Skip to main content

Sejarah Perayaan Maulid Nabi saw

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: November 10, 2012

Perayaan Maulid Nabi belum dilaksanakan pada zaman Nabi, tetapi pelaksanaan itu dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya secara umum. Walaupun tidak ada nash yang nyata tetapi secara tersirat Allah dan Rasul-Nya menyuruh kaum muslimin untuk merayakan suatu hari yang menjadi peringatan-peringatan seperti Maulid Nabi, Isra’
Tidak ada riwayat yang menyebutkan Nabi saw, pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan seremoni tertentu kecuali puasa. Bahkan para shahabat tidak pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi saw. Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual maulid Nabi saw, tidak pernah dilakukan baik dari generasi tabi'in hingga generasi salaf selanjutnya.
Perayaan maulid Nabi saw, secara khusus baru dilakukan di kemudian hari, dan ada banyak versi tentang siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan bahwa Salahuddin al-Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani. Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan. Sehingga tejadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain.
Menurut catatan sejarah, peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, pertama kali diperkenalkan seorang penguasa Dinasti Fatimiyah. Jauh sebelum al-Barzanji lahir dan menciptakan puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw. Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa'id Kukburi.
Perayaan Maulid Nabi saw, sebagai bagian dari tradisi keagamaan dapat dilihat dari dua segi, yakni segi historis dan segi sosial kebudayaan. Dari sudut historis, pada cacatan al-Sandubi dalam karyanya Tarikh al-Ikhtilaf fi al-Maulid al-Nabawi, al-Mu’izz li-Dinillah (341-365/953-975), penguasa dari Fatimiyah yang pertama menetap di Mesir, adalah orang yang pertama yang menyelenggarakan perayaan kelahiran Nabi yang tercatat dalam sejarah Islam. Kemudian kurun-kurun berikutnya tradisi yang semula dirayakan hanya oleh sekelompok Sya’i ini juga dilaksanakan oleh kaum Sunni, di mana khalifah Nur al-Din, penguasa Syiria (511-569/1118-1174) adalah penguasa pertama yang tercatat merayakan Maulid Nabi.
Namun hampir dipastikan, bahwa munculnya kitab-kitab Maulid pada abad ke 15M/ ke 9-10 H sebagai ekspresi penggugah semangat kecintaan dan kerinduan pada rasul terilhami dari budaya sufisme. Tentu saja antara tasawuf dan tarekat dengan kitab-kitab Maulid Nabi serta, serta tradisi pembacaannya memiliki garis hubungan spiritual yang menjadi titik tolak bertemunya doktrin tasawuf dengan isi atau kandungan kitab Maulid tersebut. Antara sufisme dan maulid itu, dihubungkan dengan doktrin cinta (mahabbah dan al-hubb). Maka disini, posisi kitab Maulid dengan segala tradisinya menghubungkan antara pembaca dengan yang dicintai yakni Nabi Muhammad.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Sirajudin Abbas, 40 Masalah Agama 2, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2004). Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Darul Fikr, t.th.). Hammad Abu Muawiyah As-Salafi, Studi Kritis Perayaan Maulid Nabi (PKG goa-Sulawesi Selatan: Al Maktabah al-Atsariyah Ma’had Tanwir as-Sunnah, 2007). Al-Hamid al-Husaini, Sekitar Maulid Nabi Muhammad saw dan Dasar Hukum Syari'atnya, (Semarang: Toha Putra, 1987).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar