Skip to main content

Pokok-pokok Kepercayaan Agama Hindu

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 14, 2012

Pokok-pokok kepercayaan agama Hindu dapat dibagi dalam lima bagian yang disebut Panca Srada atau Lima Kepercayaan, yaitu percaya pada Tuhan Yang Maha Pencipta, Atman, Karma Phala, Punarbawa dan Moksa. Inti dalam agama Hindu adalah, pengakuan terhadap kitab-kitab Weda sebagai wahyu yang mutlak kebenarannya, kepercayaan terhadap dharma, pengakuan supremasi para Brahmana, Penerimaan sistem Kasta serta memenuhi kewajiban ritual, kesusilaan dan sosial yang bersangkutan dengan itu dan kepercayaan akan samsara dan karma
Kepercayaan kepada Tuhan dan Dewa-dewa
Umat Hindu percaya bahwa yang kuasa atas segala yang ada dan tidak ada yang luput dari kuasa-Nya, adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang membayangkannya bermacam¬macam menurut kemampuannya. la disebut Agni, Yama, dan Matariswan, ia dipanggil Brahma sebagai pencipta, Visnu sebagai pemelihara, Siva sebagai perusak. Dia maha tahu dan berada di mana-mana, cara menyembahnya bermacam-macam dan tempatnya berbeda-beda, kepadaNya orang berserah diri, memohon perlindungan dan petunjuk. Sebagai Tuhan Pencipta ia timbul sebagai Dewa Prajapatti, di samping masih banyak Dewa yang lain. Dalam Rig Weda X, 121.8 dikatakan:
Yaseidapo mahina pa, Yaseidapo mahina paryapasyad,' Moksam dadhana janayantir yajnam, Yo devisvadhi deva eka asit, kasmai devaya havisa vidhoma'
Siapakah Tuhan yang kami puja dengan persembahan kami?. Tuhan yang dengan keagungannya mengamati. luapan air, Tuhan yang mengkurniai kekuatan batin dan yang membangkitkan pemujaan, Tuhan yang Tunggal yang mengatasi semua Dewa,
Dari Rig Weda terbukti bahwa bangsa Arya adalah menyembah berbagai macam Dewa, yang dianggap sebagai personifikasi dari kekuatan Alam dan kekuatan ghaib, yang menguasai semua kejadian dan peristiwa. Di dalam Rig Weda disebut adanya Dewa Yang Tertua, yaitu 'Dyaus' (dewa langit) dan istrinya 'Pertiwi' (dewa bumi), tetapi.kedua jenis Dewa ini kemudian terdesak oleh Dewa-dewa yang lain.
Dewa Indra, adalah Dewa yang terpenting yang dianggap raja dari segala Dewa, yang disebut 'Surapati' atau Vrtrahan'. Dia adalah Dewa Hujan yang bersenjatakan petir, Dia adalah Dewa langit yang mengumpulkan awan dan dia adalah Dewa Kemenangan. Sebagai Dewa hujan (Vrtrahan) dialah yang membunuh ‘Naga Vrta' yang menyembunyikan air dalam gua selama musim kemarau. Dewa Indra ini dapat memperdaya 'Rta' (Tata moral, keadaan normal), tetapi ia suka minuman keras (air soma), dia selalu membanggakan diri dengan keagungannya, karena dialah yang melepaskan air ke samudera, pemberi hidup dan perjalanannya selalu memperkaya kehidupan dan kesuburan tanah.
Dewa Agni (dewa api) adalah juga dewa yang terpenting dan dianggap sebagai perantara antara manusia dan Dewa-dewa, karena dia adalah penerus pujian-pujian dan korban bakar kepada para dewa, dan dia juga yang mendatangkan para dewa ke tempat-tempat sesajian dengan bunyi-bunyian dalam api.
Dewa Soma, adalah Dewa minuman keras soma yang didapat dari perasan tumbuh-tumbuhan soma. Soma adalah minuman para Dewa. Dalam upacara korban soma itu dituangkan sebagai persembahan kepada para dewa. Rasa hormat yang luar biasa bukan semata-mata dituiukan kepada ritusnya, tetapi kepada kekuatan soma. Cairan yang memabukkan ini bukan saja untuk para Dewa tetapi juga diminum oleh para pemujanya.
Soma bukan hanya disamakan dengan kekuatan tetapi juga dipersonifikasikan dari bulan yang selanjutnya disamakan dengan Dewa Waruna yang berkuasa di Surga. Dengan demikian bulan dianggap tempat cairan soma yang sakral dan kebeningan airnya yang berkilauan merupakan cahaya; surga dan dianggap sebagai sari dari raja langit Dewa Waruna. Dewa Waruna ini juga disebut Aditya atau Dewa Kebaikan, dikarenakan tugasnyalah maka jalannya tata-surya (matahari, bulan dan bintang-bintang), musim silih berganti, teratur. Untuk menjaga tata tertib alam kosmos tersebut maka perlu adanya upacara korban dan sesajian. Selain Dewa Waruna masih ada lagi beberapa Dewa yang tidak jelas peranannya. Misalnya Dewa 'Surya (Matahari), Dewa Wisnu, Dewa kembar Aswin atau Nasatya (Dewa pagi), yang merupakan Dewa kesehatan, Dewa Usas (Dewa Fajar), Dewa Marut (dewa topan dan angin ribut), Dewa Rudra (dewa topan dan petir), Dewa Parjanya (dewa hujan); Dewa Saraswati (dewa sungai, kemudian merupakan dewi (Imu pengetahuan), Dewa Prajapati (Dewa penguasa alam dan semua makhluk), Dewa Wiswakarman (Dewa Pencipta), Dewa Brhamnanaspati atau Brhaspati (Dewa alam sesaji) dan, Dewa Widhatar (Dewa guntur).
Kepercayaan kepada Jiwa dan roh-roh
Umat Hindu percaya bahwa maka segala sesuatunya hidup bergerak karena ada (Jiwa). Atman itu merupakan percikan kecil dari Atman yang tertinggi. Jika Atman lepas dari tubuh maka manusia mati, jasadnya hancur. Atman yang menghidupi badan disebut jiwatman (nyawa). Jiwatman itu dipengaruhi oleh karma (perbuatan), nya di dunia, maka atman itu tidak selalu dapat kembali ke asalnya yaitu Parama Atman. Jiwatman orang yang baik akan terus ke surga, sedang yang buruk akan jatuh ke neraka, dan mendapat siksaan. Sebagaimana lelari dikatakan di atas bahwa menurut Upanisad Atman adalah jiwa individu.
Menurut Weda kuno selain para Dewa ada pula roh-roh jahat. Roh-roh jahat itu ada yang tinggi kekuasaannya dan ada yang rendah atau kurang kekuasaannya. Roh jahat yang tinggi kekuasaannya misalnya yang menguasai musim kemarau (Wrta) yang panjang adalah musuh dari Dewa Indra. Roh jahat yang kurang kekuasaannya adalah seperti Raksa dan Pisaca. Raksa sering menampakkan wujudnya seperti manusia atau binatang, sedangkan Pisaca adalah pemakan bangkai. Selain itu masih ada roh-roh halus lain seperti yang disebut gandarwa, yaksa, bhuta, atau raksasa, dan juga para arwah leluhur.
Menurut Weda arwah-arwah leluhur adalah arwah manusia yang mati yang jiwanya tidak diterima di alam kebahagiaan (surga) dan masih gentayangan dalam keadaan menderita. Arwah yang gentayangan ini disebut Preta, yang berbahaya karena suka mengganggu anak cucu yang masih hidup, terutama yang lelaki, karena tidak memperhatikannya.
Untuk membantu arwah tersebut agar sampai ke alam pitara (surga), agar ia masuk ke naungan Dewa Maya (raja pitara), maka para anak cucu perlu mengadakan upacara-upacara persembahan dan korban.
Kepercayaan kepada Karma, Samsara, Moksa
Umat Hindu percaya pada adanya Karma-Phala (Karma: perbuatan, phala; ganjaran), yaitu adanya perbuatan manusia yang membawa akibat baik atau buruk. Perbuatan yang baik akan mendapat ganjaran yang baik, perbuatan yang buruk akan mendapat ganjaran yang buruk. Tetapi pahala kebahagiaan itu tidak selalu cepat segera dirasakan atau dinikmati, begitu pula setiap perbuatan itu akan meninggalkan bekas yang nyata atau yang tidak nyata. Bekas-bekas perbuatan ini dinamakan Karma-Wasana.
Umat Hindu percaya pada kelahiran kembali yang disebut Punarbhawa atau Samsara. Jiwatman atau roh dari: orang mati tidak selamanya berada di neraka atau di surga, karena ia akan lahir lagi ke dunia. Bagaimana kelahirannya itu bergantung pada karmawasananya. Kalau jiwa itu membawa karma yang balk maka ia akan lahir menjadi manusia yang berbahagia. Sebaliknya jika karmanya buruk maka ia akan lahir menjadi manusia yang menderita. Kelahiran kembali ini merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri. Orang tidak harus tetap menghuni neraka atau surga melainkan ia harus meningkat menuju Nirbanapada, yaitu Moksa atau. alam kelepasan.
Selanjutnya umat Hindu percaya pada Moksa yang artinya kelepasan. Inilah tujuan akhir penganut agama Hindu. Apabila arwah manusia telah mencapai Moksa maka ia tidak lahir kembali ke.muka bumi, karena tidak ada sesuatupun yang mengikatnya. la telah bersatu dengan Paramatma, yaitu Atrhan yang tertinggi, Tuhan Yang Maha Esa atau Sang Hyang Widhi. Jadi ia telah Amoring Acintya, yang artinya lebur dengan Tuhan, masuk ke dalam Tuhan. Jadi suatu kebahagiaan 'tan pawali duka' yang tidak ada persamaannya di dunia. Oleh karena Tuhan tidak dapat dipikirkan, maka demikian pula dengan. roh yang telah bersatu ke dalam Tuhan, tidak lagi dapat dipikirkan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (PT. BBK, Gunung Mulia, Jakarta, 1986). I Gede Sura, et al, Pelajaran Agama Hindu, (Yayasan Wisma Jakarta, 1987). Hassan Shadily, Ensiklopedi lndonesia, (Ihtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1980).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar