Skip to main content

Pengertian Hidden Curriculum

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 09, 2013

Istilah hidden curriculum menunjuk kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan, yang mungkin meningkatkan atau mendorong atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain, konsep hidden curriculum menunjuk pada praktek dan hasil persekolah yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijakan sekolah, namun merupakan bagian yang tidak teratur dan efektif mengenai pengalaman sekolah.
Hidden (ketersembunyian) merupakan aspek alamiah dalam hal yang berhubungan dengan pengalaman sekolah? pertanyaan ini perlu dimengerti dan dipahami oleh setiap pihak yang berkepentingan dengan pendidikan dan kurikulum. Namun pertama-tama seyogyanya kita mengerti apa arti hidden curriculum.
Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak direncanakan. Hilda Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning”, yakni aktivitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut kurikulum tersembunyi. Anak didik mempunyai aturan tersendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum formal seperti tentang mencontek, membuat pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru, mencari strategi belajar yang efektif, dan banyak lagi hal lainnya.
Beberapa ahli pendidikan juga mencoba menelaah hidden curriculum. Seperti A. V. Kelly dalam buku The Curriculum menjelaskan bahwa,
Some educationist speak of the hidden curriculum, by which they mean those thing which pupils learn at school because of the way in which the work of the school is planned and organized, and through, the materials provided, but which are not in themselves overtly included in the planning or even in the consciousness of those responsible for the school arrangements. Social roles, for example, are learnt in this way, it is claimed, as are s3x roles and attitudes to many other aspects of living. Implicit in any set of arrangements are the attitudes and values of those who create them, and these will be communicated to pupils in this accidental and perhaps even sinister way. This factor is of course of particular significance when the curriculum is planned and imposed by government.
“Beberapa ahli pendidikan berbicara tentang kurikulum tersembunyi, dengan apa yang mereka maksud dengan hal yang siswa pelajari di sekolah. Karena cara dimana pelajaran/pekerjaan sekolah yang direncanakan dan diatur melalui materi yang disediakan/diberikan, tetapi apa yang tidak ada pada diri mereka pada lahirnya termasuk dalam perencanaan atau meskipun kesadaran akan tanggung jawab pada susunan sekolah. Peran sosial, contohnya dipelajari dengan cara ini, itu diklaim sebagaimana peran dan sikap seseorang berdasar jenis kelamin terhadap aspek kehidupan lainnya. Implisit disetiap wacana/susunan yaitu sikap dan nilai yang membuatnya, dan ini akan disampaikan kepada siswa secara kebetulan atau mungkin dengan cara menakutkan. Faktor ini pasti berarti ketika kurikulum direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah”.
Menurut Overly dan Valance, dalam Subandijah, hidden curriculum meliputi kurikulum yang tidak dipelajari, hasil persekolahan non-akademik. Dalam kaitan ini, banyak para ahli kurikulum yang mengajukan konsepsi maupun pengertian hidden curriculum, misalnya:
Dreeben memfokuskan pada apa yang dipelajari di sekolah sebagai suatu fungsi struktur sosial kelas dan latihan otoritas guru.
Kolhberg mengidentifikasikan hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peranan guru dalam mentransformasikan standar moral.
Henry cenderung pada hubungan antara siswa dengan guru, aturan untuk mengatur hubungan tersebut dan peranan aturan ini dalam mendidik untuk kepatuhan (decolitas).
Kritisi sosial seperti Goodman, friedenberg, Reiner dan Illich menggunakan konsepsi hidden curriculum sebagai aturan untuk mengidentifikasikan dan menjelaskan penguatan sekolah mengenai struktur kelas dan norma sosial tertentu.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1996). Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007). A. V. Kelly, The curriculum, (London: SAGE Publications Limited, 2006).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar