Skip to main content

Bahan Makalah; Biografi Amir Ali

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: March 20, 2012

Kerajaan Mugal di India dengan Delhi sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah seorang dari cucu Timur Lenk.1 Timur Lenk adalah seorang Islam yang taat dan saleh, ia menganut mazhab Syi’ah dan sangat menyukai tarekat tasawuf Naqsyabandiyah.2
Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika Kerajaan Mugal di India di bawah pemerintahan Auranzeb (1659-1707 M), keturunan kelima dari Zahiruddin Babur, banyak bangsawan Syi’ah yang tinggal di istananya. Mir Jumlah, jenderalnya yang paling terpercaya dan paling efisien adalah seorang muslim Syi’ah.3 Bahkan orang-orang Syi’ah tetap bekerja di istana hingga Kerajaan Mugal berakhir setelah dikuasai oleh Inggris pada tahun 1857-1947 M.
Amir Ali merupakan keturunan dari keluarga Arab Syi’ah yang pindah dari Khurasan, Persia, dan menetap di Mohan, Oudh, India pada pertengahan abad ke-18 M, dan bekerja di istana Raja Mugal dan akhirnya East India Company.4 Karena, Kerajaan Mugal telah runtuh.
Amir Ali lahir pada tanggal 6 April 1849 M di Cuttack, India, di saat-saat politik tidak stabil akibat serangan-serangan yang dilancarkan pemberontak-pemberontak pihak golongan Hindu bertambah kuat dan akhirnya daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri satu-satu dari Kerajaan Mugal. Dalam pada itu, Inggris yang semula hanya dagang, melihat keadaan demikian, turut pula memainkan peranan politik dan berhasil menguasai dan menjajah India, delapan tahun setelah kelahiran Amir Ali.
Amir Ali di masa mudanya telah mempelajari bahasa Arab dan bahasa Persia. Kemudian sudah kontak dengan sasterawan-sasterawan Inggris di India dan mempelajari sastera Inggris secara mendalam. Sebelum ia berumur 12 tahun, ia telah menguasai kitab Gibbon tentang sebab-sebab jatuhnya Kerajaan Romawi, dan sebelum mencapai umur 20 tahun ia telah membaca amat banyak karya Shakespeare, Multon, Keats, Byron, Long Fellow, Thackeray, Scott, dan hafal karya Scelly.5
Amir Ali memperoleh pendidikan di perguruan tinggi Hooghly dekat Calcutta, dengan mempelajari bahasa Arab, sastera, dan hukum Inggris. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Inggris, dan pada tahun 1873 ia meraih gelar kesarjanaan dalam bidang hukum.6
Kepustakaan:
[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet.II; Jakarta: UI-Press, 1978), h. 85.
[2] Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid III (Jakarta: Bulan Bintang. 1981), h. 33.
[3] Sayyid Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, diterjemahkan oleh Adam Affandi(Cet.IV; Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h. 372.
[4] A.Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Cet.IV; Bandung: Mizan, 1998), h. 142.
[5] Ahmad Amin, Zuami’ al-I¡lih fiy al-Ajr al-rad³ (al-Qihirat: Maktabah al-Nahdat al-Mi¡riyyah, 1984), h. 139. Lihat juga A.Mukti Ali, loc.cit.
[6]Ibid.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar