Skip to main content

Biografi Khwajah Chisyti; Pendiri Tarekat Chisytiyah

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: July 24, 2012

Nama lengkapnya adalah Khwajah Muin al-Din Hasan, yang lebih popular dipanggil Muin al-Din Chisyti. Informasi tentang awal kehidupannya tidak diketahui. Berdasarkan tanggal kematiannya, 6 Rajab 63 H/ 16 Maret 1236 M, dihitung dari usianya yang dikenal mencapai 97 tahun, maka dapat dipastikan bahwa dia lahir pada 536 H/ 1141-1142 M di Sijistan (Sistan). Ketika ayahnya meninggal dunia, usianya mencapai 50 tahun. Khwajah Chisyti mewarisi sebuah taman dan sebuah kincir air di penggilingan, tetapi semua ditinggalkannya untuk mengarungi kehidupan, dengan belajar dan mengembara.
Ia menjadi murid Khwajah Usman Harwani di Harwan. Di Baghdad, ia mengunjungi Abd al-Qadir Jilani, sang pendiri tarikat Qadiriyyah, serta sufi-sufi terkemuka lainnya. Kemudian Irak ditinggalkan dan mengemabra ke Iran, dan tiba di wilayah Ghazni pada usia 52 tahun. Di sana Khwajah Chisyti berjumpa dengan murid Khwajah Usman yang mendorongnya untuk pergi ke India.
Beberapa lama berselang, Ghazni ditinggalkan menuju Lahore, lalu ke Delhi. Kemudian Khwajah Chisyti pindah ke Ajmer yang telah ditaklukkan oleh kesultanan Delhi 592 H dan memiliki gubernur muslim. Untuk seterusnya dia menetap Ajmer.
Ulama-ulama menceritakan kehidupan ajaib Khwajah Chisyti di Ajmer. Akademisi pun bersikeras bahwa ia memberantas praktik Hindu tanpa ampun, serta islamisasi penganut Hindu dalam jumlah yang banyak.
Khwajah Chisyti menuliskan kehidupan spiritual sebagai berikut: 1) tidak boleh mencari uang; 2) tidak boleh meminjam uang kepada siapapun; 3) tidak boleh mengungkapkan permintaan dan permintaan tolong kepada siapa pun termasuk jika belum makan selama tujuh hari; 4) jika mendapat cadangan dan kelebihan makanan, disimpan untuk waktu berikutnya; 5) tidak boleh mencela orang lain; 6) jika melakukan hal terpuji, maka yang dilakukan sumbernya dari sang Mursyid, perantara Nabi Muhammad saw. Dan rahmat Tuhan; 7) jika melakukan dosa, maka dia harus menyadari bahwa yang dilakukan adalah sepenuhnya tanggung jawabnya; 8) setelah melakukan semua hal di atas, maka hendaknya berpuasa secara teratur dan shalat malam; 9) sedikit bicara, dan keadaan mendesak baru buka mulut.
Selama hidupnya, Khwajah Chisyti mempunyai hubungan dekat dengan Syaikh Hamid al-Din Shufi (w. 673H/ 1274 M), seorang muridnya yang kemudian menjadikan pedesaan di sekitar Nagawr, di Rajashtan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Sayyid Athar Abbas Rizvi, Tarekat Chisytiah, dalam Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, (Bandung: Mizan, 2003). Farid al-Din Muhammad, Surur al-Shudur, (Koleksi Habibganj, Maulana Azad Library) India.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar