Skip to main content

Biografi Kong Hu Cu (Konfusius)

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: December 11, 2012

Kong Hu Cu (terkadang disebut Konfusius), lahir di kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah Kung Fang Shu (yang merupakan generasi ke sembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi ke empat sebelum Kong Hu Zu).
Kong Hu Cu adalah keturunan bangsawan miskin lahir tahun 551 SM dan wafat tahun 479 SM (dalam usia 72 tahun) berasal dari propinsi Syantung. Dari sebuah keluarga yang sederhana, jujur dan setia berbakti kepada Thian. Konon lahirnya diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib, pada tubuhnya juga tampak juga tampak tanda-tanda yang luar biasa.
Semasa kecilnya Kong Hu Cu sudah ditinggalkan oleh ayahnya pada usia 3 tahun. Pada usia 26 tahun, ibu Kong Hu Cu wafat. Jadi pada usia 26 tahun ia sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Ayahnya bernama Siok-Ling Hut dan ibunya bernama Tien-cai. Setelah Kong Hu Cu lahir, ayahnya wafat dan dimakamkan di Fangshon. Yang terletak dibagian paling timur negeri Lo (di Shan-Tung). Kong Hu Cu ragu atas lokasi kuburan bapaknya yang sebenarnya, sebab itu ibunya telah merahasiakan hal itu. Ketika Kong Hu Cu masih kanak-kanak dia membuat mainan penyembahan untuk korban dan nyanyian upacara.
Pada waktu ayahnya meninggal usia Kong Hu Cu 3 tahun, kemudian Kong Hu Cu di asuh oleh ibu dan kakeknya. Pada saat ibu Kong Hu Cu wafat, dia dikuburkan sementara waktu, untuk kepentingan penyembahan. Ibunya wafat pada saat ibu dari Wanfu Tsau memberitahukan kepada Kong Hu Cu tentang kuburan ayahnya yang sebenarnya. Setelah ia tahu mengenai lokasi kuburan tersebut, segera Kong Hu Cu memakamkan ibunya di dekat kuburan ayahnya di Fangshan.
Ketika Kong Hu Cu berusia 4 tahun, ia bermain dengan teman­-teman sebayanya, dalam bermain, ia senang memimpin teman-temannya dalam menirukan orang-orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Ia pernah meminta alat-alat sembahyang tiruan yang disebut Coo-Coo dan Too pada ibunya. Kedua alat tersebut selalu digunakan orang cina dalam melakukan sembahyang, ini menunjukkan sejak kecil Kong Hu Cu telah memperlihatkan sifat-sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai atau menghormati para leluhurnya.
Pada usia 7 tahun, Kong Hu Cu secara formal bersekolah di Perguruan Yan Ping Tiong sekolah yang dikelola oleh ayah Yan Ping Tiong. Yan Ping Tion adalah orang yang kemudian terkenal sebagai Perdana Menteri Negeri Cee. Di sekolah, Kong Hu Cu dan teman-temannya diajari cara menyiram, membersihkan lantai, tanya jawab, budi pekerti, musik, naik kuda, memanah, bahasa dan berhitung. Pendidikan formal Kong Hu Cu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah itu pada saat usia 17 taun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.
Pada usia 19 tahun, Kong Hu Cu menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kian-Kwan dari negeri Song. Acara pernikahan hanya dilakukan secara sederhana dan tidak terlalu mencolok seperti yang dilakukan orang pada saat itu. Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak laki­-laki yang diberi nama “Li” atau “Pik-Gi”, Li berarti “ikan gurami” sedangkan “Pik-Gi” adalah putra pertama yang bernama ikan. Pik-Gi tampaknya tidak secemerlang ayahnya namun anaknya (cucu Khonghucu) yang bernama Cu Su berhasil meneruskan kakeknya (Khonghucu) dengan membukukan kitab Tiong Yong (tengah sempurna). Kitab Tiong Yong tersebut dijadikan tuntunan keimanan bagi umat Kong Hu Cu di Indonesia.
Ketika Kong Hu Cu berusia 20 tahun, ia bekerja kepada keluarga bangsawan besar Kwi-Sun. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.
Kong Hu Cu sangat cerdas dan suka bergaul serta berminat pada pengetahuan. Umur 22 tahun Kong Hu Cu telah dapat mendirikan sebuah sekolah untuk memberi pelajaran bagi anak-anak muda. Sekolahnya sangat disukai dan pelajarannya sendiri menarik perhatian masyarakat.
Di kepala keluarga bangsawan besar Kwin-Sun, Kong Hu Cu diberi tugas sebagai kepala dinas pertanian. Meskipun pekerjaan ini kurang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, namun Kong Hu Cu tetap dapat melaksanakan itu sebaik-baiknya. Dalam menguasai seluruh pekerjaan pengumpulan hasil bumi kepala keluarga bangsawan besar Kwi-Sun, Kong Hu Cu selalu menjaga jangan sampai ada kekurangan dan pemerasan yang dapat merugikan para petani. Disamping itu, mereka juga banyak berdialog dan beramah-tamah dengan para petani. Karena sikapnya yang ramah ini, ia jadi banyak tahu tentang persoalan yang dihadapi para petani. Berkat ketekunan dan pandai bergaulnya Kong Hu Cu akhirnya diberi kepercayaan oleh bangsawan besar Kwin-Sun untuk mengelola Dinas peternakan yang ada pada waktu itu mempunyai banyak masalah.
Untuk kepentingan berkabung, terpaksa Kong Hu Cu melepaskan jabatannya sebagai pemimpin Dinas pertanian dan peternakan sebelum ibunya wafat. Baru setelah 27 bulan kemudian ia aktif kepada pekerjaannya.
Selain melakukan perkabungan atas wafat orang tuanya, Kong Hu Cu pada usia 29 tahun tersebut juga belajar musik dari Su Sing, si guru musik. Hal ini, di siapkan untuk melaksanakan tugas suci-nya nanti. Oleh karena itu pada usia 30 tahun ia telah teguh pendiriannya.
Ketika Kong Hu Cu berusia 30 tahun, Cee King Kong, raja muda generasi Cee dan perdana menterinya Yan Ing atau Yang Ping Tiong, berkunjung ke negeri Lo. Kepada Kong Hu Cu ia bertanya, mengapa Chien Bok Kong, raja muda negerinya kecil dan terletak di daerah perbatasan barat diakui sebagai raja muda pemimpin.
Kong Hu Cu menjelaskan, meskipun negeri Chien itu kecil, terletak jauh dari pusat dan negeri-negeri yang besar, tetapi Chien Bok Kong mampu membina rakyat sehingga mempunyai keberanian, cinta tanah air, dapat menjalankan pemerintahan yang adil, bersih dan sejahtera.
Setelah mengadakan pertemuan dengan Kong Hu Cu di negeri Lo, Cee King Kong merasa terkesan dengan pertemuan itu. Untuk itulah tidak lama kemudian ia mengirim utusan ke negeri Lo untuk mengundang Kong Hu Cu ke negerinya dan memberikan hadiah sawah yang terletak di daerah Liem Khiu kepada Kong Hu Cu karena merasa belum pantas menerima pemberian dari Cee King Kong, Kong Hu Cu terpaksa menolak pemberian tersebut.
Pada umur 31 tahun Kong Hu Cu diangkat sebagai gubernur dari propinsi Tyung Tu, kemudian diangkat oleh raja sebagai menteri kehakiman setelah raja yang mengangkatnya wafat Kong Hu Cu mengembara beserta tiga orang muridnya yang terkenal, Yen Hwei, Tse Kung dan Tse Lu. Pada tahun 484 SM (dalam umur 67 tahun), Kong Hu Cu kembali menetap di kota Lu (mendirikan sekolah) dan menyebarkan ajarannya sehingga wafat.
Sejak berumur 35 tahun ia mulai terlihat dalam percaturan pemerintah yakni sejak raja muda Ciau. Pada usia antara 5 1-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai menteri kehakiman merangkap perdana menteri. Dalam waktu relatif singkat, ia mampu mengangkat martabat negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi dan kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan sistem pemerintahan, filsafat dan etika, dengan tetap berakhir pada tradisi kepercayaannya.
Pengalaman birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu lama, karena raja muda Tiang jatuh karena mengabaikan sistem pemerintahan yang telah lama dibina oleh Khonghucu. Dalam usia 56 taun ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta memposisikan sebagai BOK TOK (genta rohani).
Selama 13 tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajaran ke berbagai negeri, sambil menyempurnakan agama Li Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman. Ketika diizinkan ke negerinya, ia sudah berumur 68 tahun, sisa hidupnya dihabiskan untuk mengajarkan pahamnya dan meneliti warisan-warisan lama. Ia menghasilkan sebuah karya yang disebut Ch ’un-Tsi ’in, “Sejarah Musim Semi dan Musim Gugur”.
Kong Hu Cu wafat pada usia 72 tahun. Tepatnya pada tanggal 18 bulan dua Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi genta rohani (Bok Tok) dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para penganut. Salah satu penganut yang terkenal berjasa ialah Bing Cu, seorang penulis terakhir kitab suci Khonghucu, yang diberi gelar A Sing (wakil Nabi). Penulis, serta penafsir, juga penerus ajaran Khonghucu. Ia lair 107 tahun sesudah Kong Hu Cu meninggal atau tepatnya 375 SM. Ia berhasil menulis kitab suci Mencius (ajaran Bing Cu) dan berjuang dengan gigih menjaga kelurusan ajaran agama Kong Hu Cu menanggapi berbagai ajaran yang muncul pada zaman peperangan antar negeri.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Kong Hu Cu di Indonesia, (Pelita Kebajikan, Jakarta, 2005). Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama, (Bumirestu, Jakarta, 1986). A. Mukti Ali, dkk, Agama-agama di Dunia, IAIN Sunan Kalijaga Press, Yogyakarta, 1988). M. Nahar Nawawi, Memahami Kong Hu Cu Sebagai Agama, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003). Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar