Skip to main content

Teori Pembelajaran Van Hiele

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: October 21, 2012

Teori pembelajaran van Hiele adalah model pembelajaran yang melibatkan lima fase (langkah), yaitu: informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration). Model pembelajaran ini umumnya digunakan pada pembelajaran Matematika, bahasan geometri.
Pierre Marie van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof dalam disertasi terpisah di Universitas Utrecht pada tahun 1957, adalah orang yang pertama kali mengemanagkan Teori pembelajaran van Hiele. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri. Dalam teori pembelajaran van Hiele, mereka berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri para siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-tahap tertentu. Teori pembelajaran van Hiele telah diakui secara internasional.
Fitur yang paling menonjol dari teori pembelajaran van hiele tersebut adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana berpikir dan jenis ide-ide geometri apa yang dipikirkan, bukannya berapa banyak pengetahuan yang dimiliki. Perbedaan yang signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran apa yang mampu dipikirkan secara geometris.
Tingakatan dalam teori pembelajaran van Hiele yang dimaksud yaitu:
Fase 1: Informasi (information)
Dengan tanya jawab antara guru dan peserta didik, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar peserta didik dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimilikipeserta didik, misalnya apa itu kubus, apa itu luas permukaan, apa itu volume, dan seterusnya.
Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi¬konsepsi awal peserta didik untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak peserta didik, peserta didik mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.
Fase 2: Orientasi langsung (directed orientation)
Sebagai refleksi dari fase 1, peserta didik meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar (alat-alat) yang dirancang guru. Guru mengarahkan peserta didik untuk meneliti obyek-obyek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus peserta didik. Misalnya, guru meminta peserta didik mengamati alat peraga berbentuk kubus dan balok.
Fase 3: Penjelasan (explication)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, peserta didik menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu peserta didik menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata.
Fase 4: Orientasi bebas (free orientation)
Peserta didik mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para peserta didik dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas.
Fase 5: Integrasi (Integration)
Kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru menuliskan temuan baru peserta didik yang mendukung atau menyimpang dari kesepakatan sementara. Guru membimbing peserta didik untuk melakukan koreksi terhadap kesepakatan sementara. Dengan bimbingan guru, peserta didik memberikan definisi/pengertian kemudian menyimpulkan. Peserta didik meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survei secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari peserta didik. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.9
Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian pengetahuan peserta didik dengan meminta membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri peserta didik, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
John A. Van de Walle, Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2008). Gatot Muhsetyo, dkk., Materi Pokok Pembelajaran Matematika SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008). Crowley, L Mary. “The Van Hiele Model of the development of Geometric Thought.” Dalam Learning and teaching Geometry, K-12. National of Teacher of mathematics (NCTM).(United State of America. 1987).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar