Skip to main content

Dukun menurut Bahasa dan Istilah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 03, 2012

Dukun atau kaahin menurut bahasa adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-guna). Sedangkan menurut istilah, Kaahin adalah orang yang menyampaikan berita tentang hal-hal yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia dan sesuatu yang gaib.
Menurut Imam Khathabi, dukun adalah orang yang melakukan pemberitaan tentang perkara yang terjadi pada masa yang akan datang dan mengaku mengetahui rahasia-rahasia. Sedangkan menurut Ibnu Seeda mendefinisikan kata kaahin (dukun) dengan arti orang yang memastikan hal-hal gaib.
Menurut Ibnu Hajar, kata kuhana akar kata kahin, berarti orang yang mengakui sanggup mengetahui hal-hal gaib.
Dukun dalam bahasa Inggris disebut dengan beberapa istilah, tergantung keahliannya, dari mulai clairvoyant (dukun/ tabib) yaitu penyembuh penyakit, hingga psychic (cenayang/ peramal), yaitu orang yang dapat melihat masa lalu atau mengaku dapat meramal masa depan berdasarkan masa lalu dan sekarang.
Dukun merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang tukang ramal, atau orang yang suka menebak sesuatu dengan menggunakan batu kerikil, atau seorang ahli nujum. Digunakan untuk menyebut orang yang suka (memberikan jasa) mengatasi persoalan atau memenuhi kebutuhan orang lain.
Dalam Islam, dukun termasuk thaghut, mereka itu adalah para penolong setan. Makhluk jahat itu senantiasa memberikan inspirasi kepada sang dukun. Imam Ibnu Ishak bertutur: “Setiap yang disembah selain Allah adalah Thaghut”.
Dukun tidak berbeda dengan tukang sihir. Hanya dia mengaku-ngaku dengan kedustaannya bahwa dia mengetahui yang gaib dan keadaan yang akan datang. Itulah makanya, orang lemah imannya datang kepadanya untuk menanyakan nasib, perkara-perkara yang gaib seperti tentang pencurian dan sejenisnya.
Kaahin (dukun) adalah orang yang mengambil informasi dari syetan yang mencuri pendengaran dari langit. Dapat pula dikatakan bahwa dukun adalah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara gaib yang akan terjadi di masa yang akan datang atau yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang tersimpan dalam hati seseorang.
Sebelum bi’tsah (Nabi saw diutus), dukun-dukun tersebut berjumlah sangat banyak, tetapi setelah bi’tsah, jumlah mereka berkurang (sedikit), karena Allah menjaga langit dengan adanya bintang-bintang.
Imam Ibnu al-Qayyim ra, bertutur, “Para dukun itu adalah utusan syetan dimana orang-orang musyrik berdatangan kepadanya untuk menanyakan perkara-perkara besar dan penting. Dan mereka mempercayai kata-katanya. Menjadikannya hakim pemutus suatu perkara. Kepercayaannya ini penuh dan teguh sebagaimana kepercayaan para pengikut Rasul kepada Rasul-Nya, dan itu adalah perbuatan kafir dan syirik.
Para ulama mendefinisikan kata tersebut dengan definisi beragam. menurut al-Kaththabi, kaahin (dukun) adalah orang yang mengaku bisa mengetahui hal gaib dan memberitahukan berbagai hal kepada orang banyak. al-Kahanah adalah segolongan kaum yang memiliki pikiran tajam, berperangai buruk, bertabiat seperti api, dan ditemani setan karena kesamaan di berbagai hal antara keduanya.
Menurut Ibnu Taimiyah, kaahin adalah pendusta atau orang yang dilayani oleh setan. Disebutkan dalam Fathul-Majid, kaahin adalah orang yang mendapat berita dari setan yang mencuri berita dari langit. Menurut imam al-Baghawi, al-Arraf (peramal) adalah orang yang mengaku dapat mengetahui berbagai hal gaib dengan terlebih dahulu mengetahui informasi tentang sesuatu yang dicuri atau hilang.
Ada tiga macam perdukunan, yaitu; berita yang didapat dari jin pencuri kabar langit, berita yang di kabarkan oleh jin pendampingnya tentang orang lain, perkiraan dan tebakan.
Orang yang ikut menyuburkan praktik perdukunan adalah peramal. Sekelompok orang yang mengaku bisa meramalkan hal gaib dan membaca apa yang akan terjadi di kemudian hari. Dengan kemampuan yang dimilikinya, mereka bisa mendapatkan wibawa, kehormatan, dan kemuliaan di antara sesama manusia, bahkan kemampuan itu mendekatkan mereka pada martabat seorang nabi. Cara yang mereka tempuh tidak jauh beda dengan wali-wali Allah swt yang saleh. Kemampuan seperti ini tidak hanya dimiliki individu perorangan, bahkan merambah sampai taraf bangsa.
Contohnya; Asoreon yang begitu mahir dalam meramalkan hal gaib dengan cara memperhatikan pergerakan bintang di langit, didukung dengan keistimewaan lokasi yang di tempati dan cerahnya langit. Mereka bisa mengintai pergerakan bintang. Ilmu ini kemudian diadopsi oleh bangsa Kaldani sampai mereka bisa membaca lembaran-lembaran langit. Bangsa Mesir dan Afrika, mereka tidak akan melakukan apa pun sebelum meminta petunjuk pada dukun dan Tuhan-tuhan mereka. Diantara peramal abad pertengahan adalah pastradamus dari perancis.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Bassam Salamah, Penampakan dari Dunia Lain, Membongkar Rahasia Dunia Gaib dan Praktik Perdukunan, (Mizan Publika, Bandung, 2004). Moh. Asror Yusuf, Kunci Aqidah Yang Lurus, (Mustaqiim, Jakarta, 2001). Syaikh Ahmad al-Qathan Muhammad Zein, Thaghut, (al-Kautsar, Yogyakarta, 1989). Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah 'Aqidah Ahlus Sunah wal Jama 'ah, Pustaka Imam asy-Syafi'I, Bogor, 2006). Umar Faruq, Risalah Qusyairiyah, Sumber Kajian Ilmu Tasawuf, (Pustaka A mani, Jakarta, 2007).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar