Skip to main content

Pengertian Eksistensialisme

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 14, 2012

Istilah Eksistensialisme sering diartikan beragam, mulai dari paham yang dianut oleh para anggota kesenian avant garde di paris; aliran filsafat yang membahas penderitaan hidup dan mendukung tindakan bunuh diri; sistem pemikiran di Jerman yang bertendensi anti-rasional; sampai pada aliran seni (tokoh-tokohnya antara lain Van Gogh, Cezanne, dan Picasso) dan kesusastraan (tokoh-tokohnya misalnya Dostoeveski, Kaffka, Baudalaeir, dan Rilke).
Istilah eksistensi berasal dari kata Ex-Sitere, yang secara literal berarti begerak atau tumbuh keluar. Dengan istilah ini hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis, melainkan sebagai “gerak” atau “menjadi”, sebagai suatu yang “mengada”. Dalam konteks ini, pertanyaan krusial bukanlah, misalnya saja, apakah betul bahwa saya terbuat dari bahan-bahan kimiawi tertentu, sehingga masalah yang saya hadapi adalah bagaimana saya sadar akan kenyataan itu dan apa yang akan saya lakukan kemudian.
Arti eksistensi akan kita pahami secara jelas lagi kalau kita maninjau kembali pembedaan tradisional antara istilah eksistensi dan esensi. Esensi menunjuk pada, katakanlah, kecoklatan dari kayu ini, kepadanya, dan karakter-karakter lain yang membuat tongkat itu menjadi berarti.
Eksistensialisme dalam memahami manusia mempunyai beberapa pendahulunya yang sangat terkenal dalam sejarah barat seperti Sokrates dalam dialog-dialognya, Agustinus dalam analisa psikologi-dalamnya, Pascal dalam perjuangannya untuk menemukan sebuah tempat bagi alasan-alasan hati yang tidak diketahui oleh rasio. Tetapi cara pemahaman Eksistensialisme yang lebih berpengaruh muncul secara khusus seratus tahun yang lalu dalam protes-protes keras Kierkegaard terhadap rasionalisme dan Idealisme Hegel yang sangat berpengaruh waktu itu.
Soren Kierkegaard menyatakan bahwa pengertian Hegel tentang kebenaran yang abstrak mengenai kenyataan merupakan suatu ilusi dan penuh tipu daya. Kebenaran itu ada, demikian tulis Kierkegaard, hanya setelah individu membuat kebenaran itu dalam tindakan. Para eksistensialis lainnya mengkritik para rasionalis dan idealis yang melihat manusia sebagai subjek, yakni memandang manusia hanya sebagai makhluk berpikir.
Ekisistensi dari hal-hal Individual, dengan demikian, diluar gambaran yang abstrak itu. Misalnya kita dapat menunjukan bahwa tiga apel ditambah tiga apel sama dengan enam. Tetapi ini akan sama halnya kalau apel diganti dengan jeruk, secara matematis tidak ada perbedaan mendasar apakah apel atau jeruk itu ada atau tidak ada.
Dengan demikian, bahwa sebuah proposisi dapat saja benar tanpa ada masalah apakah yang ditunjukkan itu nyata (real) atau tidak. Maka dari itu pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam Eksistensialisme adalah, apakah secara abstrak benar dan apa yang secara eksistensial nyata bagi pribadi-pribadi atau individu.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hasan hanafi, Berkenalan dengan Ekasistensialisme (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976). Virginia S. Thatcher, (The New Webster Encyclopedia Dictionary of English Language New York: Grolier Incorporated, 1967). S. Wojowasito, Wjs. Poerwadarminata, Kamus Inggris-Indonesia (Bandung: Pen. Hasta, 1980).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar