Skip to main content

Biografi Said al-Thufi

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 27, 2012

Nama lengkapnya adalah Najm al-Din Abu al-Rabi’i Sulaiman bin ‘Abd al-Qawiy bin ‘Abd al-Karim ibn Sa’id al-Thufi.1 Nama al-Thufi dikaitkan dengan nama tempat kelahirannya, yaitu Thufiy yang merupakan sebuah kampung di Desa Sarsar, Irak. Tempat kelahiran ulama ini, jauhnya dari Kota Baghdad diperkirakan berjarak sekitar dua farsakh.2
Tahun kelahiran al-Thufi, demikian pula tahun wafatnya terdapat perbedaan pendapat. Ibnu Hajar misalnya, ia menetapkan waktu kelahiran al-Thufi pada tahun 657 H. Sementara itu, Ibnu Rajab menyatakan, bahwa al-Thufi lahir pada tahun 675 H.3 Pendapat yang disebut terakhir ini dianut oleh kalangan akademisi di Indonesia, seperti H. Nasrun Haroen dan Abdul Azis Dahlan.4 H. Nasrun Haroen bahkan menyebutkan tahun kelahiran al-Thufi bersama tahun wafatnya, baik menurut tahun Hijriah maupun berdasarkan tahun Masehi, sehingga melalui keterangannya itu dapat dipahami bahwa al-Thufi lahir pada tahun 675 H, atau 1276 M dan meninggal dunia pada tahun 716 H atau 1316 M.5
Mengenai tahun wafatnya ulama tersebut di atas, menurut Mushthafa Zaid, ada yang menyatakan waktunya pada tahun 710 H, dan ada pula yang menetapkan pada tahun 711 H, selain yang menyebutkan tahun 716 H. Akan tetapi, Mushthafa Zaid cenderung pada pendapat yang disebut terakhir ini, karena mereka didukung oleh sejumlah ulama, seperti Ibnu Rajab, Ibnu Hajar dan Ibnu al-Imad. Mushthafa Zaid juga menyebutkan tempat wafatnya al-Thufi, yaitu di Bayt al-Maqdis. Ia meninggal dunia setelah dua tahun dari Mekkah menunaikan ibadah haji.6
Melihat tahun kelahiran al-Thufi tersebut, berarti ia lahir pada fase kemunduran Islam I (1250-1500 M), periode pertengahan dalam sejarah Islam (1250-1800 M). Di zaman kemunduran Islam ini, desentralisasi dan disintegrasi di kalangan umat Islam bertambah meningkat, perhatian terhadap ilmu pengetahuan kurang sekali, dan pendapat yang menyatakan bahwa pintu ijtihad tertutup makin meluas di antara mereka. Pada fase ini, perbedaan antara Sunni dan Syi’ah juga bertambah nyata kelihatan.7 Al-Thufi lahir pada dekade kedua setelah hancurnya Kota Baghdad (1258 M), akibat serangan tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Hal ini menunjukkan bahwa al-Thufi lahir di saat belum begitu lama setelah umat Islam sejagat berkabung.
Dari sekian banyak karya tulisnya, al-Thufi menonjol di bidang ushul fiqih.8 Ia terkenal sebagai seorang ulama yang memiliki kepakaran berupa metode ijtihad tersendiri, spesifik dan unik dan menyebabkan dirinya tetap dianggap vokal sampai sekarang. Metode ijtihad ulama ini akan dibicarakan secara khusus dalam uraian berikut ini.
Kepustakaan:
[1]Lihat Muhammad Sa’id Ramadan al-Butiy, Dawabit al-Mashlahah (Cet VI; Bairut: Dar al-Muttahidah, 1992), h. 178.
[2]Lihat Mushthafa Zaid, Al-Mashlahah fi al-Tasyri’ al Islamiy wa Najm al-Din al-Thufi (Cet II; al-Qahirah: Dar al-Fikr al-‘Arabiy, 1964), h. 67
[3]Lihat Mushthafa Zaid, op.cit, h. 67-68
[4]Lihat H. Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I (Cet II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 124. Lihat pula Abdul Azis Dahlan, et. al (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6 (Cet I; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1836.
[5]Lihat H. Nasrun Haroen, ibid.
[6]Lihat Mushthafa Zaid, op.cit, h. 68-69.
[7]Lihat Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet I; Jakarta: Bulan Bintang , 1975), h. 11-12
[8]Lihat Juhaya S. Praja, “Epistemologi Ibnu Taimiyah”, dalam Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, No. 7 Vol. II 1990 M/ 1991 H., h. 75
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar