Skip to main content

Perkembangan an-Nahtu dalam Bahasa Modern

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 03, 2012

Al-Naht (lihat pengertiannya di sini) mengalami pengaruh dan perkembangan kebahasaan sebagaimana telah menjadi kecenderungan umum semua bidang ilmu pengetahuan. Teori perkembangan bahasa menganggap bahwa perkembangan bahasa sangat terpengaruh oleh lingkungan di mana bahasa berkembang. Interaksi suatu bahasa dengan bahasa lain dapat melahirkan wujud baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Demikian pula yang terjadi dalam Al-Naht ini.
Bahasa apapun di dunia ini tidak lepas dari pengaruh bahasa lain. Apa yang dikemukakan oleh linguist Arab Mazhar dalam buku Tajdid Al-‘Arabiyyah seperti dikutip oleh Jaroslav, bahwa Bahasa arab sebagai bahasa derivative sudah komitmen dengan pola yang telah ada. Oleh karena itu, Al-Naht dalam perkembangannya sudah tidak mengalami perkembangan.
Tetapi di tempat lain seperti kata Sati Al-Husri, sebagaimana juga dikutip Jaroslav menulis bahwa Bahasa Arab tidak tertutup dari kemungkinan pembentukan Al-Naht, akan tetapi dapat diterapkan dalam peristilahan modern. Sumbangan Shati Al-Husri yang paling terkenal dalam masalah Al-Naht adalah dalam hal kemungkinan pembentukan singkatan bentuk prefiks. Ia melihat adanya kemungkinan membentuk gabungan kata berupa prefiks, seperti yang banyak ditemukan dalam Bahasa Inggeris. Selanjutnya ia mengembangkan bentuk tersebut dan menganalogikan kepada beberapa bentuk prefiks lainnya. Sebagai contoh:
  1. Prefiks غب (sesudah), dapat dibentuk/digabung dengan kata lain, misalnya غب dan المدرسة menjadi غبمدرسى (postscholarly), sebagaimana gabungan kata غب dan البلوغ menjadi bunnyi غبلوغ (post puberty)
  2. Prefiks قبل (sebelum) dapat digabung dengan kata lain, tetapi dalam bentuk singkatan, seperti قبل dan التاريخ menjadi bunyi قبتاريخ (prehistory)
  3. Prefiks خارج seperti خامدرسى adalah gabungan dari خارج dan المدرسة yang mengandung arti ektrascholarly (alumni sekolah)
  4. Prefiks فوق seperti فوسوي yang mengandung arti di atas normal, merupakan gabungan dari فوق و سوي.
  5. Prefiks تحت seperti تحشعورى yang mengandung arti bawah sadar, adalah bgabungan dari تحت و شعورى
  6. Prefiks لا seperti اللاجنسية (a sexual), اللانهائى (tiada akhir) اللاعروبة (anti Arabisme),اللابشرى (tiada harapan) اللاوعي (diluar kesadaran) dan اللاسلكى (tanpa kabel jaringan).
Pola-pola seperti ini dapat dianalogikan kepada bentuk-bentuk ungkapan lain dalam peristilahan modern. Tuntutan membuat Al-Naht di zaman modern semakin meningkat, khususnya setelah bangsa Arab mulai mentrasfer sejumlah ilmu pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. Oleh karena itu Majma’ al-Lugah terpaksa mengeluarkan keputusan tentang kebolehan melakukan Al-Naht demi kepentingan ilmiyah.
Merenungkan ungkapan Imil Badi’ Ya’qub dan dukungan dari lembaga bahasa, nampak bahasa Arab mau tidak mau harus berhadapan dengan Al-Naht ke depan. Dan hal ini sebenarnya bukan hal baru karena sejarah Islam masa dahulu telah membuktikan adanya Al-Naht seperti terlihat dalam klasifikasi a
Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya Al-Naht ini adalah:
  1. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah sedikitpun huruf dan harakatnya, seperti برمائى (Tumbuhan atau binatang yang hidup di darat dan di dalam air).
  2. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf sepertiشقحطب (potongan-potongan tanaman atau kayu kering)
  3. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan meringkas yang lain, sepertiمشلوز (potongan daging/tanaman kering) berasal dari gabungan المشمس و اللوز
  4. Melakukan singkatan yang seimbang antara dua kata, sehingga tidak masuk ke dalam kata singkatan kecuali masing-masing dua huruf dari kata yang disingkat, seperti تعبشم
  5. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata seperti سبحل (mengucap subhanallah)
  6. Menghapus (menggugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa meninggalkan sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat, seperti لااله الاالله dan اطال الله بقاءك
  7. Pada kata الله Pada contoh pertama, dan لا dan الا pada contoh kedua telah digugurkan secara utuh dan tidak tinggal sedikitpun bekas dalam dua kata singkatan yang telah disebutkan.
Kata kunci dari semua ini seperti ucapan Mustafa Al-Syihabiy yang dikutip Imil Badi Ya’qub adalah bahwa bagaimanapun bentuk dan pola yang dipakai, cabang ilmu isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh dalam pembentukan kata baru untuk makna yang baru pula. Oleh karena itu, tidak tidak boleh beralih menggunakan pola Al-Naht kecuali telah mengalami kesulitan dalam cabang ilmu Isytiqaq. Di samping itu, Al-Naht harus didukung oleh rasa bahasa secara khusus.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Jaroslav Stetkevich, The Modern Arabic Literary Language Lexical and Stylistic Depelovment (Chicago: University Of Chicago Press, t. th).
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar