuk membangun satu negara baru. Mereka memilih sebuah hutan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon sakka di lereng gunung Himalaya, di dekat tempat yang sejak lama dihuni oleh seorang pertapa bernama Kapila. Sebab itulah, maka kota yang kemudian mereka bangun diberi nama Kapilavatthu (vatthu = tempat).
Di tempat itulah mereka menikah diantara mereka bersaudara, terkecuali putri yang tertua yang menikah dengan Raja dari Devadaha. Empat pasangan yang tersebut duluan merupakan leluhur dari dinasti Sakya dan pasangan yang belakangan merupakan leluhur dari dinasti Koliya.
Pada suatu waktu Raja yang memerintah di kota Kapilavatthu adalah Raja Jayasena yang mempunyai seorang putra bernama Sihahanu dan seorang putri bernama Yasodhara. Setelah Raja Jayasena meninggal dunia, Pangeran Sihahanu menjadi Raja di Kapilavatthu dan menikah dengan putri Kancana, yaitu adik dari Raja Anjana dari Devadana. Mereka diberkahi dengan lima orang putra yang diberi nama Suddhodana, Sukkodhana, Amitodhana, Dhotodhana dan Ghanitodana dan dua orang putri yang diberi nama Pamita dan Amita. Adik dari Raja Sihahanu, yaitu Putri Yasodhara, menikah dengan Raja Anjana dari Devadana dan diberkahi dengan dua orang putra yang diberi nama Suppabudha dan Dandapani, dan dua orang putri yang diberi nama Maya dan Pajapati (atau Gotami).
Setelah Raja Sihahanu mangkat, pangeran Sudodhana menduduki tahta kerajaan Sakya dan kemudian menikah dengan putri Maya, namun tidak mempunyai keturunan, sampai pada suatu waktu Ratu Maya mencapai umur kurang lebih 45 tahun, ketika itu Ratu ikut serta dalam perayaan Asalha yang berlangsung tujuh hari lamanya. Setelah selesai perayaan, Ratu mandi dengan air wangi, menguapkan janji Uposatha dan kemudian masuk ke kamar tidur. Saat Ratu tidur, beliau memperoleh mimpi, bahwa empat orang Dewa Agung telah mengangkatnya dan membawanya ke Himava (gunung Himalaya) dan meletakkan di bawah pohon Sala di (lereng) Manosilatala. Kemudian para istri Dewa-dewa agung tersebut memandikannya di danau Anotatta, mengosoknya dengan minyak wangi dan kemudian memakaikannya pakaian-pakaian yang biasa dipakai para Dewata.
Selanjutnya Ratu dipimpin masuk ke sebuah istana emas dan direbahkannya di sebuah dipan yang bagus sekali. Di tempat itulah seekor gajah putih dengan memegang sekuntum bunga teratai di belalainya memasuki kamar, mengelilingi dipan sebanyak tiga kali untuk kemudian memasuki perut Ratu Maya dari sebelah kanan. Oleh para Brahmana Ratu akan mengandung seorang bayi laki-laki yang kelak akan menjadi seorang Cakkavatti (Raja dari semua Raja) atau seorang Budha.
Sepuluh bulan kemudian di bulan Vaisak, Ratu mohon perkenan dari Raja untuk dapat bersalin di rumah Ibunya di Devadaha. Dalam perjalanan yang menepati tepat bulan purnama pada bulan Mei, Tahun 623. S. M, di taman Lumbini, Kapilavatthu, di perbatasan India yang sekarang wilayah Nepal Di bawah pohon Salad dan dalam posisi yang berdiri itulah Ratu Maya melahirkan bayi laki-laki. Yang di beri nama Sidarta Gautama dari Sakya.
Tujuh hari sesudah bersalin wafatlah Ratu Maya dan terlahir kembali di surga Tusita, yang kemudian bayi dari Ratu Maya diserahkan kepada adik Ratu Maya untuk dirawatnya, hingga akhirnya adik ratu yang merawat bayi tersebut dinikahi oleh Sudhodana.
Budha yang lahir, mencapai pencerahan agung dan meninggal atau kembali ke nirvana adalah pada saat Waisak = purnamasidhi. Di Indonesia, hari Waisak dijadikan hari libur nasional.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ahmad Salaby, Perbandingan Agama, Agama-agama Besar di India (Hindu-Jaina-Budha), penerjemah, Abu Ahmadi, (Bumi Aksara, Jakarta, 1998). Pandita. S. Widyadharma, Riwayat Hidup Budha Gotama, (Jakarta, Nalanda, 1979). Ven. Narada Mahathera, Sang Budha dan Ajaran-ajarannya, (Yayasan Dammadipa Arama, Jakarta, 1995). Smith, Agama-Agama Manusia, Penerjemah, Saafroedin Bahar, (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, Edisi Ketiga, 1995).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar