Skip to main content

Definisi Preschool

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 05, 2012

Memahamai preschool, atau yang lazim disebut dengan pendidikan prasekolah, seringkali terdapat kerancuan dalam memberikan definisi dan batasannya.
Menurut the National Association for the Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah dimasukkan dalam early childhood settings (tatanan masa kanak-kanak awal), yaitu layanan untuk anak-anak sejak lahir sampai dengan usia 8 tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah, atau institusi, seperti Taman Kanak-kanak (TK), baik yang sifatnya full-day school (sekolah sehari penuh) maupun paruh waktu. Di dalamnya termasuk early childhood education (pendidikan masa kanak-kanak awal) yang terdiri dari pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak-kanak awal.
Dari sini muncullah konsep nursery school dan preschool. Nursery school adalah program untuk pendidikan anak usia 2, 3, dan 4 tahun. Adapun preschool, dalam Webster’s Encyclopedic disebutkan mempunyai 2 arti, yaitu:
adjective of pertaining to, or intended for a child between infancy and school age.
“Kata sifat yang dimaksudkan untuk seorang anak yang berada pada usia bayi dengan usia sekolah”
a school or nursery for preschool children
“Sekolah untuk anak-anak prasekolah”.
Untuk di Indonesia, preschool dalam arti yang kedualah yang dipakai sebagai istilah lain untuk Taman Kanak-kanak (TK), sedangkan nursery school lebih dikenal dengan play group atau kelompok bermain. Kesemuanya itu termasuk dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat (14).
Dunia prasekolah adalah dunia bermain, sehingga satu hal yang salah kaprah adalah ketika preschool diidentikkan dengan tempat belajar membaca maupun berhitung. Preschool, yang di Indonesia identik dengan TK, bukanlah sekolah, namun merupakan tempat bermain sambil belajar, bukan sebaliknya. Sedangkan tempat belajar dimulai dari jenjang SD.
Sebagai salah satu bentuk awal pendidikan formal, maka dalam penyelenggaraan preschool perlu diciptakan situasi dan kondisi yang memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak. Hal ini penting mengingat bahwa ini adalah pengalaman pertama bagi anak untuk mengikuti sesuatu yang baru, yang notabene tidak bersama orang tua atau anggota keluarga yang lain, melainkan bersama orang lain yang sama sekali asing baginya. Dengan situasi dan kondisi yang menyenangkan akan membuat anak merasa nyaman di sekolah, tanpa khawatir terpisah dari orang tuanya.
Selain itu setiap anak mengalami perkembangan yang berbeda-­beda, sehingga pengalaman-pengalaman yang diciptakan harus fleksibel untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Marian Edelman Borden mengklasifikasikan proses perkembangan anak usia 3-5 tahun, yang berguna untuk memilih materi atau topik agar bisa diartikulasi oleh anak-anak untuk menuju ke arah pembentukan karakter anak yang sesuai.
Pada usia 3 tahun, anak memiliki ciri khas intelektual, mereka belajar tentang warna dan bentuk, kemudian dilanjutkan pada dunia sekitarnya, seperti binatang atau tanaman. Mereka belajar tentang diri mereka sendiri, keluarga mereka, berinteraksi dengan orang dewasa berbagi dan bekerja sama. Pada usia 4 tahun, imajinasi anak bekerja dan penuh dengan pertanyaan “mengapa”. Pada aspek intelektual mereka mulai belajar mengurutkan, memilah dan mengelompokkan.
Pada klasifikasi terakhir, yaitu pada usia 5 tahun, anak lebih terfokus dan terarah. Mereka kaya akan imajinasi, bahasa mereka lebih ekspresif dan terperinci. Pada aspek intelektual, mereka belajar tentang perbandingan ukuran dan jumlah, menggunakan pemikiran dan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah dan penjelasan sederhana untuk fenomena sains. Dalam aspek sosial-emosional, anak belajar untuk bertanggung jawab, mengenali dan menyatakan emosi dan perasaan, menyatakan empati, individualitas, mengenali persamaan dan perbedaan tentang diri dan orang lain.
Dalam pemilihan program preschool, haruslah dikembalikan pada kepentingan anak menurut prinsip the best interest of the child (keinginan dan minat anak). Suasana bermain yang menyenangkan, memahami anak secara individual, menciptakan suasana kreatif yang memungkinkan anak berekspresi dan bereksplorasi akan memberikan suasana yang kondusif bagi proses tumbuh-kembang anak secara optimal.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, (Bandung: Kaifa, 2001). Reni Akbar Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2003). George S. Morrison, Early Childhood Education Today, Merril Publishing Company, 1988). Houston Miffling, Webster’s Encyclopedic Unabridged Dictionary of the English Language, (New York: Portland House, 1989). Ali Aksun Widjaya, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: CV Duta Nusindo, 2003). Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003). Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Pent. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih, (Jakarta: Erlangga, 1995).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar