Skip to main content

Sekilas Tentang Timur Lenk

Oleh: Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.IPada: January 18, 2012

Di dalam encylopedia Americana, disebutkan bahwa Timur Lenk lahir pada 8 April 1336 M, di kota Kesy di daerah Transoxania yang terletak di sebelah Selatan Samakarnd ayahnya bernama Toragai, salah seorang pemimpin suku Barlas Turki, keturunan Kornochor Noyan yang pernah menjadi menteri dan kerabat Jogatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas ini mengikuti Jogatasi mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand.
Timur Lenk memulai rangkaian silsilahnya hingga sampai Jengis Khan. Hal ini dapat diketahui dari tulisannya di batu nisannya, yang menyebutkankan bahwa dia adalah keturunan Jengis Khan melalui garis keturunan Tumonai. Nama Timur Lenk dipandangnya sebagai kakinya pincang, akibat hujaman panah yang mengenani kakinya pada pertmpuran melawan pasukan Sajistan.
Timur Lenk dibesarkan di tengah kalangan bangsa Mongol yang memiliki karakter tersendiri yaitu keras dalam sikap serta gemar berperang. Apabila dia juga telah merasakan kepahitan hidup sebagai buruh yang mana pergaulannya dengan kalangan masyarakat yang memiliki krakter yang tidak jauh berbeda. Dari sinilah pada diri Timur Lenk telah berbentuk pribadi yang keras dikarenakan lingkungan sosialnya yang mendukung ke arah itu.
Meskipun sejarah mencatat bahwa Timur Lenk memeluk Islam sejak kecil, namun tidak banyak diketahui seberapa tinngi tingkat keberagamannya. Sehingga sulit juga diukur seberapa jauh pengaruh ajaran agama dalam membentuk kepribadiannya. Namun sedikit banyak dia juga memberikan perhatian pada pengembangan agama Islam. Hal ini terbukti dengan upaya membangun sarana-saran peribadatan, meskipun pada akhirnya juga terbengkalai oleh kegiatan-kegitan penaklukan yang dilakukan selama masa kekuasaannya.
Sementara itu, sebagaimana dikemukakan di atas, dia adalah seorang keturunan dari Jengis Khan, jika data itu benar, maka setidaknya hal ini akan memberi andil yang cukup untuk membentuk keteguhan sikap dan ketinggian citanya. Paling tidak dia terobsesi untuk mengembalikan (mewujudkan) kejayaan nenek moyangnya. Hal ini terbukti dalam semboyan yang selama ini dipegang bahwa: sebagaimana halnya dengan adanya satu Tuhan di bumi, maka di bumi ini seharusnya hanya ada satu raja. 
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Encylopedia Americana, vol 26 New York A. Corportion t. Th. Encyclopedia Britonica Vol 22 London : William Beaton Publiser, t. Th. Farid Wajedi, Dairat al-Ma’arif Li al-Qara al-Isyrim, Jilid II Beirut : al-Maktabahal-Islamiyah al-Jadidah, t. th.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik referensi halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar