Skip to main content

Pendapat Orientalis tentang Penyusunan Ayat dan Surah al-Quran

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 09, 2012

Dari penjelasan sebelumnya, telah diuraikan bahwa sistimatika ayat dan surah al-Quran itu disusun berdasarkan petunjuk (taufiqy) dari Rasulullah saw, namun kaum orientalis menuduh para ulama kita yang menyusun ayat dan surah al-Quran itu sebagai suatu susunan yang serba kacau dan simpang siur. Mereka meragukan kemungkinan al-Quran dapat disusun menurut urutan surah-surahnya dengan bersandar pada riwayat kehidupan Rasulullah saw.
Meskipun kebanyakan orientalis bersikap demikian, namun ada juga diantara mereka yang berusaha meneliti masalah tersebut melalui cara yang tidak jauh berbeda dengan cara yang ditempuh oleh para ulama kita. Grimma misalnya, dalam penelitiannya mengenai surah-surah al-Quran bersandar pada riwayat-riwayat hadis dan sumber-sumber Islam lainnya. Sekalipun demikian, ia pun tidak mampu menyeleksi atau memilah mana riwayat hadis yang shahih dan lemah. Akibatnya, dalam menentukan urutan ayat dan surah, terkadang ia bersandar pada riwayat hadis yang lemah.
Orientalis dalam menyusun sistimatika ayat dan surah al-Quran pada umumnya berdasarkan kronologis waktunya. Kajian kronologi al-Quran di Barat ini mula-mula dirintis oleh Gustav Weil. Kemudian diikuti oleh Theodor Noldeke, William Muir, dan sarjana-sarjana lainnya.
Usaha Weil dalam menyusun urutan ayat dan surah itu, dimulai tahun 1344 M. bagi Weil semua riwayat hadis dan isnad-isnadnya sama sekali tidak ada artinya, dalam hal ini Weil membagi tahapan turunnya al-Quran menjadi empat tahap, tiga tahap turun di Mekkah dan tahap keempat di Madinah. Pembagian tahap yang demikian ini pun diikuti oleh Noldeka pada tahun 1860 M, yang disertai beberapa perbaikan kecil mengenai soal-soal yang menjadi kandungan masing-masing tahap.
Sedangkan usaha yang dilakukan oleh William Muir dalam menyusun urutan al-Quran yaitu, ia membagi tahapan turunnya Al-Quran menjadi enam; lima tahap di Mekkah dan satu tahap di Madinah. Dalam usaha itu ia banyak bersandar pada riwayat kehidupan nabi termasuk isnad-isnadnya setelah dipelajarinya dengan kritis, di samping itu banyak menelaah data-data informasi sejarah. Kendati demikian, ia juga mengalami berbagai kekeliruan dan masih juga menggunakan riwayat-riwayat yang tidak benar sebagai sandaran.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
W. Montgomory Watt, Bell’s Introduction to the Qur’an, diterjemahkan oleh Taufiq Adnan Amal dengan judul ”Pengantar Studi Al-Quran, Jakarta : Rajawali Press, 1991.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar