Skip to main content

Biografi Muhammad Natsir

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: August 02, 2012

Muhammad Natsir, lahir di Alahan Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 Juli 1908. Dari tanggal kelahirannya ini, diketahui bahwa ia lahir pada hari Jumat bertepatan dengan 17 Jumadil Akhir 1326 H. Ayahnya bernama Muhammad Idris Sultan Saripado, dan ibunya bernama Khadijah.
Pendidikan Muhammad Natsir, dimulai di sekolah dasar HIS (pendidikan dasar). Pada tahun 1923-1927, ia melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebrid Lager Onderwijs (MULO) di Padang. Selama di Mulo ia menerima beasiswa dari pemerintah Belanda karena prestasinya yang baik. Selain tekun belajar, ia juga aktif sebagai anggota National Islamistische Pavinderij (NATIPU) dari perkumpulan Jong Islamieten Bond (JIB) Padang yang diketuai oleh Sanusi Pane.
Setamatnya di sekolah dasar dan menengah, maka pada tahun 1927, Muhammad Natsir pindah ke Bandung melanjutkan studinya pada Algemene Middelbare Scool (AMS = setingkat SMA sekarang). Di daerah ini, ia pernah belajar pada sebuah sekolah agama di Solok yang dipimpin oleh seorang yang bernama Tuangku Mudo Amin. Muhammad Natsir juga, mengikuti pelajaran agama secara reratur yang diberikan oleh Haji Abdullah Ahmad di Padang. Di samping itu, Muhammad Natsir pernah berguru dengan tokoh radikal, yakni A. Hassan.
Pada tahun 1938, Muhammad Natsir mulai aktif di bidang politik dengan menjadi anggota Partai islam Indonesia (PII) Cabang Bandung. Pada tahun 1940-1942, ia menjabat sebagai ketua PII, dan ketika itu ia kerja di pemerintahan sebagai Kepala Biro Pendidikan Kodya Bandung sampai tahun 1945 dan merangkap sekretaris Sekolah Tinggi (STI) di Jakarta. Kemudian pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Muhammad Natsir tampil menjadi salah seorang politisi dan pemimpin negara, sebagai menteri dan perdana menteri yang terkenal sebagai administrator berbakat, dan pernah berkuasa sesudah Indonesia merdeka.
Pasca kemerdekaan RI, maka Muhammad natsir dipercaya menjadi anggota Komite nasional Indonesia (KNIP). Pada masa perdana menteri Sultan Syahrir, Muhammad Natsir diminta menjadi menjadi menteri penerangan. Tampilnya Muhammad Natsir di lembaga pemerintahan tidak terlepas dari langkah strategisnya dalam mengemukakan alur pemikirannya, dan atau sumbangan pemikirannya untuk membangun negara ini.
Pada masa demokrasi terpinpin, yakni pada tahun 1958, Muhammad Natsir mengambil sikap menentang politik pemerintah. Keadaan ini, mendorongnya bergabung dengan para penentang lainnya dan membentuk “Pemerintah Revolusioner Republilk Indonesia (PRRI)”. Sebagai akibatnya, maka ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara.
Setelah Muhammad Natsir keluar dari penjara, yakni pada masa pemerintahan orde baru (era Soeharto), ia memulai aktivitas perjuangannya dengan memakai format dakwah (bukan lagi politik). Sikap kritis dan kreatifnya pada masa itu membawa hubungannya dengan pemerintah Orba, juga kurang harmonis.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Thohir Luth, Muhammad Natsir dan Pemikirannya (Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1990). Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Cet. VIII; Jakarta: LP3ES, 1996). Ahmad Watik Pratiknya, Percakapan Antara Generasi Perjuangan Seorang Bapak (Jakarta: Media Dakwah, 1989). Imam Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-Tantangan Yang di Hadapi Dari masa ke Masa (Cet. II; Surabaya: Bina Ilmu, 1984).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar