Skip to main content

Pengulangan Kisah dalam al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: September 01, 2012

Dalam al-Quran selain diungkapkan kisah-kisah yang hanya sekali saja seperti kisah Luqman al-Hakim, kisah Ashab al-Kahfi dan lain-lain. Juga ada kisah yang mengalami pengulangan-pengulangan sesuai kebutuhan dan kemaslahatan.
Pengulangan kisah tersebut tidak saja dalam satu bentuk. Pada satu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar.
Menurut Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, pengulangan kisah dalam al-Quran bukanlah pengulangan yang meliputi seluruhnya, melainkan hanya bagian-bagian tertentu saja. Jika diteliti secara mendalam pengulangan tersebut terjadi dalam tiga bentuk :
  1. Pengulangan kisah dengan tokoh yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Nuh as., Hud as., dan Saleh as. dalam QS. al-A'raf (7): 59-64, 65-72,73-79.
  2. Pengulangan kisah dengan kronologi yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Syu'aib yang di-ceritakan dalam QS. al-A'raf (7): 85-93. QS. Hud (11): 84-95, dan kisah Nabi Luth as. dalam QS. Hud (11): 77-83 dan, al-Hijr (15): 61-75.
  3. Pengulangan dengan gaya bahasa yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Musa as. yang diceritakan dalam QS. Thaha (20): 24-98, asy-Syu'ara (26)' 10-68 dan al-Qashash (28): 1-24.
Adapun hikmah pengulangan kisah dalam al-Quran adalah :
Menjelaskan kebalaghahan al-Quran dalam tingkat paling tinggi. Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenanya. Bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat lain.
Menunjukkan kebenaran ijaz al-Quran. Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab. Merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-Quran itu datang dari Allah
Memberikan perhatian penuh kepada kisah itu, agar pesannya lebih mantap dan melekat dengan jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya perhatian misalnya kisah Musa dan Fir'aun.
Perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu diungkapkan maka sebagian dari maknanya diterangkan dan satu sama lainnya itulah yang diperlukan, sedang makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain sesuai dengan tuntutan yang lain.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Abu al-Husain Ahmad ibn Faris Zakariyah, Mu'jam Maqayis al-Lughah, Juz V (Cet.I; Beirut, t.th.). Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Progressif 1984). Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur'an (Jakarta : Bulan Bintang. 1993). Syihabuddin Qalyubi, Statistika al-Quran (Pengantar Orientasi Study al-Quran) (Yogyakarta: Titian llahi pers, 1997).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar