Skip to main content

Kekurangan Metode Tafsir Maudhu'iy

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 01, 2012

Selain memiliki kelebihan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, metode tafsir maudhu’iy juga memiliki banyak kekurangan. Sebagai bahan dan referensi makalah, berikut penulis ungkapkan beberapa kekurangan dari metode ini:
Memenggal Ayat Al-Quran
Pemenggalan ayat, sebenarnya secara tidak langsung semangat simultan atau komprehensif dari Al-Quran, sekalipun demikian bila pemenggalan tersebut tidak merusak makna Al-Quran, maka tidak menjadi masalah. Sebab cara semacam itu telah banyak ditempuh oleh mufassir terdahulu.
Kesan acak dari sistematis Al-Quran sebenarnya memberikan aspirasi bahwa ajaran Al-Quran adalah satu kesatuan yang padu yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Seperti pada Surah al-Baqarah yang memuat beberapa masalah memberikan penjelasan bahwa tidaklah keharaman babi dan perintah menjauhinya lebih dianjurkan daripada menyebarluaskan ilmu. Bersedekah tidak pula lebih penting daripada menegakkan hukum dan keadilan. Wasiat sebelum mati dan menunaikannya tidak kalah dari puasa Ramadhan. Sementara itu puasan dan ibadah lainnya tidak boleh menjadikan manusia lupa pada kebutuhan jasmaninya, sekalipun itu adalah hubungan seks antara suami isteri, demikian keterpaduan dan keselubungan yang digambarkan lewat terankumnya beberapa masalah dalam satu surah.
Hikmah lain yang dihilangkan oleh tafsir maudhu’iy adalah hilangnya kesempatan memperoleh informasi yang banyak dari Al-Quran dalam waktu yang singkat dan hanya membaca satu surah. Dengan metode maudhu’iy memaksa untuk membaca banyak tafsir untuk mendapatkan informasi yang komprehensif dan memadai.
Membatas Pemahaman Ayat
Dengan menetapkan judul, maka pemahaman atau kajian terhadap dibatasi oleh topik, sebab mufassir konsisten dan terikat dengan judul, padahal tidak mustahil satu ayat dapat ditinjau dari berbagai aspek. Seperti yang diungkapkan oleh Abu Bakr ibn al-‘Arabiy bahwa dari Al-Quran akan melahirkan 77.950 cabang ilmu. Hasil ini dikali empat dari kata dalam Al-Quran yang mengandung makna lahir, batin, terbatas dan tidak terbatas. Perkalian ini masih dilihat dalam mufradat, adapun bila dilihat dari hubungan kalimatnya, maka akan didapatkan jumlah yang lebih besar.
Corak tafsir maudhu’iy akan berimplikasi pada lahirnya interpretasi kurang luasnya cakupan Al-Quran. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari corak tafsir maudhu’iy yang memusatkan sorotannya pada satu masalah saja. Sementara nilai universalitas dan kemukjizatan Al-Quran adalah cakupan yang sangat luas dan global sekalipun hanya satu ayat. Sebab satu ayat dapat diinterpretasikan secara beragam oleh pembacanya, tergantung dari tingkat intelektualitas dan ke-rasikhuhan-nya dalam meneliti ayat.
Kepustakaan:
Abd al-Hayy al-Farmawiy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’iy, alih bahasa oleh Suryan A.Jamrah dengan judul “Metode Tafsir Maudhu’iy, Suatu Pengantar” (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996). Ramli Abd. Wahid, Ulumul Qur’an (Cet. I; Jakarta: Rajawali, 1993)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar