Skip to main content

Pengertian Parenting dalam Pendidikan

Oleh: AnonymousPada: January 25, 2013

Parenting adalah pekerjaan dan ketrampilan orang tua dalam mengasuh anak. Pembahasan mengenai parenting dalam referensi ini, penulis tekankan pada pembahasan pola asuh anak oleh orang tua dalam keluarga dan guru di sekolah.
Menurut Chabib Thoha, parenting merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Sedangkan menurut M. Shohib, pola asuh adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan pada penataan lingkungan sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak.
Pengertian pola asuh di sini identik dengan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Mustofa al-Ghulayani:
Pendidikan (Tarbiyah) adalah menanamkan akhlak (budi pekerti) yang utama di dalam jiwa siswa, menyiramnya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga tertanam kuat dalam jiwa dan membuahkan keutamaan, kebaikan dan suka beramal untuk kemanfaatan tanah air.
Menurut Henry Clay Lindgren menyebutkan bahwa:
“The family, not the school, provides the first educational experiences begining in infancy, with the attempt to guide and direct the child-to train him.” “Keluarga bukan sekolah, memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan yang pertama mulai pada masa pertumbuhan dengan usaha-usaha untuk membimbing dan mengarahkan anak serta melatihnya”
Ratna Megawangi menjelaskan bahwa parenting itu merujuk pada suasana kegiatan belajar mengajar yang menekankan kehangatan bukan ke arah suatu pendidikan satu arah atau tanpa emosi.
Dengan demikian, parenting adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Parenting menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan kepada anak (pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupannya terutama bagi agama, diri, bangsa, dan juga negaranya.
Tugas utama mencerdaskan anak tetaplah ada pada orang tua meskipun anak telah dimasukkan ke sekolah agama. Peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak sangatlah penting dalam mengembangkan potensi anak. Proses penanaman aqidah berada di tangan orang tua karena dalam hal ini keluarga diberi kepercayaan oleh Allah untuk mendidik dan mengasuh anak-anak mereka.
Manusia dikatakan sebagai makhluk psycho-physics neutral, yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (self ensteem) jasmaniah dan rohaniah. Di dalam kemandirannya itu manusia mempunyai potensi dasar atau kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan itu memerlukan pendidikan dan bimbingan.
Pada usia kanak-kanak, mereka belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran agama Islam, akan tetapi di sinilah peran orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak sebagai upaya untuk menggali potensi mereka. Potensi tersebut khususnya potensi keagamaan.
Sifat agama pada anak mengikuti pola ideas concept on authority, artinya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor luar diri mereka. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya lebih cerdas dalam hal mengasuh anak-anaknya mengingat secara psikologi, masa kanak-kanak adalah masa-masa yang potensial dalam perkembangannya.
Selain manusia sebagai makhluk psycho-physics neutral, juga sebagai makhluk homo-socius, yaitu berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki garizah (insting) untuk hidup di masyarakat. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dengan kelompoknya, berinteraksi dengan lingkungannya
Dalam berinteraksi dengan lingkungannya ada kecenderungan pengaruh-pengaruh yang masuk dalam diri pribadi baik dalam hal tingkah laku, gaya bicara, maupun pola hidup. Sehingga jika seorang anak sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar, maka pengawasan orang tua dalam hal ini sangat bermanfaat bagi anak di masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Manusia punya kecenderungan untuk bergaul dan bersosialisasi dengan dunia luar. Pada masa kanak-kanak, mereka masih memerlukan bimbingan dari orang tua agar dalam bergaul mereka tetap pada akhlak Islami. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan bimbingan dan teladan baik di rumah maupun di luar rumah.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English Press, t.th). Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). M. Shohib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). Mustofa Al-Ghulayani, Idhatun Nasyi`in, (Beirut: Al-Maktabah, Al Ahliyah, 1949). Henry Clay Lindgren, Educational Psychology in the Classroom, Modern Asia Edition, (New York: John Wiley & Sons, INC, 1960). Ratna Megawangi, Character Parenting Space, Menjadi Orang Tua Cerdas untuk Membangkitkan Karakter Anak, (Bandung: Mizan Media Utama, 2007). M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004). Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004). Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar