Skip to main content

Islam Sebagai Objek Kajian

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: May 27, 2012

Selama ini kita sudah mengenal Islam, tetapi Islam dalam potret yang bagaimanalah yang kita kenal itu, nampaknya masih merupakan persoalan yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan oleh Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya.1

Islam yang ditampilkan oleh Fazlur Rahman yang bernuansa historis dan filosofis.2 Demikian pula, Islam yang ditampilkan oleh pemikir-pemikir dari Iran seperti Ali Syari’ati, Sayyed Husain Nasr, Murthada Muthahhari dan lain-lain.3

Kenyataan tersebut memperlihatkan adanya dinamika internal di kalangan umat Islam untuk menerjemahkan Islam dalam upaya meresponi berbagai masalah umat yang mendesak. Titik tolak dan tujuan mereka sama, yakni ingin menunjukkan konstribusi Islam sebagai salah satu alternatif dalam memecahkan berbagai masalah umat.

Selain itu, kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Islam merupakan sebuah agama yang dapat dilihat dari sisi mana saja, dan setiap sisinya akan senantiasa memancarkan cahaya yang terang.4 Untuk lebih jelasnya, obyek pengkajian dalam dunia Islam dengan skema berikut:5

Hal senada dikemukakan oleh Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim mengenai obyek yang dikaji dalam dunia Islam, bila dilihat pada tataran keberagaman, Islam dapat diwujudkna pada lima dimensi yaitu dimensi idiologis, dimensi intelektual, dimensi eksperiansial, dimensi ritualistik dan dimensi konsekuensial.6

Dimensi indiologi pada tataran ini, Islam merupakan konsep keprcayaan terhadap tuhan dan hubunganNya dengan manusi dan alam. Pada dimensi ini Islam nampak sebuah konsep yang sarat dengan berbagai aturan.

Dimensi intelektual, pada dimensi ini Islam nampak pada sebuah konsep pemikiran keagamaan yang lahir dari kultur yang diakibatkan oleh dinamika pemikiran umat Islam.

Dimensi eksperensial, pada dimensi ini Islam dapat dilihat keterlibatan emosional dan sentimentil oleh para pengikutnya dalam melaksanakan ajaran agamanya.

Dimensi ritualistik, pada dimensi ini Islam nampak pada pelaksanaan ibadah ritual-formal pemeluknya dan dimensi yang terakhir, dimensi konsekuensial, pada dimensi ini Islam nampak sebagai suatu konsep yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial bagi pengikutnya.

Referensi Makalah®
Kepustakaan:
[1] Muhammad Iqbal adalah seorang intelektual Muslim Pakistan yang pemikirannya dalam bidang ke-Islaman banyak dikenal, antara lain melalui karyanya “The Reconstruction of Religious Thought in Islam”. Dalam buku tersebut, ia berbicara mengenai ibadah, kemanusiaan, kebudayaan dan gerakan dalam struktur Islam melalui pendekatan empiris historis yang dipadu secara apik dengan pendekatan filosofis dan sufistik, sehingga uraian dalam buku tersebut terkadang diwarnai oleh pertanyaan-pertanyaan yang bernuansa sufistik dan filosfis yang sukar dipahami.
[2] Fazlur Rahman juga seorang pemikir Islam dari Pakistan, yang pemikirannya banyak dikenal masyarakat Indonesia, antara lain melalui karyanya yang berjudul “Islam”. Berbagai karya dan pemikirannya yang lain dari tokoh ini pernah diangkat dalam diskusi yang secara khusus mengkaji pemikiran Fazlur Rahman oleh Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) pada tahun 1990-an di Jakarta.
[3] Kita dapat membaca karya Ali Syari’ati tentang sosiologi yang di dalamnya dibicarakan tentang cara memahami Islam, juga membahas tentang dialektika sosoiologi, masyarakat dan manusia ideal. Untuk ini ia menulis buku “The Sosiologi of Islam”. Sementara itu Sayyed Husain Nasr melalui karya terbarunya “A Young Muslim’s Guide in the Modern World”. Selain berbicara tentang Islam dan sumber ajaran serta syari’atnya, juga berbicara tentang berbagai gaya seni dan gaya hidup modern yang banyak diwarnai oleh filsafat Barat. Ia mencoba menunjukkan kekurangan pemikiran Barat serta mengajukan alternatif pemikirannya yang Islami seraya meminta kaum muda untuk lebih berperan dalam usaha memajukan Islam. Sebelum itu, Murthada Muthahhari melalui karyanya “Perspektif Manusia dan Agama” (terjemahan) selain berbicara agama dan fitrah manusia, juga berbicara tentang hidup yang seharusnya diperankan oleh umat Islam.
[4] Sifat Islam yang demikian itu sejalan dengan sifat Alquran. Salah satu sifat Alquran sebagiamana dikemukakan Abdullah Darraz dalam bukunya “Syarah al-Muwafaqah” bahwa Alquran itu ibarat intan yang memilki berbagai sudut, dan setiap sudut selalu memancarkan cahanya yang terang.
[5] Dari skema tersebut dapat dipahami bahwa pengkajian itu dilakukan baik muslim maupun non muslim yang sentralnya adalah Alquran sebagai sumber yang utama yang melahirkan Islam sebagai disiplin ilmu. Dari sudut inilah Islam dapat dikaji dair Alquran dan Hadis yang melahirkan penelitian sumber, teori-teori yang melahirkan penelitian pemikiran, aktivitas melahirkan penelitian empiris, karya/kreasi melahirkan penelitian budaya dan sejarah y ang melahirkan penelitian sejarah.
[6] Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar (Cet.III; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 93.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar