Skip to main content

6 Kejanggalan Kisruh Rencana Kenaikan BBM

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: April 02, 2012

Pemerintah menyebut bahwa alokasi subsidi BBM salah sasaran karena 45,72 persen konsumen premium (BBM bersubsidi) adalah kelas menengah atas yang menggunakan kendaraan roda empat atau mobil pribadi. Seorang ekonom muda dari Universitas Hasanuddin (UNHAS), Syarkawi Rauf membenarkan “statement lucu” Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik bahwa jika harga BBM tidak dinaikkan maka negara akan colaps.
Alasan lain, bahwa kenaikan BBM hanyalah upaya “penyesuaian” dengan harga minyak dunia yang memang terus berkobar seiring semakin panasnya politik di Timur Tengah (antara Iran Vs Zionis Israel, Amerika dan Eropa). Sebagai negara yang mengimpor minyak sekitar 300 ribu barel perhari atau sekitar 25% dari 1,2 juta barel total konsumsi kita per hari, menurut pemerintah sangat membebani APBN. Jadi bisa dikatakan bahwa pada dasarnya alasan (1) salah sasaran dan (2) membebani APBN .
Ada 6 kejanggalan atas kisruh Rencana Kenaikan Harga bahan bakar (BBM). Semua pihak yang terlibat menyembunyikan sesuatu dari mata publik. Hanya bentrokan sesama wong cilik, mahasiswa dengan polisi yang di close-up di Salemba Jakarta Pusat. Sementara itu kelompok elite yang menikmati lezatnya harga baru BBM dan minyak mentah lolos dari sorotan. Seakan kenaikan harga BBM sudah takdir ilahi, bukan akibat akal bulus yang amat terang benderang.
Mudah ditelusuri bila kita mau menghimpun informasi dari sumber yang kredibel. Untuk itu saya ajak Anda menyimak informasi berkelas dunia yang jauh dari sensor para penguasa yang tamak. Dari Perancis ada Voltaire Network, dari Kanada ada Central of Globalization Research, dari Amerika ada Veterans Today. Sejak Oktober 2011 hingga Maret 2012 dapat kita paparkan 6 hal yang TIDAK DISAMPAIKAN kepada publik apa penyebab, sesungguhnya kenaikan harga BBM. Bila lembaran informasi tersebut akurat maka kita temukan, sbb:
1) Harga riil minyak mentah dunia berkisar $65 per barel tapi kenapa pemerintah melakukan asumsi pada angka $105 per barel? Pemerintah tidak mengakatan bahwa harga minyak dunia naik 30% dari tahun lalu karena 64% transaksi dikuasai spekulator di Wallstreet Amerika. Spekulator beli bukan untuk dipakai, tapi sebagai perjudian di mana harga minyak dijadikan kartu remi. Maka harga dipertahankan tinggi agar spekulator tidak rugi. Mereka adalah Citigroup, JP Morgan Chase, Goldman Sachs.
2) Permintaan minyak dunia turun sekitar 15%, cadangan minyak naik dari temuan di Afrika, koq harga tidak turun? Sekali lagi pemerintah bungkam. Mungkin takut marahnya big boss spekulator di Washington, London dan Tel Aviv. Merekalah yang paling berkepentingan dengan harga minyak di atas $100 per barel.
3) Issu bahwa harga minyak nanjak karena krisis politik AMERIKA-ISRAEL lawan IRAN. Tapi pemerintah tidak buka suara telah menjadi penghubung kedua belah pihak di dampingi Robert Gates ex Direktur CIA. Pemerintah tdak pernah buka suara apa saja yang dibahas dan apa pula hasilnya untuk kepentingan publik dunia.
4) Dengan jatuhnya sanksi ekonomi Amerika-Eropa kepada Iran, maka Iran menjual minyak termurah dengan pembayaran termudah. Bisa dapat diskon 15% dan bayar pakai Rupiah, bukan dollar. Tapi semua tutup mulut. Peluang emas ini sirna begitu saja karena taat dan beriman kepada big boss di Washington-London-Tel Aviv. Retorika Indonesia sebagai negara yang bebas dan aktif cuma omong kosong. Padahal Rusia, India, China, Pakistan, Turki, Jepang, Korea menyambut murahnya minyak Iran.
5) dalam APBN 2012 Rp. 123,6 triliun dianggarkan untuk subsidi BBM. Jika harga minyak dunia terus melonjak, kemungkinan subsidi mencapai Rp. 178,6 triliun. Angka ini berarti hanya 12,4 persen dari total APBN Rp. 1.439 trilun untuk 240 juta penduduk Indonesia. Sementara belanja birokrasi untuk 4,7 juta pegawai menembus angka Rp. 733 triliun atau sebesar 50,9 persen APBN. Jadi dari sini nampak ketidakberpihakan pemerintah. Pemerintah lepas tangan mengikuti harga minyak internasional atau dengan kata lain mengamalkan ekonomi liberal.
6) Soal efektivitas subsidi (mempertahankan BBM pada harga lama sebesar Rp. 4.500). Memang harus diakui, selama ini subsidi sebagian besar dinikmati oleh orang-orang mampu pengguna roda empat. Akan tetapi menaikkan harga bukan solusi, karena masyarakat miskin yang akan merasakan dampaknya. Harga-harga barang, tentu akan atau bahkan telah naik sehingga menambah jumlah orang miskin. Menurut BPS, kenaikan harga beras sebagai kebutuhan pokok, menambah jumlah orang miskin sebesar 25 persen. Artinya akan ada 25 persen orang miskin baru di Indonesia jika harga BBM dinaikkan.
Dengan 6 butir cover up di atas maka rakyatlah yang dikorbankan. Dikorbankan oleh Pemerintah, parpol, media massa, dan ICW yang secara berjamaah pura-pura bicara demi kepentingan rakyat. Yang diuntungkan adalah spekulator, bankir, dan politisi yang kecipratan dana politik hasil main mata dengan penikmat milyaran dollar kenaikan harga minyak. Hari ini harga pasar minyak mentah dunia dua kali lipat dari harga normal yaitu $65 per barel.
Bila benar Indonesia menganut haluan politik bebas aktif, maka tidak ada alasan bagi beliau-beliau di atas untuk takut menjadikan 6 perkara di atas sebagai wacana publik ditengah gugatan pasal 7 ayat 6a hasil paripurna kemaren.
Referensi Makalah®
Sumber: Antara, ESDM.co.id, Voltaire Network: “Behind Oil Rise: Peak Oil Or Speculation?” by William Engdahl:, www.voltairenet.org/Behind-Oil-Price-Rise-Peak-Oil-or, Center of Globalization Research: “The Real Cause of Oil Price at The Gas Pump” by Prof Richard Reich:, www.globalresearch.ca/PrintArticle.php?articleId=29844, Veterans Today: “Iran and Israel Cought Partnering In Attack Ploy” by Gordon Duff, www.veteranstoday.com/2011/10/27/breaking-iran-and-israel-caught-partnering-in-attack-ploy/, kompasiana.com
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar