Skip to main content

Biografi Kiai Haji Muhammad As'ad

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: February 12, 2012

Syeikh Muhammad As’ad biasa juga disebut Kiai Haji Muhammad As’ad, tetapi di Sengkang-Wajo orang menyapanya Anre Gurutta Puang Haji Sade’.1 Lahir di Mekah, Arab Saudi pada tahun 1907 Masehi dan meninggal dunia pada hari Senin, 12 Rabiul Akhir 1372 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 29 Desember 1952 Masehi di Kota Sengkang, Ibukota Kabupaten Wajo propinsi Sulawesi Selatan. Ayahnya adalah seorang ulama bernama Kiai Haji Abdul Rasyid, sedang ibunya bernama Sitti Shalehah, juga putri seorang ulama bernama Guru Terru.2 Dengan demikian, Syeikh Muhammad As’ad dari segi geneologisnya tampaknya ia memang berdarah ulama.
Syeikh Muhammad As’ad adalah anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Nama-nama mereka bersaudara dapat disebutkan, yaitu: Sitti Syamsiyah, Sitti Aisyah, Muhammad Said, Sitti Abbasiyah, Sitti Zen I, Muhammad As’ad I, Sitti Zen II, Muhammad As’ad II, dan Muhammad Sa’ad. Kelihatannya Muhammad As’ad II yang disebut kedua terakhir yang menjadi objek pembicaraan di sini, sebab saudaranya yang bernama Muhammad As’ad I meninggal dunia sewaktu masih kecil, sebagaimana halnya Sitti Zen I.3
Selain belajar pada Madrasah al-Falah,4 ia juga aktif mengikuti pengajian-pengajian dari ulama-ulama besar yang memberikan pelajaran di Masjidil Haram. Ia termasuk orang yang cerdas dan memiliki otak yang tajam. Bukti ketajaman otaknya ditunjukkan oleh kemampuannya menghafal al-Qur’an sejak masih berusia 14 tahun di bawah bimbingan ayahnya sendiri. Selain itu, beberapa orang gurunya, yaitu: Syeikh Umar Hamdani, Syeikh Said al-Yamani, Syeikh Hasyim Nadhirin, Syeikh Jamal al-Malikiy, Syeikh Hasan Yamani, Syeikh Hasan Abdul Jabbar, Syeikh Ambo Wellang al-Bugisiy, dan pada salah seorang ulama besar di Madinah yang bernama Sayid Ahmad Syarif al-Sanusi.5
Sebagai seorang ulama yang bergerak di bidang pendidikan Islam, Syeikh Muhammad As’ad mempunyai sejumlah murid yang kemudian juga menjadi ulama kenamaan dalam abad ke-20 M, di Sulawesi Selatan. Di antara murid-muridnya yang sangat terkenal, yaitu: K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle, K.H. Daud Ismail, K.H. M. Yunus Maratan, dan sejumlah ulama lainnya. Muridnya yang disebut pertama adalah pendiri Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) pada tahun 1947 M, sedang kedua orang muridnya yang disebut terakhir turut membina dan mengembangkan Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) yang telah didirikan pada tahun 1929 M.6
Kepustakaan:
[1] Suriadi Mappangara dan Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan (Cet.I; Makassar, Lamacca Pres, 2003), h. 117
[2] Muh. Hatta Walinga, Kiai Haji Muhammad As’ad Hidup dan Perjuangannya (Skripsi) (Ujungpandang: Fakultas Adab IAIN Alauddin, 1981), h. 24
[3] ibid. h, 25
[4] K.H. Daud Ismail, al-Ta’aruf bi Muassasah al-Madrasah al-As’adiyah (Sengkang : Adil, 1956), h. 1-2
[5] ibid., h. 1
[6] Abu Hamid, “Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan” dalam Taufik Abdullah (Editor), Agama dan Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: CV. Rajawali, 1982), h. 411-412
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar